Cuitan Trump, Buat Rupiah Terombang-Ambing

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
21 April 2018 15:04
Rupiah tertekan ke Rp 13.900/US$ karena faktor eksternal.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan terhadap rupiah seakan tidak ada habisnya. Setelah menembus level Rp 13.800/US$ pada pembukaan perdagangan kemarin, Jumat (20/4/2018), mata uang Garuda akhirnya menembus level Rp 13.900/US$, merespons cuitan Presiden Donald Trump.

Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dipublikasikan Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat tercatat Rp 13.804. Sementara pada hari sebelumnya, Kamis (19/4/2018) dolar AS tercatat Rp 13.778/US$. 

Sementara di pasar spot, data Reuters mencatat dolar AS pada pukul 10:00 WIB diperdagangkan di Rp 13.815/US$. Posisi terlemah rupiah berada di 13.815/US$, dan posisi terkuat berada di 13.785/US$. Namun, tekanan rupiah tak berhenti sampai disitu.

Sementara pada pukul 19.48 WIB, data Reuters menunjukkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai level tertingginya, Rp 13.929/US$. Beberapa saat kemudian, level rupiah turun ke Rp 13.912/US$, dan akhirnya di pasar spot pada pukul 19.52 WIB berada di Rp 13.875/US$. 

Kenaikan indeks dolar Paman Sam nampaknya dipicu oleh cuitan Presiden Donald Trump di Twitter, yang menuding bahwa OPEC telah membuat harga minyak berada di level yang tinggi, meskipun sejatinya hal tersebut masih semu.

Bank Indonesia (BI), sebagai stabilitator pun tak memungkiri tekanan eksternal seperti ekspektasi kenaikan suku bunga, perang dagang antara AS dan China, serta kondisi geopolitik di Timur Tengah menjadi sentimen negatif yang membuat rupiah tertekan.

Meski demikian, bank sentral tak ragu masih ada masalah di dalam negeri yang perlu diperbaiki, terlepas dari data-data makro ekonomi yang terbilang cukup baik dibandingkan tahun ini. Hal ini dilakukan, sebagai upaya untuk meningkatkan kepercayaan pelaku pasar.

"Masalah yang kita punya itu pendalaman pasar valas [valuta asing], kita menuju posisi currency account surplus, ekspor harus digenjot. Kita harapkan ada local currency settlement. Jadi, semua itu bagian inisiatif yang kita jalankan," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo.

Dody pun mengaku optimistis, keputusan bank sentral tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan ditengah pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan sejumlah negara tidak akan memicu investor lari dari pasar keuangan Indonesia.

Menurut Dody, spread suku bunga yang semakin menyempit memang menjadi pertimbangan investor terhadap instrumen investasi yang dimilikinya. Namun, jika selisih pertumbuhan ekonomi Indonesia dan negara lain tetap tinggi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Jadi kalau melihat angka proyeksi growth kita yang masih positif, itu bisa menutup dari sisi keraguan investor karena permasalahan interest rate yang berkurang," kata Dody.

(roy/roy) Next Article Modal Asing Banyak Masuk Jadi Obat Kuat Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular