
Arah IHSG Masih akan Ditentukan Nilai Tukar Rupiah
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
30 April 2018 07:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi sentimen utama yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan terkoreksi dalam dan keluar dari zona 6.000. Padahal secara fundamental, tidak ada masalah serius terhadap ekonomi Indonesia.
Pelemahan rupiah pada pertengahan kuartal II lebih disebabkan karena faktor musiman dimana terjadi peningkatan kebutuhan dolar AS yang tinggi untuk kebutuhan bayar utang korporasi. Pada saat yang bersamaan ada pemulihan ekonomi di AS yang memicu inflasi.
Tentu saja hal tersebut memicu spekulasi Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga acuan. Inilah yang kemudian mendorong investor keluar dari pasar saham dan obligasi AS. Tentu saja hal tersebut membuat imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun melonjak di atas 3%.
Nilai tukar rupiah semakin tidak sulit dikendalikan, sampai akhirnya Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo menggelar konferensi pers untuk menenangkan situasi, Kamis (26/4/2018). Hal yang sama juga dilakukan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio, untuk meyakinkan investor investasi di pasar saham Indonesia aman.
Secara keseluruhan dalam sepekan IHSG terkoreksi 6,6% menjadi 5.919,23 poin dari 6.337,69 poin pada akhir pekan sebelumnya. Sektor pertambangan tercatat anjlok parah, di mana indeks sektor ini turun 9,09%.
Indeks sektor keuangan menyusul di urutan berikutnya, di mana indeks sektor ini melemah 8,73% dan indeks sektor barang konsumsi yang terkoreksi 8,48%. Berikut ini tabel kinerja indeks sektoral dan indeks acuan lainnya selama pekan lalu.
Rerata nilai transaksi saham harian periode 23 hingga 27 April 2018 mengalami kenaikan 30,75% menjadi Rp 8,52 triliun dari Rp 6,51 triliun. Rerata volume transaksi meningkat 13,67% menjadi 9,85 miliar unit saham dari 8,66 miliar unit saham dan rerata frekuensi meningkat 0,65% menjadi 399,77 ribu kali transaksi dari 397,17 ribu kali.
Nilai kapitalisasi pasar mengalami penurunan 6,77% menjadi Rp 6.588,52 triliun di posisi akhir pekan ini dari Rp 7.054,82 triliun pada posisi akhir pekan sebelumnya.
Investor asing banyak mengakumulasi saham dan mencatatkan jual bersih dengan nilai Rp 5,3 triliun, sehingga sepanjang tahun ini total nilai jual bersih investor asing sudah mencapai Rp 33,31 triliun.
Saham-saham dengan nilai transaksi paling tinggi pada perdagangan pekan lalu, di antaranya saham BBRI senilai Rp 3,61 triliun, saham BMRI senilai Rp 3,47 triliun dan saham BBCA senilai Rp 2,55 triliun.
Sepuluh besar saham dengan nilai transaksi paling tinggi pekan lalu ada di tabel di bawah ini.
Sementara itu, saham dengan kenaikan harga paling tinggi dalam sepekan tercatat atas saham DFAM yang naik hingga 69,57%. Saham ini baru saja tercatat di BEI pekan lalu.
Kemudian saham BIMA yang dalam sepekan tercatat naik 44,44% dan saham OASA yang tercatat naik 39,20%. Sepuluh saham yang naik tinggi ada di tabel berikut.
(hps) Next Article Melesat Hampir 2%, IHSG jadi Raja di Asia
Pelemahan rupiah pada pertengahan kuartal II lebih disebabkan karena faktor musiman dimana terjadi peningkatan kebutuhan dolar AS yang tinggi untuk kebutuhan bayar utang korporasi. Pada saat yang bersamaan ada pemulihan ekonomi di AS yang memicu inflasi.
Tentu saja hal tersebut memicu spekulasi Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga acuan. Inilah yang kemudian mendorong investor keluar dari pasar saham dan obligasi AS. Tentu saja hal tersebut membuat imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun melonjak di atas 3%.
Secara keseluruhan dalam sepekan IHSG terkoreksi 6,6% menjadi 5.919,23 poin dari 6.337,69 poin pada akhir pekan sebelumnya. Sektor pertambangan tercatat anjlok parah, di mana indeks sektor ini turun 9,09%.
Indeks sektor keuangan menyusul di urutan berikutnya, di mana indeks sektor ini melemah 8,73% dan indeks sektor barang konsumsi yang terkoreksi 8,48%. Berikut ini tabel kinerja indeks sektoral dan indeks acuan lainnya selama pekan lalu.
![]() |
Nilai kapitalisasi pasar mengalami penurunan 6,77% menjadi Rp 6.588,52 triliun di posisi akhir pekan ini dari Rp 7.054,82 triliun pada posisi akhir pekan sebelumnya.
Investor asing banyak mengakumulasi saham dan mencatatkan jual bersih dengan nilai Rp 5,3 triliun, sehingga sepanjang tahun ini total nilai jual bersih investor asing sudah mencapai Rp 33,31 triliun.
Saham-saham dengan nilai transaksi paling tinggi pada perdagangan pekan lalu, di antaranya saham BBRI senilai Rp 3,61 triliun, saham BMRI senilai Rp 3,47 triliun dan saham BBCA senilai Rp 2,55 triliun.
Sepuluh besar saham dengan nilai transaksi paling tinggi pekan lalu ada di tabel di bawah ini.
![]() |
Kemudian saham BIMA yang dalam sepekan tercatat naik 44,44% dan saham OASA yang tercatat naik 39,20%. Sepuluh saham yang naik tinggi ada di tabel berikut.
![]() |
(hps) Next Article Melesat Hampir 2%, IHSG jadi Raja di Asia
Most Popular