
Perdagangan Terakhir 2020, Awas IHSG Ambrol ke Bawah 6.000!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 0,94% ke 6.036,174 pada perdagangan Selasa Kemarin, meski sentimen pelaku pasar global sedang bagus-bagusnya.
Namun, dari dalam negeri, kenaikan kasus pandemi penyakit virus corona (Covid-19) membebani sentimen pelaku pasar, dikhawatirkan DKI Jakarta akan kembali mengetatkan pembatasan sosial.
Hal tersebut memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat IHSG merosot kemarin. Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 300 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi menyentuh Rp 14,6 triliun.
Hari ini, Rabu (30/12/2020) menjadi perdagangan terakhir di tahun 2020, dan risiko berlanjutnya penurunan cukup besar.
Sebab, sentimen pelaku pasar kembali terganggu masalah Covid-19. Mutasi virus corona yang terjadi di Inggris, dengan tingkat infeksi 70% lebih cepat kini sudah mencapai Amerika Serikat (AS). Selasa kemarin, AS melaporkan kasus pertama strain baru virus corona tersebut.
Kemudian dari China, negara asal virus corona, dilaporkan terjadi lonjakan kasus di kota Beijing, dan akan dilakukan karantina wilayah (lockdown) di 10 distrik.
Selain itu, dari AS, rancangan undang-undang (RUU) bantuan langsung tunai (BLT) senilai US$ 2.000/orang yang dibuat House of Representative (DPR) ditolak oleh Senat. Dengan demikian tidak ada tambahan stimulus lagi di AS untuk saat ini.
Secara teknikal, IHSG masih mampu bertahan di atas level psikologis 6.000, sehingga masih punya peluang untuk menguat di perdagangan terakhir tahun ini.
Awal munculnya momentum penguatan IHSG dimulai Kamis (5/11/2020) saat muncul White Marubozu dalam grafik candle stick harian.
Saat itu IHSG membuka perdagangan di level 5.161,39, yang sekaligus menjadi level terendah harian, dan mengakhiri perdagangan di level 5.260,326, sekaligus menjadi level tertinggi harian.
Level open sama dengan low, dan close sama dengan high itu yang disebut sebagai White Marubozu.
White Marubozu merupakan sinyal nilai suatu aset akan kembali menguat. Terbukti setelahnya IHSG terus menguat.
Pada Senin (23/11/2020) dan Kamis (26/11/2020) IHSG kembali membentuk pola White Marubozu, sehingga reli terus berlanjut.
IHSG juga bergerak di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), yang menambah momentum penguatan.
![]() Foto: Refinitiv |
Indikator stochastic pada grafik harian mulai keluar dari wilayah jenuh beli (overbought). Artinya kembali muncul tekanan turun.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic pada grafik 1 jam bergerak turun tetapi belum mencapai wilayah oversold, sehingga risiko penurunan masih besar.
Support berada di kisaran 6.000, jika dilewati dan tertahan di bawahnya, IHSG berisiko turun ke 5.970. Support selanjutnya berada di kisaran 5.925.
Sementara resisten terdekat di kisaran 6.070, jika dilewati IHSG berpeluang menguat ke 6.100. Resisten selanjutnya di kisaran 6.130.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500