Harga Aluminium Sentuh Level Tertinggi Sejak 2011

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
13 April 2018 11:10
Harga aluminium sudah menguat sebesar 17,01% dalam sepekan, dan siap menyambut penguatan terbaik dalam seminggu sejak 1987.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga aluminium primer kontrak berjangka di London Metal Exchange (LME) tercatat naik sebesar 5,05% ke US$2.371/ton, pada penutupan perdagangan kemarin. Dengan capaian tersebut, harga aluminium sudah menguat sebesar 17,01% dalam sepekan, dan siap menyambut penguatan terbaik dalam seminggu sejak 1987.

Harga Aluminium Sentuh Level Tertinggi Sejak 2011 Foto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung

Catatan positif terkait harga aluminium, yaitu kemarin mampu mencapai titik tertingginya pada tahun ini. Padahal memasuki bulan Maret 2018, harga aluminium anjlok habis-habisan seiring keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) menerapkan tarif impor aluminium. Harga aluminium bahkan jatuh hingga mencapai titik terendah tahun ini di level US$1.965,25/ton, pada awal April lalu.

Namun, hanya dalam rentang kurang dari 10 hari, kondisinya berubah 180 derajat. Harga aluminium kemudian menguat 7 hari berturut-turut hingga kemarin, dan menyentuh level terkuatnya bahkan sejak 2011. 

Kenaikan harga aluminium dipicu oleh munculnya kekhawatiran adanya disrupsi pasokan global pasca Amerika Serikat (AS) memberikan sanksi pada oligarki Rusia Oleg Deripaska dan perusahaan miliknya United Co. Rusal (UC Rusal).

Sebagai catatan, UC Rusal merupakan produsen aluminium terbesar kedua di dunia pada 2016, dan berkontribusi sekitar 7% dari produksi aluminium global, atau menyumbang sekitar 11,5 juta ton alumina per tahun.

Menyusul sanksi dari Negeri Paman Sam tersebut, seluruh aset dari Deripraska dan UC Rusal yang berada di bawah yurisdiksi AS akan dibekukan. Warga negara atau entitas bisnis AS juga dilarang untuk bertransaksi dengan perusahaan tersebut.

Dalam beberapa pekan terakhir, penasihat keamanan nasional AS memang telah mendorong diluncurkannya lebih banyak sanksi pada sejumlah individu dan entitas dari Rusia. Hal ini diambil menyusul insiden serangan terhadap mantan agen intelijen militer Rusia di Inggris, serta dugaan campur tangan Rusia di dalam pemilu presiden Negeri Paman Sam.

Selain karena sanksi AS, secara fundamental, berkurangnya stok aluminium di China juga menjadi penyokong harga aluminium. Stok aluminium di Negeri Tirai Bambu tercatat menurun 0,18% ke 2,227 juta ton per 4 April lalu. Sementara itu, permintaan aluminium juga diestimasikan masih kuat pada tahun ini, seiring gencarnya proyek infrastruktur di dunia.

Dari perkembangan harga logam industri lainnya, kemarin harga tembaga terkoreksi 1,72%, sementara nikel turun 1,07%. Penguatan dolar AS nampaknya menjadi pemberat harga kedua komoditas tersebut. Sebagai catatan, Indeks dolar AS, yang mengukur posisi mata uang Negeri Paman Sam terhadap 6 mata uang utama dunia, bergerak menguat 0,2% kemarin.


(hps) Next Article Luar Biasa! Harga Nikel To The Moon, Ini Revolusi Energi Bung

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular