Internasional

Konsumsi Swasta dan Properti Dorong Pertumbuhan Ekonomi China

Rehia Sebayang & Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
17 April 2018 12:29
Ekonomi China tumbuh 6,8% di kuartal pertama tahun 2018, lebih cepat daripada prediksi analis 6,7%.
Foto: REUTERS/Tyrone Siu
Beijing, CNBC Indonesia - Ekonomi China tumbuh 6,8% di kuartal pertama tahun 2018, lebih cepat daripada prediksi. Laju pertumbuhan itu dipicu oleh kuatnya permintaan konsumen dan, yang tidak diduga, investasi properti meskipun berbagai langkah terus dilakukan demi menahan kenaikan harga rumah.

Beijing ingin mempertahankan keseimbangan ekonomi walaupun menghadapi ketegangan perdagangan yang meningkat dengan mitra terpentingnya, Amerika Serikat (AS), yang bisa mempengaruhi perdagangan lintas batas senilai miliaran dolar.


"Konsumsi sangat kuat, ada pertumbuhan upah yang kuat di daerah perkotaan. Kami meremehkan kekuatan konsumsi di China," kata Iris Pang, Ekonom untuk China Daratan di ING, Hong Kong, melansir dari Reuters, Selasa (17/4/2018).

"Investasi properti sebenarnya naik, jadi saya tidak akan menyimpulkan bahwa sektor properti menghalangi perekonomian," tambahnya, mengacu pada konsensus bahwa sektor tersebut mulai menurun akibat beban kenaikan suku bunga kredit perumahan dan langkah-langkah untuk membatasi spekulasi.

Para analis yang dikumpulkan oleh Reuters memprediksi produk domestik bruto (PDB) tumbuh 6,7% di periode Januari sampai Maret, hanya melambat sedikit dibandingkan pertumbuhan 6,8% di dua kuartal sebelumnya.

Kabar tersebut merupakan berita baik untuk Beijing karena memberi ruang bagi para pembuat kebijakan untuk lebih mengurangi risiko dalam sistem keuangan China dan mengendalikan polusi tanpa memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Kuatnya konsumsi, yang menyumbang 77,8% ke pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama, telah bantu menyokong negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini, bahkan ketika risiko bertambah bagi para pengekspornya.

Investasi perumahan, pendorong penting untuk perekonomian, naik 10,4% di kuartal pertama yang merupakan laju tercepat dalam tiga tahun. Jumlahnya tumbuh dibandingkan kenaikan 9,9% di dua bulan pertama tahun ini dan 9,1% di periode yang sama tahun 2017.

Penjualan ritel bulan Maret naik 10,1% dari tahun sebelumnya, tercepat dalam empat bulan, dengan konsumen yang berbelanja semakin banyak hal mulai dari kosmetik dan pakaian hingga mebel dan peralatan rumah tangga. Para analis memprediksi penjualan ritel naik 9,9% dari 9,7% di dua bulan pertama bulan ini.

Kinerja perekonomian kuartal pertama telah menciptakan dasar yang baik selama setahun penuh, meskipun ketidakpastian internasional semakin bertambah dan perkembangan domestik tetap tidak seimbang, kata Biro Statistik Nasional.

Pertumbuhan tetap berada di atas target pemerintah 6,5% selama setahun penuh, sehingga para pembuat kebijakan lebih percaya diri untuk meningkatkan usaha dalam mengurangi risiko di sistem keuangan dan membersihkan lingkungan.

Secara kuartalan, PDB di kuartal pertama tahun ini tumbuh 1,4% atau melambat dari 1,6% di periode Oktober-Desember tahun lalu.

Para analis telah memprediksi pertumbuhan sekitar 1,5%.

Pertumbuhan investasi aset tetap secara keseluruhan di periode Januari-Maret melambat 7,5%, di bawah prediksi dan berkurang dari 7,9% di bulan Januari dan Februari.

Investasi infrastruktur di kuartal pertama naik 13% dalam setahun, tetapi sedikit melemah dari periode Januari-Februari.

Investasi aset tetap di sektor swasta tumbuh 8,9% di Januari-Maret jika dibandingkan dengan kenaikan 8,1% di dua bulan pertama. Investasi swasta berkontribusi sekitar 60% terhadap keseluruhan investasi China.


Sementara itu, China juga menambah 3,3 juta pekerjaan baru di kota pada kuartal pertama. Pada bulan Maret saja, ada sekitar 1,54 juta pekerjaan baru tercipta, kata Komisi Reformasi dan Pengembangan Nasional melalui situsnya, hari Selasa.

Tingkat pengangguran perkotaan berbasis survei pada bulan Maret di China adalah sebesar 5,1%, kata biro statistik baru-baru ini, dilansir dari Reuters.
(prm) Next Article China Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Lebih Rendah di 2018

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular