
Sanksi AS Dorong Kenaikan Harga Aluminium Pekan Lalu
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
09 April 2018 15:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga aluminium reli 3 hari berturut-turut hingga akhir pekan lalu, setelah Amerika Serikat (AS) memutuskan memberikan sanksi pada oligarki Rusia Oleg Deripaska dan perusahaan miliknya United Co. Rusal (UC Rusal), yang merupakan produsen aluminium terbesar di Negeri Beruang Merah.
Selain itu, seluruh aset Deripraska dan UC Rusal yang berada di bawah yurisdiksi AS akan dibekukan. Warga negara atau entitas bisnis AS juga dilarang untuk bertransaksi dengan perusahaan tersebut.
Dalam beberapa pekan terakhir, penasihat keamanan nasional AS memang telah mendorong diluncurkannya lebih banyak sanksi pada sejumlah individu dan entitas dari Rusia. Hal ini diambil menyusul insiden serangan terhadap mantan agen intelijen militer Rusia di Inggris, serta dugaan campur tangan Rusia di dalam pemilu presiden Negeri Paman Sam.
Alhasil, adanya sanksi terhadap UC Rusal meningkatkan risiko bahwa aluminium dari Rusia tidak dapat memasuki Negeri Paman Sam. Selain itu, sanksi tersebut dapat membatasi pembeli untuk membeli langsung aluminium dari UC Rusal.
Selain menjadi produsen aluminium terbesar di Rusia, UC Rusal juga berkontribusi sekitar 7% dari produksi aluminium global, atau menyumbang sekitar 11,5 juta ton alumina per tahun. Tak pelak, adanya sanksi dari AS tersebut memberikan sentimen akan terancamnya pasokan dunia, kemudian mendongkrak harga aluminium global.
Harga aluminium primer kontrak berjangka di London Metal Exchange (LME) tercatat menguat sebesar 1,73% ke US$2.026,25/ton, pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Dengan capaian tersebut, harga aluminium sudah menguat tiga hari berturut-turut, dimana selama sepekan naik sebesar 1,78%.
Melambungnya harga aluminium tersebut menjadi catatan paling positif di antara kategori logam industri lainnya, dimana dalam sepekan lalu harga tembaga menguat 1,09%, timah terkoreksi 0,35%, dan nikel turun 0,28%.
(hps) Next Article Harga Aluminium Sentuh Level Tertinggi Sejak 2011
Selain itu, seluruh aset Deripraska dan UC Rusal yang berada di bawah yurisdiksi AS akan dibekukan. Warga negara atau entitas bisnis AS juga dilarang untuk bertransaksi dengan perusahaan tersebut.
Dalam beberapa pekan terakhir, penasihat keamanan nasional AS memang telah mendorong diluncurkannya lebih banyak sanksi pada sejumlah individu dan entitas dari Rusia. Hal ini diambil menyusul insiden serangan terhadap mantan agen intelijen militer Rusia di Inggris, serta dugaan campur tangan Rusia di dalam pemilu presiden Negeri Paman Sam.
Selain menjadi produsen aluminium terbesar di Rusia, UC Rusal juga berkontribusi sekitar 7% dari produksi aluminium global, atau menyumbang sekitar 11,5 juta ton alumina per tahun. Tak pelak, adanya sanksi dari AS tersebut memberikan sentimen akan terancamnya pasokan dunia, kemudian mendongkrak harga aluminium global.
Harga aluminium primer kontrak berjangka di London Metal Exchange (LME) tercatat menguat sebesar 1,73% ke US$2.026,25/ton, pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Dengan capaian tersebut, harga aluminium sudah menguat tiga hari berturut-turut, dimana selama sepekan naik sebesar 1,78%.
![]() |
Melambungnya harga aluminium tersebut menjadi catatan paling positif di antara kategori logam industri lainnya, dimana dalam sepekan lalu harga tembaga menguat 1,09%, timah terkoreksi 0,35%, dan nikel turun 0,28%.
(hps) Next Article Harga Aluminium Sentuh Level Tertinggi Sejak 2011
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular