
Market Cap Saham Blue Chip Anjlok, BMRI Turun Hingga Rp 17 T
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 April 2018 15:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan bagi IHSG belum juga surut. Secara mingguan, IHSG terkoreksi 0,35% pada pekan ini ke level 6.188,99 poin.
Pelemahan IHSG dipicu oleh saham-saham berkapitalisasi pasar besar alias blue chip. Hal ini terlihat dari indeks LQ45 yang anjlok hingga 1,16% ke level 1.005,68 poin, lebih dalam dari koreksi IHSG.
Saham-saham blue chip yang dilepas investor banyak berasal dari sektor jasa keuangan dan barang konsumsi. Sektor jasa keuangan anjlok hingga 1,43% pada pekan ini dan menjadi sektor dengan imbal hasil terburuk jika dibandingkan sembilan sektor saham lainnya.
Sementara itu, sektor barang konsumsi terkoreksi sebesar 0,64%. Investor banyak melepas saham-saham berkapitalisasi pasar besar lantaran sentimen eksternal belum mendukung, salah satunya terkait kekhawatiran mengenai perang dagang.
Walaupun AS dan China sudah memulai proses negosiasi dalam hal perdagangan, namun belum ada kesepakatan yang ditandatangani kedua belah pihak. Jika salah satu pihak merasa tidak puas nantinya dalam proses negosiasi, bukan tak mungkin Donald Trump selaku Presiden AS kembali memasang sikap protektif bagi negaranya.
Kemudian, tensi geopolitik dunia kembali memanas minggu ini, pasca ratusan diplomat asal Rusia diusir oleh berbagai negara seperti AS, Kanada, Ukraina, dan negara-negara Uni Eropa terkait dengan dugaan keterlibatan Rusia dalam pembunuhan mantan mata-matanya di Inggris menggunakan racun.
Perkembangan terakhir, Rusia sudah mengumumkan aksi balasan dengan mengusir sebanyak 60 diplomat AS dari negaranya serta menutup konsulat AS di St. Petersburg.
Dari dalam negeri, sentimen negatif juga menghantui pergerakan harga saham sektor jasa keuangan dan barang konsumsi.
Bagi saham-saham sektor jasa keuangan, tepilihnya terpilihnya Perry Warjiyo sebagai Gubernur Bank Indonesia yang baru terbukti menjadi momok yang menakutkan.
Dalam pemaparannya di depan anggota DPR saat menjalani uji kepatutan dan kelayakan, Perry mengungkapkan komitmennya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke kisaran 6% dalam 5 tahun ke depan. Pelaku pasar lantas khawatir sikap Perry yang pro growth akan membuat bank-bank dipaksa untuk menggenjot pertumbuhan kredit.
Kemudian, saham-saham sektor barang konsumsi masih terus dilepas pasca data-data yang sudah diumumkan menunjukkan bahwa pelemahan daya beli masyarakat Indonesia masih berlanjut sampai dengan tahun ini. Data yang dimaksud adalah penjualan ritel periode Januari dan Indeks Keyakinan Konsumen periode Februari.
Akibat dari anjloknya harga saham, kapitalisasi pasar perusahaan-perusahaan raksasa tersebut ikut terseret turun.
Tim riset Indonesia merangkum 5 saham dengan penurunan kapitalisasi pasar terbesar sepanjang pekan ini.
BMRI - Rp 17,3 triliun
Sepanjang pekan ini, harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) anjlok hingga 4,66% (dari Rp 8.050/saham menjadi Rp 7.675/saham). Akibatnya, kapitalisasi pasar emiten perbankan plat merah ini tergerus sebesar Rp 17,3 triliun menjadi Rp 354,6 triliun.
BBCA - Rp 12,2 triliun
Harga saham emiten perbankan yang terkenal akan kemampuannya mengoleksi dana murah ini anjlok sebanyak 2,1% dalam sepekan (dari Rp 23.800 menjadi Rp 23.300/saham). Akibatnya, kapitalisasi pasar PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tergerus hingga Rp 12,2 trilun menjadi Rp 568,7 triliun.
HMSP - Rp 11,6 triliun
Sepanjang minggu ini, harga saham emiten rokok terbesar di Indonesia tersebut anjlok sebesar 2,45% (dari Rp 4.080/saham menjadi Rp 3.980/saham). Melemahnya penjualan menjadi faktor utama dilepasnya saham perusahaan oleh investor.
Mengutip riset dari Bahana Sekuritas, data yang dikumpulkan sekuritas plat merah tersebut menunjukkan volume penjualan rokok secara industri turun sebesar 7% menjadi 23,1 miliar batang pada akhir Januari dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dimana penjualan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) turun sebesar 3,7% YoY.
Penurunan penjualan ini tidak terlepas dari naiknya harga jual rokok yang dilakukan oleh produsen rokok untuk menutupi kenaikan cukai rokok sebesar 10,04% yang diberlakukan oleh pemerintah sejak 1 Januari 2018, dimana HMSP menaikkan rata-rata harga jual rokok sebesar 7% secara tahunan pada kuartal pertama tahun ini.
Bahana pun memberikan rekomendasi tahan (hold) untuk saham HMSP dengan target harga Rp 4.600/lembar. Akibat dari anjloknya harga saham, HMSP harus rela kapitalisasi pasarnya tergerus hingga Rp 11,6 triliun menjadi Rp 462,9 triliun.
UNVR - Rp 11,06 triliun
Harga saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) anjlok 2,84% sepanjang minggu ini (dari Rp 50.975/saham menjadi Rp 49.525/saham). Akibatnya, kapitalisasi pasar UNVR berkurang sebanyak Rp 11,06 triliun menjadi Rp 377,9 triliun.
TLKM - Rp 6,05 triliun
Sepanjang minggu ini, harga saham emiten telekomunikasi plat merah tersebut anjlok hingga 1,64% (dari Rp 3.660/saham menjadi Rp 3.600/saham). Aksi jual atas saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) masih dipicu oleh mengecewakannya laporan keuangan perusahaan tahun lalu.
Sepanjang 2017, laba bersih perusahaan diketahui tumbuh sebesar 14,4% menjadi Rp 22,15 triliun, dari Rp 19,35 triliun pada tahun 2016.
Pendapatan perusahaan mengalami peningkatan sebesar 10,25% menjadi Rp 128,26 triliun, dari yang sebelumnya Rp 116,33 triliun pada akhir 2016.
Namun, pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tahun lalu melandai dari capaian tahun 2016. Kala itu, pendapatan tumbuh sebesar 13,5%, sementara laba bersih meroket hingga 24,9%.
Kemudian, harga saham TLKM juga tertekan oleh kebijakan registrasi kartu prabayar, walaupun sebelumnya kajian tim riset CNBC Indonesia menunjukkan bahwa TLKM justru relatif lebih baik dalam menghadapi kebijakan tersebut dibandingkan dua kompetitornya, yaitu PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Indosat Tbk (ISAT).
Akibat anjloknya harga saham, kapitalisasi pasar TLKM berkurang hingga Rp 6,05 triliun menjadi Rp 362,9 triliun.
(ray/ray) Next Article ASII, UNVR, BBCA Laporkan Kinerja, TLKM Rombak Direksi
Pelemahan IHSG dipicu oleh saham-saham berkapitalisasi pasar besar alias blue chip. Hal ini terlihat dari indeks LQ45 yang anjlok hingga 1,16% ke level 1.005,68 poin, lebih dalam dari koreksi IHSG.
Saham-saham blue chip yang dilepas investor banyak berasal dari sektor jasa keuangan dan barang konsumsi. Sektor jasa keuangan anjlok hingga 1,43% pada pekan ini dan menjadi sektor dengan imbal hasil terburuk jika dibandingkan sembilan sektor saham lainnya.
Walaupun AS dan China sudah memulai proses negosiasi dalam hal perdagangan, namun belum ada kesepakatan yang ditandatangani kedua belah pihak. Jika salah satu pihak merasa tidak puas nantinya dalam proses negosiasi, bukan tak mungkin Donald Trump selaku Presiden AS kembali memasang sikap protektif bagi negaranya.
Kemudian, tensi geopolitik dunia kembali memanas minggu ini, pasca ratusan diplomat asal Rusia diusir oleh berbagai negara seperti AS, Kanada, Ukraina, dan negara-negara Uni Eropa terkait dengan dugaan keterlibatan Rusia dalam pembunuhan mantan mata-matanya di Inggris menggunakan racun.
Perkembangan terakhir, Rusia sudah mengumumkan aksi balasan dengan mengusir sebanyak 60 diplomat AS dari negaranya serta menutup konsulat AS di St. Petersburg.
Dari dalam negeri, sentimen negatif juga menghantui pergerakan harga saham sektor jasa keuangan dan barang konsumsi.
Bagi saham-saham sektor jasa keuangan, tepilihnya terpilihnya Perry Warjiyo sebagai Gubernur Bank Indonesia yang baru terbukti menjadi momok yang menakutkan.
Dalam pemaparannya di depan anggota DPR saat menjalani uji kepatutan dan kelayakan, Perry mengungkapkan komitmennya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke kisaran 6% dalam 5 tahun ke depan. Pelaku pasar lantas khawatir sikap Perry yang pro growth akan membuat bank-bank dipaksa untuk menggenjot pertumbuhan kredit.
Kemudian, saham-saham sektor barang konsumsi masih terus dilepas pasca data-data yang sudah diumumkan menunjukkan bahwa pelemahan daya beli masyarakat Indonesia masih berlanjut sampai dengan tahun ini. Data yang dimaksud adalah penjualan ritel periode Januari dan Indeks Keyakinan Konsumen periode Februari.
Akibat dari anjloknya harga saham, kapitalisasi pasar perusahaan-perusahaan raksasa tersebut ikut terseret turun.
Tim riset Indonesia merangkum 5 saham dengan penurunan kapitalisasi pasar terbesar sepanjang pekan ini.
BMRI - Rp 17,3 triliun
Sepanjang pekan ini, harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) anjlok hingga 4,66% (dari Rp 8.050/saham menjadi Rp 7.675/saham). Akibatnya, kapitalisasi pasar emiten perbankan plat merah ini tergerus sebesar Rp 17,3 triliun menjadi Rp 354,6 triliun.
BBCA - Rp 12,2 triliun
Harga saham emiten perbankan yang terkenal akan kemampuannya mengoleksi dana murah ini anjlok sebanyak 2,1% dalam sepekan (dari Rp 23.800 menjadi Rp 23.300/saham). Akibatnya, kapitalisasi pasar PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tergerus hingga Rp 12,2 trilun menjadi Rp 568,7 triliun.
HMSP - Rp 11,6 triliun
Sepanjang minggu ini, harga saham emiten rokok terbesar di Indonesia tersebut anjlok sebesar 2,45% (dari Rp 4.080/saham menjadi Rp 3.980/saham). Melemahnya penjualan menjadi faktor utama dilepasnya saham perusahaan oleh investor.
Mengutip riset dari Bahana Sekuritas, data yang dikumpulkan sekuritas plat merah tersebut menunjukkan volume penjualan rokok secara industri turun sebesar 7% menjadi 23,1 miliar batang pada akhir Januari dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dimana penjualan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) turun sebesar 3,7% YoY.
Penurunan penjualan ini tidak terlepas dari naiknya harga jual rokok yang dilakukan oleh produsen rokok untuk menutupi kenaikan cukai rokok sebesar 10,04% yang diberlakukan oleh pemerintah sejak 1 Januari 2018, dimana HMSP menaikkan rata-rata harga jual rokok sebesar 7% secara tahunan pada kuartal pertama tahun ini.
Bahana pun memberikan rekomendasi tahan (hold) untuk saham HMSP dengan target harga Rp 4.600/lembar. Akibat dari anjloknya harga saham, HMSP harus rela kapitalisasi pasarnya tergerus hingga Rp 11,6 triliun menjadi Rp 462,9 triliun.
UNVR - Rp 11,06 triliun
Harga saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) anjlok 2,84% sepanjang minggu ini (dari Rp 50.975/saham menjadi Rp 49.525/saham). Akibatnya, kapitalisasi pasar UNVR berkurang sebanyak Rp 11,06 triliun menjadi Rp 377,9 triliun.
TLKM - Rp 6,05 triliun
Sepanjang minggu ini, harga saham emiten telekomunikasi plat merah tersebut anjlok hingga 1,64% (dari Rp 3.660/saham menjadi Rp 3.600/saham). Aksi jual atas saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) masih dipicu oleh mengecewakannya laporan keuangan perusahaan tahun lalu.
Sepanjang 2017, laba bersih perusahaan diketahui tumbuh sebesar 14,4% menjadi Rp 22,15 triliun, dari Rp 19,35 triliun pada tahun 2016.
Pendapatan perusahaan mengalami peningkatan sebesar 10,25% menjadi Rp 128,26 triliun, dari yang sebelumnya Rp 116,33 triliun pada akhir 2016.
Namun, pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tahun lalu melandai dari capaian tahun 2016. Kala itu, pendapatan tumbuh sebesar 13,5%, sementara laba bersih meroket hingga 24,9%.
Kemudian, harga saham TLKM juga tertekan oleh kebijakan registrasi kartu prabayar, walaupun sebelumnya kajian tim riset CNBC Indonesia menunjukkan bahwa TLKM justru relatif lebih baik dalam menghadapi kebijakan tersebut dibandingkan dua kompetitornya, yaitu PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Indosat Tbk (ISAT).
Akibat anjloknya harga saham, kapitalisasi pasar TLKM berkurang hingga Rp 6,05 triliun menjadi Rp 362,9 triliun.
(ray/ray) Next Article ASII, UNVR, BBCA Laporkan Kinerja, TLKM Rombak Direksi
Most Popular