
Sentimen Domestik Kurang 'Nendang', Reli IHSG Akhirnya Putus
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 June 2019 17:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah 0,57%, tak sekalipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merasakan manisnya zona hijau pada hari ini. Per akhir sesi 2, IHSG melemah 0,47% ke level 6.276,18.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam menyeret IHSG ke zona merah di antaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,99%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-1,1%), PT Bayan Resources Tbk/BYAN (-9,26%), PT Astra International Tbk/ASII (-1,64%), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (-10,7%).
Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang kompak ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,35%, indeks Shanghai turun 0,56%, indeks Hang Seng turun 1,73%, indeks Straits Times turun 0,26%, dan indeks Kospi turun 0,14%.
Panasnya tensi antara AS dan China di bidang perdagangan membuat aksi jual dilakukan oleh pelaku pasar saham Asia. Menjelang gelaran KTT G-20 pada akhir bulan ini di Jepang yang berpeluang mempertemukan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping, nada keras justru dilontarkan oleh kedua belah negara.
Trump menegaskan bahwa dirinya tidak ingin sebuah kesepakatan dagang yang merugikan Negeri Adidaya tersebut.
"China adalah kompetitor utama dan mereka ingin sebuah kesepakatan yang merugikan (bagi AS). Memang saya yang menunda terjadinya kesepakatan, karena saya ingin ada kesepakatan yang luar biasa atau tidak sama sekali," papar Trump, dilansir dari Reuters.
"Sebenarnya kami sudah sepakat dengan China, tetapi mereka malah bergerak mundur. Mereka bilang tidak ingin ada empat hal, lima hal. Namun kami sudah sepakat dengan China, dan kecuali mereka mau kembali ke kesepakatan itu maka saya tidak tertarik," lanjutnya.
Dari pihak China, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang menegaskan bahwa Beijing tidak takut jika memang harus menjalani perang dagang. "China tidak ingin perang dagang, tetapi tidak takut untuk menghadapinya. Jika AS ingin friksi dagang tereskalasi, maka kami akan merespons dan berjuang sampai akhir," tuturnya, sebagaimana dikutip Reuters.
Jika tak ada resolusi dalam waktu dekat, maka perang dagang antar kedua negara yang sudah berlangsung begitu lama bisa kembali tereskalasi. Belum tereskalasi lagi saja, perekonomian China sudah begitu tertekan.
Pada siang hari ini, penjualan mobil periode Mei 2019 diumumkan anjok hingga 16,4% secara tahunan, menandai penurunan selama 11 bulan beruntun. Kontraksi pada bulan Mei juga lebih buruk ketimbang kontraksi pada bulan April yang sebesar 14,6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam menyeret IHSG ke zona merah di antaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,99%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-1,1%), PT Bayan Resources Tbk/BYAN (-9,26%), PT Astra International Tbk/ASII (-1,64%), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (-10,7%).
Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang kompak ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,35%, indeks Shanghai turun 0,56%, indeks Hang Seng turun 1,73%, indeks Straits Times turun 0,26%, dan indeks Kospi turun 0,14%.
Trump menegaskan bahwa dirinya tidak ingin sebuah kesepakatan dagang yang merugikan Negeri Adidaya tersebut.
"China adalah kompetitor utama dan mereka ingin sebuah kesepakatan yang merugikan (bagi AS). Memang saya yang menunda terjadinya kesepakatan, karena saya ingin ada kesepakatan yang luar biasa atau tidak sama sekali," papar Trump, dilansir dari Reuters.
"Sebenarnya kami sudah sepakat dengan China, tetapi mereka malah bergerak mundur. Mereka bilang tidak ingin ada empat hal, lima hal. Namun kami sudah sepakat dengan China, dan kecuali mereka mau kembali ke kesepakatan itu maka saya tidak tertarik," lanjutnya.
Dari pihak China, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang menegaskan bahwa Beijing tidak takut jika memang harus menjalani perang dagang. "China tidak ingin perang dagang, tetapi tidak takut untuk menghadapinya. Jika AS ingin friksi dagang tereskalasi, maka kami akan merespons dan berjuang sampai akhir," tuturnya, sebagaimana dikutip Reuters.
Jika tak ada resolusi dalam waktu dekat, maka perang dagang antar kedua negara yang sudah berlangsung begitu lama bisa kembali tereskalasi. Belum tereskalasi lagi saja, perekonomian China sudah begitu tertekan.
Pada siang hari ini, penjualan mobil periode Mei 2019 diumumkan anjok hingga 16,4% secara tahunan, menandai penurunan selama 11 bulan beruntun. Kontraksi pada bulan Mei juga lebih buruk ketimbang kontraksi pada bulan April yang sebesar 14,6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages
Most Popular