
Instrumen Safe Haven Paling Cuan: Emas, Yen, atau Franc?
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
09 April 2018 13:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat pasar keuangan bergejolak, investor cenderung bermain aman dan memilih menempatkan dana di instrumen yang dikenal sebagai safe haven. Di antara instrumen safe haven seperti emas, yen Jepang, dan franc Swiss, mana yang paling menguntungkan?
Saat ini, pasar keuangan global tengah dihantui sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Aksi saling balas pengenaan bea masuk dilakukan kedua negara, yang bisa mengancam perdagangan dunia.
Merespons perang dagang, investor pun enggan bermain dengan aset-aset berisiko seperti saham. Ini terlihat dari sepanjang pekan lalu Wall Street terkoreksi cukup tajam. Dow Jones Industrial Average terkoreksi 0,7%, S&P 500 melemah 1,4%, dan Nasdaq berkurang 2,1%.
Volatilitas pasar saham sedang cukup tinggi. Ini terlihat dari pergerakan indeks VIX yang naik lumayan tajam. Volatilitas, instabilitas, dan ketidakpastian adalah hal yang dibenci investor.
Investor terlihat memilih instrumen aman alias safe haven yang menawarkan kepastian. Ada beberapa instrumen yang bisa dilihat sebagai safe haven, tetapi umumnya ada tiga yaitu emas, yen Jepang, dan franc Swiss.
Di antara tiga instrumen itu, manakah yang paling menguntungkan bagi investor? Untuk menjawab hal itu, bisa dilihat dari pergerakan tiga instrumen tersebut sejak awal tahun. Ternyata jawabannya adalah yen Jepang, yang menguat sampai 4,71%.
Meski yen diburu investor dan nilai tukarnya terapresiasi, tetapi hal itu tidak selamanya menguntungkan bagi Jepang. Sebab, penguatan yen akan berdampak negatif bagi ekspor Jepang. Harga produk Jepang menjadi lebih mahal di pasar internasional.
Padahal, Jepang merupakan negara eksportir. Pertumbuhan ekonomi Jepang sangat didorong oleh ekspor dan investasi, terutama investasi yang dilakukan di luar negeri.
Negara yang mengandalkan ekspor dan investasi biasanya mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Inilah yang terjadi di Jepang pada dekade 1960-an hingga 1990-an.
Namun, model pertumbuhan ekonomi seperti ini rentan terhadap gejolak eksternal. Kala ekspor dan investasi terkontraksi, perekonomian Jepang ikut terseret merah.
Ketika perekonomian dunia melambat, maka permintaan menurun sehingga sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik. Penguatan yen Jepang bukan kabar baik buat eksportir.
Ini terlihat pada survey Tankan yang dilaksanakan Bank Sentral Jepang (BoJ) untuk mengukur tingkat kepercayaan atau optimisme pelaku usaha. Pada Maret, indeks Tankan bernilai 28. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 29, dan pada Januari bahkan nilainya masih 35.
Salah satu penyebab di balik penurunan optimisme pebisnis adalah penguatan yen Jepang. Penguatan yang cepat ini dikhawatirkan menciderai ekspor Jepang.
(aji/aji) Next Article Perang Dagang Memanas, Investor Buru Emas, Yen, dan Franc
Saat ini, pasar keuangan global tengah dihantui sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Aksi saling balas pengenaan bea masuk dilakukan kedua negara, yang bisa mengancam perdagangan dunia.
Merespons perang dagang, investor pun enggan bermain dengan aset-aset berisiko seperti saham. Ini terlihat dari sepanjang pekan lalu Wall Street terkoreksi cukup tajam. Dow Jones Industrial Average terkoreksi 0,7%, S&P 500 melemah 1,4%, dan Nasdaq berkurang 2,1%.
![]() |
Di antara tiga instrumen itu, manakah yang paling menguntungkan bagi investor? Untuk menjawab hal itu, bisa dilihat dari pergerakan tiga instrumen tersebut sejak awal tahun. Ternyata jawabannya adalah yen Jepang, yang menguat sampai 4,71%.
Instrumen | Bid Terakhir | Change YTD (%) |
Yen Jepang (JPY) | 106,99/US$ | 4,71 |
Franc Swiss (CHF) | 0,9596/US$ | 1,20 |
Emas (XAU) | 1322,46/US$ | 1,09 |
Meski yen diburu investor dan nilai tukarnya terapresiasi, tetapi hal itu tidak selamanya menguntungkan bagi Jepang. Sebab, penguatan yen akan berdampak negatif bagi ekspor Jepang. Harga produk Jepang menjadi lebih mahal di pasar internasional.
Padahal, Jepang merupakan negara eksportir. Pertumbuhan ekonomi Jepang sangat didorong oleh ekspor dan investasi, terutama investasi yang dilakukan di luar negeri.
Negara yang mengandalkan ekspor dan investasi biasanya mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Inilah yang terjadi di Jepang pada dekade 1960-an hingga 1990-an.
![]() |
Ketika perekonomian dunia melambat, maka permintaan menurun sehingga sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik. Penguatan yen Jepang bukan kabar baik buat eksportir.
Ini terlihat pada survey Tankan yang dilaksanakan Bank Sentral Jepang (BoJ) untuk mengukur tingkat kepercayaan atau optimisme pelaku usaha. Pada Maret, indeks Tankan bernilai 28. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 29, dan pada Januari bahkan nilainya masih 35.
Salah satu penyebab di balik penurunan optimisme pebisnis adalah penguatan yen Jepang. Penguatan yang cepat ini dikhawatirkan menciderai ekspor Jepang.
Terbukti ekspor Jepang pada Februari hanya tumbuh 1,8%. Jauh melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 12,3%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Perang Dagang Memanas, Investor Buru Emas, Yen, dan Franc
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular