
Bursa Domestik Tertekan, IHSG Keluar Dari Zona 6.000
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
28 April 2018 13:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan ini turun cukup signifikan turun 6,6%. Hal ini didorong aliran modal asing yang keluar begitu masif dipengaruhi kondisi rupiah yang melemah serta naiknya imbal hasil (yield) US treasury
Sejalan dengan IHSG, beberapa bursa saham di kawasan ASEAN juga mengalami penurunan, namun penurunan yang terjadi pada IHSG nampaknya masih lebih tinggi
Penurunan yang terjadi pada IHSG tidak lepas dari pelemahan yang terjadi pada rupiah serta naiknya imbal hasil (yield) US treasury.
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung melemah meskipun pada penutupan akhir pekan bergerak menguat dan ditutup stagnan.
Pelemahan yang terjadi membuat asing cenderung melepas kepemilikan mereka di bursa saham. Ini tercermin dari aksi jual bersih (net sell) investor asing selama sepekan yang mencapai Rp 5,3 triliun.
Dana investor asing yang keluar dari pasar saham memukul IHSG sehingga berimbas kepada penurunan indeks saham hingga dibawah posisi 6.000.
Apalagi pada kurun waktu yang sama imbal hasil (yield) US treasury naik dan berada di atas 3%. Hal ini semakin membuat dana asing "tidak betah" untuk tinggal di bursa saham Indonesia.
Saham Perbankan Mendominasi Penurunan IHSG
Turunnya IHSG didominasi oleh turunnya beberapa saham-saham bank buku IV seperti Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan Saham PT BNI Tbk (BBNI).
Selama sepekan kemarin, harga saham Bank BRI turun 13,93% diikuti oleh Bank Mandiri yang turun 13,93%, Bank BCA sebesar 7,33% dan Bank BNI sebesar 6,59%.
Namun, penurunan terbesar pada pekan ini masih dipimpin oleh perusahaan di sektor energi yaitu Adaro Energy yang turun hampir 17,94%.
Secara keseluruhan, bisa dikatakan bahwa saham perbankan masih mendominasi pergerakan bursa sham Indonesia.
Kuatnya pengaruh saham-saham perbankan di bursa saham Indonesia memang begitu terasa sehingga tidak aneh ketika saham sektor keuangan ketar-ketir akan ikut berimbas kepada menurunnya indeks saham Indonesia.
(hps) Next Article Dibuka Melemah 0,03%, IHSG Kini Menguat 0,05%
![]() |
Sejalan dengan IHSG, beberapa bursa saham di kawasan ASEAN juga mengalami penurunan, namun penurunan yang terjadi pada IHSG nampaknya masih lebih tinggi
![]() |
Penurunan yang terjadi pada IHSG tidak lepas dari pelemahan yang terjadi pada rupiah serta naiknya imbal hasil (yield) US treasury.
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung melemah meskipun pada penutupan akhir pekan bergerak menguat dan ditutup stagnan.
Pelemahan yang terjadi membuat asing cenderung melepas kepemilikan mereka di bursa saham. Ini tercermin dari aksi jual bersih (net sell) investor asing selama sepekan yang mencapai Rp 5,3 triliun.
Dana investor asing yang keluar dari pasar saham memukul IHSG sehingga berimbas kepada penurunan indeks saham hingga dibawah posisi 6.000.
Apalagi pada kurun waktu yang sama imbal hasil (yield) US treasury naik dan berada di atas 3%. Hal ini semakin membuat dana asing "tidak betah" untuk tinggal di bursa saham Indonesia.
Saham Perbankan Mendominasi Penurunan IHSG
Turunnya IHSG didominasi oleh turunnya beberapa saham-saham bank buku IV seperti Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan Saham PT BNI Tbk (BBNI).
Selama sepekan kemarin, harga saham Bank BRI turun 13,93% diikuti oleh Bank Mandiri yang turun 13,93%, Bank BCA sebesar 7,33% dan Bank BNI sebesar 6,59%.
Namun, penurunan terbesar pada pekan ini masih dipimpin oleh perusahaan di sektor energi yaitu Adaro Energy yang turun hampir 17,94%.
Secara keseluruhan, bisa dikatakan bahwa saham perbankan masih mendominasi pergerakan bursa sham Indonesia.
(hps) Next Article Dibuka Melemah 0,03%, IHSG Kini Menguat 0,05%
Most Popular