Wall Street Berpotensi Dibuka Positif, Eropa di Zona Hijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 April 2018 18:37
sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing diimplikasikan naik sebesar 18,63 poin dan 66,54 poin.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham AS berpotensi dibuka menguat pada perdagangan hari ini. Hal ini terlihat dari kontrak futures yang saat ini ditransaksikan di zona hijau: kontrak futures indeks Dow Jones mengimplikasikan kenaikan 182,24 poin pada saat pembukaan, sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing diimplikasikan naik sebesar 18,63 poin dan 66,54 poin.

Penguatan bursa saham Asia dan Eropa pada perdagangan hari ini nampaknya akan menjalar ke bursa saham Negeri Paman Sam. Pada hari ini, bursa saham Asia dan Eropa menguat seiring dengan investor yang nampaknya sudah tak terlalu mempermasalahkan isu perang dagang.

Adalah Larry Kudlow, mantan achor CNBC yang kini menjadi Penasihat Ekonomi Gedung Putih kembali menjadi penyelamat bagi bursa saham. Mengutip CNBC, ia menegaskan bahwa sejauh ini belum ada perang dagang antara AS dengan China. Namun, ia juga tak menampik bahwa negosiasi soal tarif bea masuk dengan China memang belum menemui kesimpulan.

Selain perkembangan perang dagang, investor juga akan memantau perkembangan dari isu-isu yang menyelimuti raksasa media sosial Facebook. Pada akhir pekan, perusahaan besutan Mark Zuckerberg tersebut diketahui memberikan suspensi terhadap CubeYou, sebuah perusahaan penyedia jasa analisis data, pasca CNBC menginfokan kepada Facebook bahwa perusahaan asal Italia tersebut telah mengumpulkan data penggunanya melalui serangkaian kuis.

Sebagai catatan, pada hari Jumat lalu (6/4/2018) indeks Dow Jones terkoreksi 2,34%, S&P 500 turun 2,2%, dan Nasdaq anjlok 2,3%. Kala itu, Wall Street terkoreksi menyusul isu perang dagang kembali memanas pasca Trump memerintahkan United States Trade Representative (USTR) untuk mengkaji kemungkinan mengenakan bea masuk baru bagi senilai US$ 100 miliar produk impor asal China.

Trump menyatakan opsi tersebut diambil sebagai respon dari aksi balasan China yang sebelumnya telah mengumumkan bea masuk bagi produk impor asal AS senilai US$ 50 miliar. Total, ada 106 produk yang akan dikenakan bea masuk, termasuk kedelai, mobil, pesawat terbang, dan wiski.

Kemudian, data tenaga kerja AS juga menambah ketidakpastian bagi para investor. Sepanjang bulan lalu, penciptaan lapangan kerja non-pertanian di AS tercatat sebesar 103.000, jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar 193.000. Sementara itu, tingkat pengangguran per akhir Maret nyatanya masih berada di angka 4,1%, lebih tinggi dari estimasi pelaku pasar yang memperkirakan tingkat pengangguran akan melandai ke angka 4%.

Namun, tingkat pertumbuhan upah sepanjang Maret tercatat sebesar 0,3% MoM, sesuai dengan estimasi. Capaian ini juga lebih baik dari periode Februari yang hanya sebesar 0,1% MoM.

Di satu sisi, lemahnya penciptaan tenaga kerja dan masih tingginya angka pengangguran mungkin akan membuat the Federal Reserve berhati-hati dalam melakukan normalisasi kebijakan. Namun di sisi lain, pertumbuhan tingkat upah yang cukup kuat membuka ruang bagi sang bank sentral untuk menginjak gas lebih kencang dari yang sebelumnya mereka rencanakan.
(hps) Next Article Xi Jinping Tenangkan Pasar, Wall Street Siap-siap Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular