
Safe Haven Jadi Buruan Investor Saat Pasar Saham Volatile
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 April 2018 12:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Instrumen investasi berkarakter safe haven menjadi pilihan pelaku pasar pada saat pasar saham mengalami goncangan. Pasar saham dunia kembali mendapat tekanan pada hari ini (6/4/2018), pasca Presiden Amerika Serikat Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan United States Trade Representative (USTR) untuk mengkaji kemungkinan pengenaan bea masuk baru bagi senilai US$ 100 miliar produk impor asal China.
Merespons pernyataan tersebut, harga emas kontrak pengiriman Juni 2018 naik 0,18% menjadi US$ 1.330,9/ troy ounce. Sementara itu, nilai tukar Yen menguat 0,08% terhadap dolar AS, dan Swiss Franc menguat 0,11% terhadap dolar AS.
Trump menyatakan opsi tersebut diambil sebagai respon dari aksi balasan China yang sebelumnya telah mengumumkan bea masuk bagi produk impor asal AS senilai US$ 50 miliar. Total, ada 106 produk asal AS yang akan dikenakan bea masuk, termasuk kedelai, mobil, pesawat terbang, dan wiski.
Perintah Trump kepada USTR tersebut lantas membuka babak baru dari perselisihan antar kedua negara dalam hal perdagangan. Padahal, sebelumnya tensi sudah mereda pasca Larry Kudlow selaku Penasihat Ekonomi Gedung Putih mengatakan bahwa AS siap bernegosiasi dengan China.
Sampai dengan berita ini diturunkan, beberapa indeks saham di kawasan regional terpuruk di zona merah: Nikkei turun 0,17%, Kospi turun 0,6%, dan KLCI (Malaysia) turun 0,13%. Sementara itu, IHSG terkoreksi 0,04% ke level 6.180,81 poin.
Di sisi lain, instrumen safe haven menjadi pilihan pelaku pasar: harga emas kontrak pengiriman Juni 2018 naik 0,18% menjadi US$ 1.330,9/ troy ounce, Yen menguat 0,08% terhadap dolar AS, dan Swiss Franc menguat 0,11% terhadap dolar AS.
Nantikan Rilis Data Tenaga Kerja AS
Selain dipicu oleh kembali memanasnya tensi antara China dan AS, pelaku pasar juga nampak bermain aman sembari menantikan rilis data tenaga kerja AS. Pada malam ini pukul 19:30, pemerintahan AS dijadwalkan merilis data penciptaan lapangan kerja non-pertanian periode Maret 2018. Konsensus yang dihimpun oleh Reuters memperkirakan Negeri Paman Sam menciptakan sebanyak 193.00 lapangan kerja diluar sektor pertanian sepanjang bulan lalu.
Kemudian, pada waktu yang bersamaan pemerintahan AS juga dijadwalkan merilis data tingkat pengangguran per akhir Maret, dimana pelaku pasar memperkirakan akan ada penurunan tingkat pengangguran menjadi 4%, dari yang sebelumnya 4,1%. Jika kedua data tersebut ternyata lebih baik dari ekspektasi, maka pasar saham berpotensi kembali tertekan.
Dalam proyeksi ekonominya yang dirilis pasca pertemuan bulan lalu, the Fed menaikkan target pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 2,7%, dari yang sebelumnya 2,5%. Sementara untuk tahun 2019, targetnya dinaikkan 0,3% menjadi 2,4%, dari yang sebelumnya 2,1%.
Lantas, jika data tenaga kerja AS nantinya menggembirakan, maka target dari the Fed besar kemungkinan akan tercapai sehingga terdapat pintu bagi sang bank sentral untuk melakukan normalisasi secara lebih agresif dari yang direncanakan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Dolar AS Mulai Bangkit, Harga Emas Turun Tipis
Merespons pernyataan tersebut, harga emas kontrak pengiriman Juni 2018 naik 0,18% menjadi US$ 1.330,9/ troy ounce. Sementara itu, nilai tukar Yen menguat 0,08% terhadap dolar AS, dan Swiss Franc menguat 0,11% terhadap dolar AS.
Trump menyatakan opsi tersebut diambil sebagai respon dari aksi balasan China yang sebelumnya telah mengumumkan bea masuk bagi produk impor asal AS senilai US$ 50 miliar. Total, ada 106 produk asal AS yang akan dikenakan bea masuk, termasuk kedelai, mobil, pesawat terbang, dan wiski.
Sampai dengan berita ini diturunkan, beberapa indeks saham di kawasan regional terpuruk di zona merah: Nikkei turun 0,17%, Kospi turun 0,6%, dan KLCI (Malaysia) turun 0,13%. Sementara itu, IHSG terkoreksi 0,04% ke level 6.180,81 poin.
Di sisi lain, instrumen safe haven menjadi pilihan pelaku pasar: harga emas kontrak pengiriman Juni 2018 naik 0,18% menjadi US$ 1.330,9/ troy ounce, Yen menguat 0,08% terhadap dolar AS, dan Swiss Franc menguat 0,11% terhadap dolar AS.
Nantikan Rilis Data Tenaga Kerja AS
Selain dipicu oleh kembali memanasnya tensi antara China dan AS, pelaku pasar juga nampak bermain aman sembari menantikan rilis data tenaga kerja AS. Pada malam ini pukul 19:30, pemerintahan AS dijadwalkan merilis data penciptaan lapangan kerja non-pertanian periode Maret 2018. Konsensus yang dihimpun oleh Reuters memperkirakan Negeri Paman Sam menciptakan sebanyak 193.00 lapangan kerja diluar sektor pertanian sepanjang bulan lalu.
Kemudian, pada waktu yang bersamaan pemerintahan AS juga dijadwalkan merilis data tingkat pengangguran per akhir Maret, dimana pelaku pasar memperkirakan akan ada penurunan tingkat pengangguran menjadi 4%, dari yang sebelumnya 4,1%. Jika kedua data tersebut ternyata lebih baik dari ekspektasi, maka pasar saham berpotensi kembali tertekan.
Dalam proyeksi ekonominya yang dirilis pasca pertemuan bulan lalu, the Fed menaikkan target pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 2,7%, dari yang sebelumnya 2,5%. Sementara untuk tahun 2019, targetnya dinaikkan 0,3% menjadi 2,4%, dari yang sebelumnya 2,1%.
Lantas, jika data tenaga kerja AS nantinya menggembirakan, maka target dari the Fed besar kemungkinan akan tercapai sehingga terdapat pintu bagi sang bank sentral untuk melakukan normalisasi secara lebih agresif dari yang direncanakan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Dolar AS Mulai Bangkit, Harga Emas Turun Tipis
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular