
Harga Minyak Naik, Indeks Sektor Pertambangan Anjlok 1,58%
Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 April 2018 14:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks saham sektor pertambangan anjlok 1,58%, terdalam ketiga dari 10 sektor saham. Hal ini tentu tak berbanding lurus dengan pergerakan harga minyak mentah dunia.
Sampai dengan berita ini diturunkan, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Mei menguat sebesar 0,73% ke level US$ 69,14/barel, sementara brent kontrak pengiriman Juni menguat 0,51% menjadi US$ 75,09/barel. Harga tersebut merupakan titik tertinggi sejak akhir 2014 silam.
Merespons hal tersebut, harga saham emiten-emiten sektor pertambangan yang berada dalam sub-sektor minyak dan gas sebenarnya memang diperdagangkan menguat: PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) naik 1,19%, PT Benakat Integra Tbk (BIPI) naik 1,23%, dan PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 2,08%.
Lantas, anjloknya indeks sektor pertambangan banyak dipicu pelemahan harga saham emiten-emiten produsen batu bara: PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 3,1%, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun 1,91%, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) turun 0,9%, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) turun 1,48%, dan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) turun 2,48%.
Pelemahan harga saham emiten-emiten produsen batu bara dimotori oleh pelemahan harga batu bara. Pada perdagangan kemarin, harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman bulan ini melemah 0,11% ke level US$ 93,35/metrik ton, menandai koreksi selama dua hari berturut-turut.
Jika ditarik sejak akhir tahun 2017, harga batu bara telah anjlok sebesar 7,4%. Pelemahan harga batu bara ini lantas membuat investor takut bahwa kinerja para emiten tidak akan sekinclong tahun lalu.
Tertekannya harga batu bara belakangan ini merupakan dampak dari kebijakan pembatasan impor batu bara oleh China yang diumumkan pada 16 April silam. Dimana hal ini dimaksudkan untuk mendorong harga batu bara dalam negeri serta meningkatkan produksi. Kini, pembatasan tersebut diketahui telah mengurangi secara signifikan impor batu bara ke Negeri Panda.
Melansir Reuters, impor batu bara China pada minggu yang berakhir pada 21 April tercatat hanya sebesar 3,45 juta ton, jatuh hampir 30% jika dibandingkan dengan rata-rata mingguan sepanjang 1 Januari-15 April 2018 yang sebesar 4,92 juta ton.
Next Article PP Harga Khusus Terbit, Saham Batu Bara Tertekan
Sampai dengan berita ini diturunkan, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Mei menguat sebesar 0,73% ke level US$ 69,14/barel, sementara brent kontrak pengiriman Juni menguat 0,51% menjadi US$ 75,09/barel. Harga tersebut merupakan titik tertinggi sejak akhir 2014 silam.
Merespons hal tersebut, harga saham emiten-emiten sektor pertambangan yang berada dalam sub-sektor minyak dan gas sebenarnya memang diperdagangkan menguat: PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) naik 1,19%, PT Benakat Integra Tbk (BIPI) naik 1,23%, dan PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 2,08%.
Pelemahan harga saham emiten-emiten produsen batu bara dimotori oleh pelemahan harga batu bara. Pada perdagangan kemarin, harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman bulan ini melemah 0,11% ke level US$ 93,35/metrik ton, menandai koreksi selama dua hari berturut-turut.
Jika ditarik sejak akhir tahun 2017, harga batu bara telah anjlok sebesar 7,4%. Pelemahan harga batu bara ini lantas membuat investor takut bahwa kinerja para emiten tidak akan sekinclong tahun lalu.
Tertekannya harga batu bara belakangan ini merupakan dampak dari kebijakan pembatasan impor batu bara oleh China yang diumumkan pada 16 April silam. Dimana hal ini dimaksudkan untuk mendorong harga batu bara dalam negeri serta meningkatkan produksi. Kini, pembatasan tersebut diketahui telah mengurangi secara signifikan impor batu bara ke Negeri Panda.
Melansir Reuters, impor batu bara China pada minggu yang berakhir pada 21 April tercatat hanya sebesar 3,45 juta ton, jatuh hampir 30% jika dibandingkan dengan rata-rata mingguan sepanjang 1 Januari-15 April 2018 yang sebesar 4,92 juta ton.
Next Article PP Harga Khusus Terbit, Saham Batu Bara Tertekan
Most Popular