Yield Obligasi Negara Turun, AS Jadi Makin Menarik

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 April 2018 13:14
Investor perlu mewaspadai pembalikan arus modal karena yield obligasi AS naik.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi negara perlahan terkoreksi karena akumulasi jual investor. Investor obligasi domestik perlu mewaspadai pembalikan arus modal karena yield instrumen serupa di Amerika Serikat (AS) naik.

Pada Rabu (11/4/2018), yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun berada di 6,592%. Terendah sejak 5 Maret silam. 

Yield Obligasi Negara Turun, AS Jadi Makin MenarikReuters

Penurunan yield artinya harga instrumen ini naik. Kenaikan harga menggambarkan minat yang tinggi terhadap SBN.
 Dalam lelang SBN kemarin, penawaran yang masuk mencapai Rp 37,72 triliun. Meningkat dibandingkan lelang pada 27 Maret yang sebesar Rp 35,57. 

Harga SBN tenor 10 tahun hari ini tercatat 96,595%. Naik dibandingkan sehari sebelumnya yaitu 96,359%. 

Yield Obligasi Negara Turun, AS Jadi Makin MenarikHarga SBN 10 Tahun (Reuters)
Namun, ada kemungkinan minat ini tidak bertahan lama. Pasalnya, yield obligasi negara AS malah bergerak naik. Hari ini, yield obligasi negara AS tenor 10 tahun berada di 2,799%. Naik dibandingkan posisi kemarin yaitu 2,797%. 

Seiring meredanya instrumen perang dagang, investor pun mulai berani mengambil risiko. Instrumen-instrumen di negara berkembang pun menjadi sasaran, termasuk SBN. Sementara instrumen aman (safe haven) seperti obligasi negara AS ditinggalkan untuk sejenak. 

Berkurangnya minat investor kemudian menurunkan harga obligasi AS. Ketika harga turun, yield pun bergerak ke arah sebaliknya. 

Namun dalam suatu titik, yield obligasi negara AS yang naik menjadi menarik di mata pelaku pasar. Demi mencari keuntungan, investor pun berpotensi kembali ke Negeri Paman Sam dan meninggalkan negara-negara berkembang, bukan tidak mungkin Indonesia. 

Apalagi data ekonomi di AS semakin menunjukkan perbaikan. Secara month to month (MtM), inflasi tingkat produsen di AS periode Maret tercatat 0,3%. Lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang sebesar 0,1% MtM. 

Kenaikan harga di tingkat produsen tentu akan diteruskan kepada konsumen. Data inflasi di tingkat konsumen dijadwalkan akan keluar pada hari ini. 

Jika terjadi percepatan laju inflasi pada Maret, maka investor akan terbayang-bayang kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang lebih agresif. Kenaikan suku bunga akan berdampak positif bagi pasar obligasi, yang sensitif terhadap suku bunga sehingga semakin menarik minat investor.

Ketika terjadi pembalikan arus modal ke AS, maka pasar SBN bisa tertekan. Harga akan turun dan yield bergerak ke atas. Pemerintah dan pelaku pasar perlu mewaspadai risiko ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular