Yield Surat Utang Pemerintah 'Intip' 7%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 April 2018 10:50
Yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun sudah mulai mengintip level 7%.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah masih setia di jalur pendakian. Bahkan yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun sudah mulai mengintip level 7%. 

Pada Rabu (25/4/2018), yield SBN seri acuan tenor 10 tahun yaitu FR0064 berada di 6,919%. Naik dibandingkan posisi hari sebelumnya 6,887%. Yield hari ini merupakan yang tertinggi sejak awal Agustus 2017. 

Bila tren kenaikan yield terus terjadi, bukan tidak mungkin ambang batas psikologis 7% akan terlewati. Ketika yield benar-benar tembus 7%, maka akan menjadi kali pertama sejak pertengahan Juli 2017. 

Yield Surat Utang Pemerintah 'Intip' 7%Reuters
Kenaikan yield menandakan harga instrumen ini sedang turun. Penurunan harga disebabkan oleh permintaan yang kurag semarak. 

Investor asing memang masih cenderung melepas kepemilikannya di SBN. Awal pekan ini, kepemilikan asing di SBN tercatat Rp 868.26 triliun. Turun dibandingkan akhir pekan lalu yang sebesar Rp 869,8 triliun. 

Yield Surat Utang Pemerintah 'Intip' 7%Reuters
Investor memang sedang agak risk off, melihat yield obligasi negara Amerika Serikat (AS) yang juga terus bergerak naik. Bahkan yield obligasi Negeri Paman Sam untuk tenor 10 tahun sudah menyentuh kisaran 3%. 

Obligasi adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap inflasi. Ketika yield bergerak naik, maka ada ekspektasi inflasi ke depan akan terakselerasi. 

Hal ini terkonfirmasi kala data-data ekonomi AS terus mencatatkan kinerja positif. Teranyar, firma konsultan The Conference Board merilis data proyeksi indeks kepercayaan konsumen, yang pada April 2018 diperkirakan sebesar 128,7. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 127.  

Kemudian, Kementerian Perdagangan AS merilis penjualan rumah baru meningkat 4% pada Maret 2018 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Cukup jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters, yaitu 1,9%. 

Konsumsi masyarakat AS yang semakin solid tentunya memunculkan ekspektasi percepatan laju inflasi. Persepsi ini terwujud dalam bentuk kenaikan yield. 

Dalam situasi seperti ini, muncul bayangan di benak pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan secara lebih agresif untuk menjangkar ekspektasi inflasi. Ujungnya, investor pun memilih bermain aman sembari menunggu kejelasan arah ke depan.

Instrumen yang dituju kala ada sentimen kenaikan suku bunga, tidak lain dan tidak bukan, adalah dolar AS. ini menyebabkan greenback menguat cukup tajam sejak awal pekan. Sementara bursa saham dan obligasi bergerak melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular