Rupiah Menguat Signifikan, IHSG Meroket 2,67%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 May 2018 16:10
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meroket hingga 2,67% ke level 5.944,92.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meroket hingga 2,67% ke level 5.944,92. Penguatan IHSG terjadi kala mayoritas bursa saham kawasan Asia justru diperdagangkan di zona merah: indeks Nikkei turun 1,11%, indeks Shanghai turun 0,44%, indeks Kospi turun 0,24%, indeks SET (Thailand) turun 0,94%, dan indeks KLCI (Malaysia) turun 1,39%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,1 triliun dengan volume sebanyak 8,3 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 445.999 kali.

Penguatan ini merupakan yang tertinggi sepanjang tahun 2018. Sebelumnya, IHSG tak pernah menguat lebih dari 2,31% dalam sehari pada tahun ini. Penguatan sebesar 2,31% terjadi pada 9 Mei silam. Bahkan sepanjang tahun lalu pun kala IHSG menguat 19,99%, penguatan harian terbesarnya hanya sebesar 2,59%.

Seluruh sektor saham kompak ditutup menguat, dipimpin oleh sektor jasa keuangan yang naik hingga 3,36% dan berkontribusi 54,9 poin dari total kenaikan IHSG yang sebesar 154,5 poin.

Dari dalam negeri, sentimen positif bagi IHSG pada hari ini datang dari pernyataan Perry Warjiyo selaku Gubernur BI yang baru yang siap meredam gejolak nilai tukar rupiah. Sebelumnya, Perry dipandang sebagai sosok yang pro growth ketimbang pro stability pasca pernyataannya di hadapan anggota DPR saat uji kepatutan dan kelayakan.

Hal tersebut membuat pelaku pasar takut. Pasalnya, jika ekonomi dipaksa berlari terlalu kencang, hal ini bisa berbalik menjadi bumerang.

"Prioritas saya di BI dalam jangka pendek ini perkuat langkah stabilitas rupiah dalam jangka pendek," kata Perry di Gedung MA pasca pelantikannya, Kamis (24/5/2018).

Perry pun kini mendeklarasikan dirinya sebagai seseorang yang pro stability dan pro growth.

"Saya adalah pro stability dan pro growth," imbuh Perry.

Ia menyampaikan ada lima instrumen yang diprioritaskan untuk mendukung dua kebijakan pro growth dan pro stability tersebut. Namun, satu instrumen akan difokuskan untuk menjaga stabilitas.

Walaupun tak menjelaskan secara lebih lanjut instrumen apa yang akan difokuskan untuk menjaga stabilitas nilai tukar, hal tersebut telah cukup untuk menenangkan pelaku pasar. Sampai dengan penutupan perdagangan, rupiah menguat 0,51% di pasar spot ke level Rp 14.130/dolar AS.

Dari sisi eksternal, pelaku pasar merespon positif rilis ikhtisar rapat (minutes of meeting) dari pertemuan The Federal Reserve awal Mei lalu. Dalam rilis tersebut, walaupun diungkapkan bahwa prospek perekonomian telah menjamin dinaikannya suku bunga acuan dalam jangka waktu yang sangat dekat, The Fed juga memberi sinyal bahwa inflasi akan dibiarkan melebihi targetnya yang sebesar 25 untuk sementara waktu.

Hal ini mengindikasikan bahwa mereka tak akan terburu-buru dalam mengerek suku bunga acuannya. Akibatnya, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap mata uang utama dunia lainnya melemah sebesar 0,28%.

Penguatan nilai tukar lantas mendorong optimisme investor asing pun untuk berburu di pasar saham dalam negeri, dengan nilai bersih sebesar Rp 706,54 miliar.
(hps) Next Article IHSG Anjlok 2,03%, Terdalam Selama 2018

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular