AS-Rusia Kembali Tegang, Harga Aluminium Meroket 1% Lebih

Houtmand P Saragih & Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
27 April 2018 14:29
Harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) ditutup menguat 1,56% ke level US$2.279,5/ton kemarin.
Foto: REUTERS/Ilya Naymushin
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) ditutup menguat 1,56% ke level US$2.279,5/ton kemarin. Penguatan tersebut disokong rencana taipan Rusia Oleg Deripaska mempertahankan kepemilikan atas perusahaan aluminium UC Rusal, yang berlawanan dengan permintaan dari Amerika Serikat (AS).

Sebagai catatan, pada awal pekan ini, harga aluminium sempat terkoreksi hingga 7,6%, didorong oleh keputusan pemerintah negeri Paman Sam untuk mengulur pemberlakuan sanksi bagi UC Rusal, dari semula pada 5 Juni menjadi 23 Oktober, sehingga memberi waktu bagi mitra Rusal untuk melakukan transaksi.

Hal itu lantas menjadi solusi untuk mereduksi penumpukan persediaan perusahaan yang selama ini disimpan pada gudang UC Rusal. Melansir Reuters, AS bahkan mempertimbangkan akan mencabut sanksi atas UC Rusal, apabila Deripaska bersedia melepas kepemilikannya atas UC Rusal.

AS-Rusia Kembali Tegang, Harga Aluminium Meroket 1% LebihFoto: Alumunium

Namun, muncul kabar bahwa Deripaska akan tetap mempertahankan kepemilikannya atas UC Rusal yang berkontribusi sekitar 7% dari produksi aluminium global, atau menyumbang 11,5 juta ton alumina per tahun.

Menurut sumber yang cukup dekat dengan taipan Rusia tersebut, Deripaska bahkan telah mengganti sejumlah manajer di UC Rusal, dan berencana untuk terlibat langsung pada situasi pelik ini. Sebagai tambahan, Deripaska juga saat ini berharap pada lobi dari pemerintahan Eropa untuk dapat meringankan sanksi AS.

Pasalnya, beberapa industri di Eropa, khususnya industri otomotif, ikut terpukul akibat sanksi AS tersebut. Minimnya pasokan dan harga yang melonjak tinggi jelas menjadi kendala besar bagi pengusaha di Benua Biru yang menggunakan aluminium sebagai bahan baku produksi.

Rencana Deripaska ini lantas membuka babak baru perselisihan antara AS dan UC Rusal. Memanasnya tensi antar dua entitas tersebut jelas bukan kabar baik bagi pasar aluminium global.  Apabila AS memutuskan untuk kembali mengetatkan sanksinya, maka sentimen terancamnya pasokan aluminium global akan kembali mencuat ke permukaan. Harga sang logam ringan pun akan melambung.

Sementara itu, pemerintahan Rusia telah menyatakan rencananya untuk menasionalisasi UC Rusal pada hari Selasa (24/4) waktu setempat, dengan tujuan menyelamatkan perusahaan tersebut, setelah sebelumnya cenderung bergeming.

"Hal itu (nasionalisasi) dimungkinkan, tetap belum ada diskusi konkret terkait hal tersebut," ucap Menteri Industri Rusia Denis Manturov.

Kebijakan Rusia tersebut masuk akal, mengingat tidak ada jaminan Deripaska mampu bertahan dari sanksi AS. Jika dibiarkan, tekanan bagi UC Rusal bisa makin berat, baik dari eksternal maupu internal, khususnya apabila UC Rusal terpaksa merumahkan sejumlah besar karyawannya.

Padahal, perusahaan aluminium terbesar di Rusia tersebut adalah salah satu pencipta lapangan kerja terbesar di Negeri Beruang Merah, dengan jumlah lapangan pekerjaan mencapai 60.000 orang.


Next Article Harga Aluminium Terus Berjaya, Bisa Tahan Berapa Lama?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular