Perbankan Lepas Obligasi Negara, Yield Bergerak Naik

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 April 2018 16:08
Sepertinya pasar Surat Berharga Negara (SBN) mengalami sedikit tekanan akibat aksi jual oleh perbankan.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi negara naik tipis dibandingkan perdagangan kemarin. Sepertinya pasar Surat Berharga Negara (SBN) mengalami sedikit tekanan akibat aksi jual oleh perbankan. 

Pada Rabu 94/4/2018), yield SBN seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,614%. Naik dibandingkan posisi kemarin di 6,609%. 

Reuters
Penyebab kenaikan yield ini adalah aksi jual yang menyebabkan harga SBN bergerak turun. Hari ini, harga SBN tenor 10 tahun adalah 94,6%. Lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yaitu 95,376%. 

Investor asing sepertinya tidak bisa disalahkan atas kejadian ini. Sebab, investor asing ternyata masih menambah kepemilikannya. Sampai kemarin, posisi kepemilikan asing di SBN adalah Rp 866,74 triliun. Ini merupakan yang tertinggi sejak 7 Februari. 

DJPPR Kemenkeu
Investor yang banyak melepas SBN adalah perbankan. Kepemilikan SBN oleh perbankan per kemarin adalah Rp 556,89 triliun. Terendah sejak 29 Maret. 

Perbankan memang tengah membutuhkan likuiditas karena pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) masih lambat. Pada Januari, DPK tumbuh 8,4% dan sebulan sesudahnya DPK tumbuh dalam besaran yang sama. 

Sementara kredit tumbuh lebih cepat. Pada Januari, pertumbuhan kredit masih 7,4% dan pada Februari pertumbuhannya menjadi 8,2%. 

DPK yang stagnan sementara kredit mulai tumbuh membuat perbankan butuh suntikan likuiditas. Salah satu solusinya adalah menjual SBN untuk memperoleh dana segar. 

Perang Dagang
Ke depan, risiko di pasar SBN sepertinya justru membesar. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) versus China semakin panas setelah Negeri Tirai Bambu resmi mengenakan bea masuk baru terhadap 106 produk Negeri Adidaya. Ini merupakan kali kedua, sebelumnya China juga telah membebani bea masuk kepada 128 produk AS. 


Perang dagang merupakan salah satu risiko besar di pasar keuangan saat ini, selain kenaikan suku bunga acuan di AS. Ketika risiko semakin besar, maka minat investor untuk bermain dengan aset berisiko semakin berkurang.

Investor lebih memilih mengamankan dana di instrumen safe haven seperti yen Jepang, franc Swiss, atau emas.
 Harga emas sudah mulai merangkak naik. Pada pukul 15:00 WIB, harga emas dunia naik 0,2% ke US$ 1.334,64/ons. 

Sementara instrumen di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, kemungkinan akan dihindari untuk sementara waktu. Akan ada tekanan di pasar keuangan domestik, termasuk SBN.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular