
Internasional
75% Orang Super-Kaya Prediksi Ekonomi AS Resesi 2 Tahun Lagi
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
20 April 2018 13:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Amerika Serikat (AS) sedang berada dalam momentum yang sangat baik saat ini. Namun, 75% investor superkaya memprediksi perekonomian terbesar di dunia itu akan menghadapi resesi tahun 2020, menurut temuan survei JPMorgan.
Dari sejumlah orang yang memprediksi perlambatan perekonomian di AS, lima orang atau 21% dari responden yakin kelesuan akan dimulai tahun 2019. Sementara itu, 50% responden memprediksi perlambatan ekonomi akan dimulai tahun 2020, dilansir dari CNBC International.
Spring Investment Barometer dari JPMorgan Private Bank yang dirilis pekan ini mengadakan survei terhadap lebih dari 700 klien perorangan global di seluruh Eropa dan Timur Tengah. Kategori super kaya (ultra-high net worth individuals/HNWI) umumnya menggolongkan siapapun yang memiliki aset keuangan yang cair senilai lebih dari $30 juta (Rp 414 miliar), sementara itu kategori kaya didefinisikan dengan kepemilikan aset senilai lebih dari $1 juta.
Prediksi yang kurang menyenangkan itu bisa jadi mengejutkan beberapa orang. Pasalnya, AS sedang menikmati pertumbuhan yang kuat, pendapatan korporasi yang sehat, dan tingkat pengangguran terendah dalam 17 tahun terakhir. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) sendiri baru-baru ini meningkatkan proyeksi pertumbuhan AS menjadi 2,9% di tahun 2018.
Anthony Collard, Kepala Investasi Inggris dan Nordik dari JPMorgan, berkata sementara kekhawatiran nampak nyata di antara investor superkaya tentang masa depan perekonomian AS, bank tersebut tidak melihat tanda-tanda yang mendekati resesi.
"Sampai kami melihat ketidakseimbangan pembangunan yang jelas, dan kebijakan mendekati titik yang sangat menekan aktivitas perekonomian, kami bersandar pada pandangan bahwa siklus [ekonomi] akan terus meluas," katanya.
Namun, ada perdebatan di antara para ekonom tentang apakah pertumbuhan, didorong oleh kemajuan global yang tersinkron dan suntikan stimulus seperti undang-undang "Tax Cuts dan Job Act" yang memangkas pajak perusahaan, serta paket belanja federal yang diperbesar, akan bertahan setelah tahun 2019.
Para ekonom seperti Carl Tannenbaum di Northern Trust, Chicago, memperingatkan pertumbuhan tidak akan sejalan dengan defisit anggaran AS yang nampaknya dua tahun lagi akan melebihi $1 triliun. "Suatu saat di dekade selanjutnya, kita akan mengalami resesi yang membuat kita keluar dari lintasan," katanya kepada CNBC International pekan ini.
Bill Gates, miliuner pendiri Microsoft, juga membuat prediksi yang sama meski tanpa lini waktu yang spesifik. Ketika ditanya pada sebuah kesempatan di bulan Maret, tentang kemungkinan krisis keuangan seperti tahun 2008, Gates menjawab, "Ya. Susah untuk mengatakan kapan, tapi itu satu hal yang pasti".
Pengamat pasar juga khawatir tentang kurva imbal hasil (yield) yang semakin datar. Pekan ini, jumlah imbal hasil surat utang berjangka dua tahun AS sudah mendekati imbal hasil surat utang berjangka 10 tahun, atau naik ke level tertinggi sejak tahun 2008.
Hal ini umumnya meningkatkan kecemasan bahwa resesi sudah mengintip di ambang pintu. Alasannya karena imbal hasil jangka pendek yang lebih tinggi menunjukkan inflasi dan suku bunga yang diprediksi tetap rendah untuk waktu lebih panjang.
Namun, seorang yang profesional dalam investasi seperti Saker Nusseibeh, Direktur Eksekutif di Hermes Investment Management, tidak melihat hal ini sebagai penyebab kekhawatiran. Justru dia berada di antara sejumlah orang yang memprediksi kurva lebih tajam, artinya para pemain pasar memprediksi inflasi lebih tinggi dan suku bunga lebih tinggi dari bank sentral AS Federal Reserve/The Fed. Hal itu mengisyaratkan perekonomian yang lebih kuat.
"Kami tidak melihat indikasi apapun dari perekonomian AS yang memasuki kemungkinan resesi," kata Nusseibeh. "Yang kami lihat adalah indikasi jelas tentang perekonomian AS yang lebih kuat dari prediksi."
Pasar memprediksi setidaknya tiga kali kenaikan suku bunga dari The Fed tahun ini. Dari semua orang super kaya yang disurvei oleh JPMorgan, 41% di antaranya yakin bank sentral akan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali atau bahkan lebih setelah kenaikan suku bunga di bulan Maret.
"Mengikuti kenaikan suku bunga yang pertama di bulan Maret, kami memprediksi Federal Reserve menaikkan kebijakan suku bunga secara signifikan tahun ini," kata Collard. "Kami memasuki tahun ini dengan memikirkan bahwa tiga kali kenaikan 25 basis poin akan muncul di tahun 2018, tetapi empat kali kenaikan mungkin terjadi dengan kondisi yang tepat."
(prm) Next Article Deretan Crazy Rich Dunia Juga Ramalkan AS Resesi
Dari sejumlah orang yang memprediksi perlambatan perekonomian di AS, lima orang atau 21% dari responden yakin kelesuan akan dimulai tahun 2019. Sementara itu, 50% responden memprediksi perlambatan ekonomi akan dimulai tahun 2020, dilansir dari CNBC International.
Spring Investment Barometer dari JPMorgan Private Bank yang dirilis pekan ini mengadakan survei terhadap lebih dari 700 klien perorangan global di seluruh Eropa dan Timur Tengah. Kategori super kaya (ultra-high net worth individuals/HNWI) umumnya menggolongkan siapapun yang memiliki aset keuangan yang cair senilai lebih dari $30 juta (Rp 414 miliar), sementara itu kategori kaya didefinisikan dengan kepemilikan aset senilai lebih dari $1 juta.
Anthony Collard, Kepala Investasi Inggris dan Nordik dari JPMorgan, berkata sementara kekhawatiran nampak nyata di antara investor superkaya tentang masa depan perekonomian AS, bank tersebut tidak melihat tanda-tanda yang mendekati resesi.
"Sampai kami melihat ketidakseimbangan pembangunan yang jelas, dan kebijakan mendekati titik yang sangat menekan aktivitas perekonomian, kami bersandar pada pandangan bahwa siklus [ekonomi] akan terus meluas," katanya.
Namun, ada perdebatan di antara para ekonom tentang apakah pertumbuhan, didorong oleh kemajuan global yang tersinkron dan suntikan stimulus seperti undang-undang "Tax Cuts dan Job Act" yang memangkas pajak perusahaan, serta paket belanja federal yang diperbesar, akan bertahan setelah tahun 2019.
Para ekonom seperti Carl Tannenbaum di Northern Trust, Chicago, memperingatkan pertumbuhan tidak akan sejalan dengan defisit anggaran AS yang nampaknya dua tahun lagi akan melebihi $1 triliun. "Suatu saat di dekade selanjutnya, kita akan mengalami resesi yang membuat kita keluar dari lintasan," katanya kepada CNBC International pekan ini.
Bill Gates, miliuner pendiri Microsoft, juga membuat prediksi yang sama meski tanpa lini waktu yang spesifik. Ketika ditanya pada sebuah kesempatan di bulan Maret, tentang kemungkinan krisis keuangan seperti tahun 2008, Gates menjawab, "Ya. Susah untuk mengatakan kapan, tapi itu satu hal yang pasti".
Pengamat pasar juga khawatir tentang kurva imbal hasil (yield) yang semakin datar. Pekan ini, jumlah imbal hasil surat utang berjangka dua tahun AS sudah mendekati imbal hasil surat utang berjangka 10 tahun, atau naik ke level tertinggi sejak tahun 2008.
Hal ini umumnya meningkatkan kecemasan bahwa resesi sudah mengintip di ambang pintu. Alasannya karena imbal hasil jangka pendek yang lebih tinggi menunjukkan inflasi dan suku bunga yang diprediksi tetap rendah untuk waktu lebih panjang.
Namun, seorang yang profesional dalam investasi seperti Saker Nusseibeh, Direktur Eksekutif di Hermes Investment Management, tidak melihat hal ini sebagai penyebab kekhawatiran. Justru dia berada di antara sejumlah orang yang memprediksi kurva lebih tajam, artinya para pemain pasar memprediksi inflasi lebih tinggi dan suku bunga lebih tinggi dari bank sentral AS Federal Reserve/The Fed. Hal itu mengisyaratkan perekonomian yang lebih kuat.
"Kami tidak melihat indikasi apapun dari perekonomian AS yang memasuki kemungkinan resesi," kata Nusseibeh. "Yang kami lihat adalah indikasi jelas tentang perekonomian AS yang lebih kuat dari prediksi."
Pasar memprediksi setidaknya tiga kali kenaikan suku bunga dari The Fed tahun ini. Dari semua orang super kaya yang disurvei oleh JPMorgan, 41% di antaranya yakin bank sentral akan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali atau bahkan lebih setelah kenaikan suku bunga di bulan Maret.
"Mengikuti kenaikan suku bunga yang pertama di bulan Maret, kami memprediksi Federal Reserve menaikkan kebijakan suku bunga secara signifikan tahun ini," kata Collard. "Kami memasuki tahun ini dengan memikirkan bahwa tiga kali kenaikan 25 basis poin akan muncul di tahun 2018, tetapi empat kali kenaikan mungkin terjadi dengan kondisi yang tepat."
(prm) Next Article Deretan Crazy Rich Dunia Juga Ramalkan AS Resesi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular