
Terdongkrak Data Ekonomi China, IHSG Dibuka Menguat 0,06%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 April 2018 09:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,06% ke level 6.290,86. Dari dalam negeri, suntikan tenaga bagi IHSG masih datang dari neraca perdagangan bulan Maret yang secara mengejutkan mencatatkan surplus senilai US$ 1,09 miliar.
Sepanjang bulan lalu, ekspor tercatat tumbuh sebesar 6,14% YoY, lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni pertumbuhan sebesar 0,8% YoY. Sementara itu, impor tercatat hanya tumbuh sebesar 9,07% YoY, lebih rendah dari ekspektasi pelaku pasar yang sebesar 11,6% YoY. Surplus pada bulan Maret lantas mengakhiri rentetan defisit yang sudah terjadi sepanjang 3 bulan sebelumnya (Desember 2017-Februari 2018).
Memang, dalam kondisi rupiah yang masih berada dalam tekanan seperti saat ini, surplus neraca perdagangan sudah menjadi kejutan yang dinantikan oleh investor. Pasalnya, surplus neraca perdagangan dapat mengurangi tekanan terhadap rupiah akibat adanya aliran devisa yang masuk ke dalam negeri.
Selain itu, kuatnya realisasi APBN memberikan kepercayaan diri bagi investor untuk berbelanja di pasar saham. Dalam tiga bulan pertama 2018, penerimaan negara dari perpajakan mencapai Rp 262,4 triliun, atau naik 16,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, tanpa memperhitungkan pengampunan pajak atau tax amnesty.
Defisit keseimbangan primer juga mengalami perbaikan. Pada kuartal I-2018, defisit keseimbangan primer APBN adalah Rp 17,3 triliun. Sementara dalam periode yang sama tahun sebelumnya adalah Rp 38,7 triliun. Pada kuartal I-2016 lebih parah lagi, dengan defisit mencapai Rp 90,4 triliun.
Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekonomi China yang mengalahkan ekspektasi ikut mendongkrak laju bursa saham dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi China sepanjang kuartal pertama tahun ini tercatat sebesar 6,8% YoY, di atas konsensus yang dihimpun oleh (6,7% YoY). Selain itu, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 10,1% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 9,9% YoY.
Positifnya data-data ekonomi yang dirilis hari ini memberikan harapan bahwa ekonomi China dapat kembali tumbuh di atas target yang dicanangkan oleh pemerintahnya; pada tahun ini, ekonomi China ditargetkan tumbuh sebesar 6,5%, melambat dari capaian tahun 2017 yang sebesar 6,9%.
Masih segar di pikiran kita bagaimana kuatnya laju ekonomi China sepanjang tahun lalu telah mendorong bursa saham dunia mencatatkan reli yang begitu kencang. Hal yang sama kini berpotensi terulang pada tahun ini.
(ank/roy) Next Article Ini Momen Nahas Kala IHSG Jatuh dalam 10 Tahun Terakhir
Sepanjang bulan lalu, ekspor tercatat tumbuh sebesar 6,14% YoY, lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni pertumbuhan sebesar 0,8% YoY. Sementara itu, impor tercatat hanya tumbuh sebesar 9,07% YoY, lebih rendah dari ekspektasi pelaku pasar yang sebesar 11,6% YoY. Surplus pada bulan Maret lantas mengakhiri rentetan defisit yang sudah terjadi sepanjang 3 bulan sebelumnya (Desember 2017-Februari 2018).
Defisit keseimbangan primer juga mengalami perbaikan. Pada kuartal I-2018, defisit keseimbangan primer APBN adalah Rp 17,3 triliun. Sementara dalam periode yang sama tahun sebelumnya adalah Rp 38,7 triliun. Pada kuartal I-2016 lebih parah lagi, dengan defisit mencapai Rp 90,4 triliun.
Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekonomi China yang mengalahkan ekspektasi ikut mendongkrak laju bursa saham dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi China sepanjang kuartal pertama tahun ini tercatat sebesar 6,8% YoY, di atas konsensus yang dihimpun oleh (6,7% YoY). Selain itu, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 10,1% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 9,9% YoY.
Positifnya data-data ekonomi yang dirilis hari ini memberikan harapan bahwa ekonomi China dapat kembali tumbuh di atas target yang dicanangkan oleh pemerintahnya; pada tahun ini, ekonomi China ditargetkan tumbuh sebesar 6,5%, melambat dari capaian tahun 2017 yang sebesar 6,9%.
Masih segar di pikiran kita bagaimana kuatnya laju ekonomi China sepanjang tahun lalu telah mendorong bursa saham dunia mencatatkan reli yang begitu kencang. Hal yang sama kini berpotensi terulang pada tahun ini.
(ank/roy) Next Article Ini Momen Nahas Kala IHSG Jatuh dalam 10 Tahun Terakhir
Most Popular