Dolar AS Nyaris Rp 14.000/US$, Ini Deretan Industri yang Kena
                    Chandra Gian Asmara, 
                CNBC Indonesia
    
    23 April 2018 12:40
    
    
        
    
                
                    
                    
                    
                    
                                        
                    
                                        
                    
                    Jakarta, CNBC Indonesia - Terpuruknya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga hampir menembus level Rp 14.000/US$ memberikan tekanan tersendiri bagi industri domestik.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, anjloknya rupiah memberikan beban terhadap sejumlah industri, khususnya yang selama ini masih berorientasi bahan baku impor.
"Semua industri ini kena imbasnya. Industri kimia, farmasi, otomotif. Hampir semua industri kena, karena semua komponennya itu bahan baku," jelas Hariyadi saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Senin (23/4/2018).
  
  
  
  
Pelemahan rupiah, sambung dia, memaksa industri melakukan efisiensi besar-besaran dengan mengurangi kuantitas produknya. Hal ini dilakukan, untuk mencegah kenaikan harga di tengah kebutuhan bahan baku perusahaan tak terpenuhi.
"Misalnya di makanan dan minuman, biasanya itu satu kotak 50 ml, sekarang menjadi 25 ml. Mereka tidak bisa memenuhi semua kebutuhan, karena mahal sekali bahan bakunya," katanya.
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpuruk cukup dalam sejak awal tahun 2018 sampai saat ini. Rupiah menjadi yang terburuk diantara mata uang regional.
Pada 2 Januari 2018, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka di level Rp 13.535/U$ di mana level tertingginya mencapai Rp 13.553/US$. Rupiah terus menguat terhadap dolar hingga mencatat level terendahnya di Rp 13.290/US$ pada 25 Januari 2018.
Sayangnya, rupiah kemudian terjerembab lawan dolar AS hingga mencatatkan level tertingginya di Rp 13.905/US$ pada akhir pekan lalu, Jumat (20/4/2018). Sementara, hari ini Senin (23/4/2018) rupiah dibuka Rp 13.895/US$. Selama periode kurang dari 4 bulan, rupiah telah terdepresiasi 2,58%.
 
                    
                    
(dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
                
            Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, anjloknya rupiah memberikan beban terhadap sejumlah industri, khususnya yang selama ini masih berorientasi bahan baku impor.
"Semua industri ini kena imbasnya. Industri kimia, farmasi, otomotif. Hampir semua industri kena, karena semua komponennya itu bahan baku," jelas Hariyadi saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Senin (23/4/2018).
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpuruk cukup dalam sejak awal tahun 2018 sampai saat ini. Rupiah menjadi yang terburuk diantara mata uang regional.
Pada 2 Januari 2018, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka di level Rp 13.535/U$ di mana level tertingginya mencapai Rp 13.553/US$. Rupiah terus menguat terhadap dolar hingga mencatat level terendahnya di Rp 13.290/US$ pada 25 Januari 2018.
Sayangnya, rupiah kemudian terjerembab lawan dolar AS hingga mencatatkan level tertingginya di Rp 13.905/US$ pada akhir pekan lalu, Jumat (20/4/2018). Sementara, hari ini Senin (23/4/2018) rupiah dibuka Rp 13.895/US$. Selama periode kurang dari 4 bulan, rupiah telah terdepresiasi 2,58%.
(dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
        Tags  
    
    
		Related Articles	
    
        Recommendation
        
    
    
    Most Popular