
Investor Pantau Perang Dagang, Yield Obligasi Negara Naik
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 April 2018 11:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi negara Indonesia kembali naik. Perkembangan isu perang dagang yang masih 'liar' membuat investor cenderung menarik diri dari instrumen berisiko dan memilih safe haven assets.
Pada Senin (9/4/2018), yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,625%. Naik dibandingkan posisi akhir pekan lalu yaitu 6,602%.
Yield instrumen ini cenderung naik sejak 5 April. Sebelumnya, SBN 10 tahun mengalami reli penurunan yield dari 26 Maret sampai 3 April karena tingginya minat investor.
Investor masih menantikan dinamika isu perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China. Untuk saat ini, perkembangan teranyar adalah Presiden AS Donald Trump optimistis bahwa kesepakatan dengan China akan segera tercapai. Dalam cuitannya di Twitter, Trump menyebutkan China akan menghapuskan hambatan perdagangan (trade barriers) dan lebih menghormati hak atas kekayaan intelektual.
"China akan menghapuskan trade barriers mereka, karena itu hal yang benar. Pajak akan bersifat resiprokal dan akan ada kesepakatan mengenai hak kekayaan intelektual," tulis Trump.
Eks taipan properti tersebut juga memuji sosok Presiden China, Xi Jinping. Trump menyebut Xi sebagai sahabatnya.
"Presiden Xi dan saya selalu akan menjadi sahabat, apapun yang terjadi dengan perselisihan di perdagangan. Masa depan akan cerah bagi kedua negara!" tulis Trump.
Cuitan Trump membawa optimisme di pasar bahwa para pemimpin di AS dan China masih berupaya untuk menghindari perang dagang. Bila perang dagang AS-China tidak terjadi, maka arus perdagangan dunia akan lancar sehingga setiap negara bisa menikmati devisa dari ekspor.
Perkembangan positif juga datang dari China. Mengutip Reuters, meski hubungan Beijing-Washington tengah agak panas, tetapi China sepertinya tidak akan membalas dengan menjual kepemilikannya di obligasi negara Negeri Adidaya.
Saat ini, China merupakan investor asing terbesar di pasar obligasi negara AS. Per Januari 2018, China memegang US$ 1,17 triliun obligasi AS dan berada di posisi pertama.
Namun, perkembangan ini dirasa belum kuat. Investor masih menantikan 'pantun' balasan dari China.
Presiden China Xi Jinping dijadwalkan akan memberi pidato di Boao Forum pada 10 April waktu setempat. Investor menunggu pernyataan resmi dari Presiden Xi terkait perang dagang.
Jika Presiden Xi ikut melunak, maka akan menjadi sentimen positif. Namun bila Presiden Xi panas, maka bisa membuat pelaku pasar semakin grogi.
Untuk saat ini, investor masih cenderung mengamankan aset di instrumen safe haven seperti emas. Harga emas COMEX kontrak pengiriman Juni 2018 menguat tipis 0,02% ke US$1.336,40/troy ounce. Kekhawatiran akan perang dagang nampaknya masih menyokong harga sang logam mulia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN
Pada Senin (9/4/2018), yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,625%. Naik dibandingkan posisi akhir pekan lalu yaitu 6,602%.
Yield instrumen ini cenderung naik sejak 5 April. Sebelumnya, SBN 10 tahun mengalami reli penurunan yield dari 26 Maret sampai 3 April karena tingginya minat investor.
![]() |
"China akan menghapuskan trade barriers mereka, karena itu hal yang benar. Pajak akan bersifat resiprokal dan akan ada kesepakatan mengenai hak kekayaan intelektual," tulis Trump.
Eks taipan properti tersebut juga memuji sosok Presiden China, Xi Jinping. Trump menyebut Xi sebagai sahabatnya.
"Presiden Xi dan saya selalu akan menjadi sahabat, apapun yang terjadi dengan perselisihan di perdagangan. Masa depan akan cerah bagi kedua negara!" tulis Trump.
Cuitan Trump membawa optimisme di pasar bahwa para pemimpin di AS dan China masih berupaya untuk menghindari perang dagang. Bila perang dagang AS-China tidak terjadi, maka arus perdagangan dunia akan lancar sehingga setiap negara bisa menikmati devisa dari ekspor.
Perkembangan positif juga datang dari China. Mengutip Reuters, meski hubungan Beijing-Washington tengah agak panas, tetapi China sepertinya tidak akan membalas dengan menjual kepemilikannya di obligasi negara Negeri Adidaya.
Saat ini, China merupakan investor asing terbesar di pasar obligasi negara AS. Per Januari 2018, China memegang US$ 1,17 triliun obligasi AS dan berada di posisi pertama.
![]() |
Presiden China Xi Jinping dijadwalkan akan memberi pidato di Boao Forum pada 10 April waktu setempat. Investor menunggu pernyataan resmi dari Presiden Xi terkait perang dagang.
Jika Presiden Xi ikut melunak, maka akan menjadi sentimen positif. Namun bila Presiden Xi panas, maka bisa membuat pelaku pasar semakin grogi.
Untuk saat ini, investor masih cenderung mengamankan aset di instrumen safe haven seperti emas. Harga emas COMEX kontrak pengiriman Juni 2018 menguat tipis 0,02% ke US$1.336,40/troy ounce. Kekhawatiran akan perang dagang nampaknya masih menyokong harga sang logam mulia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular