
Terkapar! Rupiah Dikeroyok Mata Uang Eropa

Jakarta, CNBC Indonesia- Kurs rupiah melanjutkan tren koreksi di hadapan mata uang negara-negara Eropa pada perdagangan hari ini, Senin (21/2/2022). Sejak pekan lalu, nilai tukar rupiah tak kuasa di hadapan euro, poundsterling, dan dolar franc swiss.
Mengacu data Refinitiv, pada pukul 11:12 WIB, tercatat rupiah terkoreksi 0,27% di hadapan euro ke Rp 16.261,84/EUR dan terhadap poundsterling,rupiah melemah 0,13% ke Rp 19.492,74/GBP. Hal yang serupa terjadi, kurs rupiah terdepresiasi terhadap dolar franc swiss sebanyak 0,11% ke Rp 15.558,09.
Dari sisi fundamentalnya, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) dan Inggris akan memutus akses perusahaan Rusia yang menggunakan kurs poundsterling dan dolar AS jika Rusia memulai invasi ke Ukraina.
Mengingat posisi Rusia sebagai salah satu pengekspor minyak, gas, dan logam utama dunia dan wilayah Eropa, yang sebagian besar transaksinya dalam dolar AS maka berpotensi memiliki dampak yang besar. Maka dari itu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyerukan untuk mengurangi ketergantungan pada perdagangan dolar AS dan membuat kontrak energi dengan China menggunakan kurs euro.
Menurut Igor Sechin, Direktur Utama Perusahaan minyak terbesar Rusia Rosneft, mereka telah sepenuhnya mengalihkan kontraknya menggunakan euro dari dolar AS untuk melindungi transaksinya dari sanksi AS. Namun, Inggris menyumbang lebih dari 43% dari pendapatan mereka.
AS memprediksikan bahwa invasi Rusia akan mentargetkan beberapa kota selain ibu kota Kyiv, yaitu kota Kharkiv yang berada di timur laut, kota Odessa, dan kota Kherson di wilayah selatan.
Hal tersebut berpotensi membuat euro semakin menguat di pasar spot karena aliran dana dari perusahaan-perusahaan di Rusia yang akan mengganti kurs transaksi mereka menggunakan euro. Sementara itu, dolar franc swiss merupakan salah satu aset safe haven, sehingga penguatannya di pasar spot dapat mencerminkan bahwa permintaan mata uang safe haven meningkat di tengah pasar yang volatil akibat tensi Rusia-Ukraina.
Namun, pemerintah Indonesia sepertinya tidak diam saja melihat performa rupiah yang kurang baik sejak pekan lalu. Kemarin, Bank Indonesia (BI) memperbaharui perjanjian bilateral dengan Reserve Bank of Australia untuk memperbaharui perjanjian swap bilateral dalam mata uang lokal masing-masing negara (Bilateral Currency Swap Arrangement/BCSA) yang berlaku sejak 18 Februari 2022. Perjanjian tersebut memungkinkan dilakukannya pertukaran dalam mata uang lokal masing-masing negara senilai AUD$10 miliar dan Rp 100 triliun.
Perjanjian kerja sama ini ditujukan untuk mendorong perdagangan bilateral antara Australia dan Indonesia dalam rangka pembangunan ekonomi kedua negara. Tidak hanya itu, BI merencanakan akan melakukan kerja sama keuangan dengan bank sentral lain di beberapa negara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Perkasa di Negara-Negara Eropa!