Pelemahan Rupiah Bikin Seret Kucuran Kredit Bank

gita rossiana, CNBC Indonesia
23 April 2018 13:19
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang hampir menembus Rp 14.000/US$ turut meresahkan industri perbankan.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang hampir menembus Rp 14.000/US$ turut meresahkan industri perbankan. Pasalnya, apabila pelemahan ini berlangsung lama bisa berdampak pada permintaan kredit perbankan.

Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk Edy Kuntardjo menjelaskan, pelemahan rupiah banyak sekali dampak negatifnya.

"Karena tidak sesuai dengan fundamental ekonomi kita dan jika menjadi permanen akan menyulitkan dunia usaha," ujar dia kepada CNBC Indonesia, Senin (23/4/2018).

Menurut dia, sampai saat ini permintaan kredit masih terbatas. Pada semester II-2018, pertumbuhan kredit baru diharapkan membaik apabila pertumbuhan ekonomi sesuai proyeksi.

"Oleh karena itu dampak bila kurs dolar AS mencapai Rp 14.000/US$ akan menyulitkan dunia usaha dan berdampak pada permintaan kredit," kata dia.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank Mayadapa International Tbk Hariyono Tjahjarijadi mengungkapkan, bisnis bank adalah bisnis nasabah sehingga sepanjang bank tidak mengambil posisi valas berarti tidak ada untung rugi bagi bank.

Namun demikian, dengan adanya pelemahan rupiah maka perdagangan domestik yg mengandalkan barang impor otomatis akan membuat daya beli masyarakat melemah karena harga barangnya naik. Sehingga kemungkinan omset usaha menurun dan akan mengurangi perputaran uangnya.

Lebih lanjut, hal tersebut juga bisa menimbulkan multiplier effect negatif apabila barang tersebut adalah baranh modal yang akan membuat biaya produksi naik sehingga harga jual barang juga naik.

"Dampak lanjutannya adalah apabila omset berkurang karena daya beli berkurang atau sampai inflasi naik, bisa berdampak terhadap suku bunga bank," jelas dia.

Sementara itu, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan, pertumbuhan kredit baru akan membaik pada kuartal II-2018. Sementara pada awal tahun, pertumbuhan kredit perbankan hanya bertumbuh 7,4% year on year (yoy).

"Penopang pertumbuhan kredit pada kuartal II-2018 adalah membaiknya prospek perekonomian dan tingkat bunga yang masih kompetitif," tulis LPS.

Sementara pertumbuhan DPK diproyeksikan tumbuh stabil di tengah masih tingginya likuditas. Adanya risiko volatilitas di pasar keuangan, terutama nilai tukar, akan mempengaruhi kondisi tingkat bunga dan pertumbuhan DPK valas.

"Hingga akhir tahun pertumbuhan kredit diprediksi akan kembali ke sekitar 10%, sementara pertumbuhan DPK sedikit lebih rendah di sekitar 8%," tulis LPS lebih lanjut.

Pada Januari 2018, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit. Tercatat pertumbuhan kredit bank umum hanya naik ke 7,4% (yoy) pada Januari 2018. Laju pertumbuhan DPK pada periode yang sama mencapai 8,36%. Dengan demikian, LDR perbankan kembali mengalami penurunan dari 89,58% pada Desember 2017 menjadi 88,59% pada Januari lalu.
(dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular