Obligasi Catat Kinerja Positif di Tengah Isu Perang Dagang

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 April 2018 10:42
Obligasi Catat Kinerja Positif di Tengah Isu Perang Dagang
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi negara cenderung positif sepanjang perdagangan pekan lalu, dengan imbal hasil (yield) yang turun. Peralihan dana investor dari pasar saham membantu penguatan pasar Surat Berharga Negara (SBN). 

Pada perdagangan Jumat kemarin, yield SBN 10 tahun berada di 6,602%. Turun dibandingkan pada awal pekan yang masih 6,628%. 

Obligasi Catat Kinerja Positif di Tengah Isu Perang Dagang Foto: Reuters
Penurunan yield mencerminkan kenaikan harga, Sepanjang pekan ini, harga SBN seri acuan tenor 10 tahun bergerak naik. Ini menandakan SBN tengah diminati oleh pelaku pasar. 

Obligasi Catat Kinerja Positif di Tengah Isu Perang Dagang Reuters
SBN sepertinya menerima limpahan dari dana-dana di pasar saham. Pasalnya, pasar modal domestik terlihat mengalami tekanan selama pekan ini. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,23% selama 2-6 April lalu. Sementara investor asing melakukan jual bersih (net sell) mencapai Rp 1,4 triliun. Dalam periode yang sama kepemilikan asing di SBN justru naik Rp 9,4 triliun. 

Obligasi Catat Kinerja Positif di Tengah Isu Perang Dagang DJPPR Kemenkeu
Pekan ini, ketidakpastian di pasar muncul dari sentimen perang dagang. Drama perang dagang diawali oleh langkah AS yang mengumumkan daftar 1.300 produk China mulai dari peralatan elektronik sampai kesehatan yang akan dikenakan bea masuk baru. Ini dilakukan demi melindungi hak atas kekayaan intelektual. 

Hitungan jam setelah langkah AS, China menggerakkan bidaknya di papan. Pemerintah China mengumumkan 106 produk AS, termasuk kedelai dan kapas, yang akan dikenakan bea masuk baru hingga 25%. Aksi saling balas semakin panas. 

Namun, tensi sedikit mereda setelah Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, menolak anggapan perang dagang telah terjadi. Dia menyatakan kedua pihak terus melakukan negosiasi, dan dalam proses tersebut berbagai cara dilakukan. 

Kudlow juga menyebut bisa saja langkah AS yang menetapkan bea masuk terhadap 1.300 produk China hanya sebuah upaya negosiasi. Oleh karena itu, ada kemungkinan untuk tidak diterapkan.

Namun kemarin, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa langkah China menerapkan bea masuk untuk 106 produk AS sangat menyakitkan. Oleh karena itu, bidak pengenaan bea masuk untuk 1.300 produk China kembali dimajukan.  

"Daripada memperbaiki kesalahannya, China telah memilih untuk menyerang petani dan manufaktur kami. Atas dasar pembalasan China yang tidak adil, kami mempertimbangkan apakah tarif tambahan itu layak," tegas Trump. 

China pun berang. Kementerian Perdagangan China merilis pernyataan bahwa Negeri Tirai Bambu siap melakukan perang dagang dengan Negeri Adidaya. 

"Jika AS mengabaikan perlawanan dari China dan komunitas internasional, serta bersikukuh untuk melanjutkan unilateralisme dan proteksionisme perdagangan, maka China akan menghadapi mereka sampai akhir. Berapa pun harganya," tegas pernyataan Kementerian Perdagangan China.  

Menanggapi situasi yang kembali memanas, pasar pun memasang mode risk off. Investor enggan bermain dengan instrumen berisiko dan memilih mengamankan dana. Pasar obligasi menjadi salah satunya. 

SBN menawarkan kepastian karena mendapat jaminan penuh dari pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kemungkinan untuk gagal bayar alias default nyaris mustahil. 

Tidak seperti di saham, investor tidak akan mengalami 'uang hangus' kala menempatkan dana di SBN. Pokok utang pasti akan dikembalikan kala jatuh tempo. Kerugian investor hanya terjadi saat menjual pada momentum yang salah. O

leh karena itu, SBN bisa menjadi salah satu tujuan pelarian dana investor kala pasar saham bergerak bak roller coaster. Jika pekan depan ketidakpastian masih menghantui, maka kemungkinan pasar SBN bisa melanjutkan reli.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular