
Pekan Depan, Cermati Data Perdagangan Sampai Bara Suriah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 April 2018 09:40

Sementara BI dijadwalkan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan pada 18-19 April. Pengumuman suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate akan jatuh pada 19 April.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuan di 4,25% pada bulan ini. Bahkan sejumlah ekonom memperkirakan suku bunga acuan akan bertahan sepanjang 2018.
"Kami memperkirakan BI tetap mempertahankan suku bunga acuan sepanjang 2018 untuk mendorong permintaan domestik. Dengan laju inflasi yang masih terkendali, ini bisa memberi ruang bagi BI untuk mempertahankan sikap netral," papar Eugenia Fabon Victorino, Ekonom ANZ.
Katrina Ell, Ekonom Moody's, juga menyatakan bahwa inflasi menjadi petimbangan utama BI dalam penentuan suku bunga acuan. Apalagi risiko eksternal tengah menghantui Indonesia.
"Rupiah sedang dalam tekanan. Oleh karena itu, pengetatan moneter sepertinya baru akan dimulai pada semester II-2018," sebut Ell.
Jika BI tetap menahan suku bunga acuan, maka selisih (spread) dengan negara-negara lain, terutama AS, akan semakin menyempit. Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) sudah menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan bulan lalu, dan diperkirakan ada dua kali kenaikan lagi sepanjang tahun ini. Bahkan kemungkinan kenaikan Federal Funds Rate sampai empat kali masih terbuka, meski sinyalnya masih samar-samar.
Pengetatan kebijakan moneter juga sudah ditempuh oleh Otoritas Moneter Singapura (MAS) akhir pekan lalu. Bank Negara Malaysia (BNM) juga sebelumnya sudah menaikkan suku bunga acuan. Langkah serupa juga telah ditempuh Bank Sentral Korea Selatan (BoK) dan Bank Sentral China (PBoC).
Tren pengetatan kebijakan moneter global sementara Indonesia masih bertahan dengan sikap (stance) netral tentu akan menjadi perhatian investor. Bila Indonesia tidak mampu menjaga fundamental ekonomi, maka bersiaplah menghadapi aliran modal keluar (capital ouflows) karena keuntungan di negara-negara lain kini lebih menggiurkan. (aji/aji)
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuan di 4,25% pada bulan ini. Bahkan sejumlah ekonom memperkirakan suku bunga acuan akan bertahan sepanjang 2018.
"Kami memperkirakan BI tetap mempertahankan suku bunga acuan sepanjang 2018 untuk mendorong permintaan domestik. Dengan laju inflasi yang masih terkendali, ini bisa memberi ruang bagi BI untuk mempertahankan sikap netral," papar Eugenia Fabon Victorino, Ekonom ANZ.
"Rupiah sedang dalam tekanan. Oleh karena itu, pengetatan moneter sepertinya baru akan dimulai pada semester II-2018," sebut Ell.
Jika BI tetap menahan suku bunga acuan, maka selisih (spread) dengan negara-negara lain, terutama AS, akan semakin menyempit. Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) sudah menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan bulan lalu, dan diperkirakan ada dua kali kenaikan lagi sepanjang tahun ini. Bahkan kemungkinan kenaikan Federal Funds Rate sampai empat kali masih terbuka, meski sinyalnya masih samar-samar.
Pengetatan kebijakan moneter juga sudah ditempuh oleh Otoritas Moneter Singapura (MAS) akhir pekan lalu. Bank Negara Malaysia (BNM) juga sebelumnya sudah menaikkan suku bunga acuan. Langkah serupa juga telah ditempuh Bank Sentral Korea Selatan (BoK) dan Bank Sentral China (PBoC).
Tren pengetatan kebijakan moneter global sementara Indonesia masih bertahan dengan sikap (stance) netral tentu akan menjadi perhatian investor. Bila Indonesia tidak mampu menjaga fundamental ekonomi, maka bersiaplah menghadapi aliran modal keluar (capital ouflows) karena keuntungan di negara-negara lain kini lebih menggiurkan. (aji/aji)
Next Page
Bara Suriah Masih Menyala
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular