
Saham Kapitalisasi Rp 100 T
Naik 4% Sepekan, Kapitalisasi HMSP Lewati Mandiri & Unilever
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
19 August 2019 14:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat mengalami penurunan nilai kapitalisasi pasar (market capitalization/market cap) pada 2 pekan lalu, kapitalisasi PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) kembali naik dan berada di peringkat 4 daftar kapitalisasi terbesar bursa, mengungguli PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Market cap emiten yang bergerak pada industri rokok tersebut pekan kemarin mencapai Rp 351,28 triliun, setelah harga sahamnya meroket 4,14%. Di sisi lain, market cap Bank Mandiri sebesar Rp 344,17 triliun dengan penurunan harga saham 1,01%, sedangkan market cap UNVR sebesar Rp 343,16 triliun dengan kenaikan tipis 0,33%.
Di sisi lain, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih mencatatkan market cap terbesar dengan kapitalisasi Rp 734,72 triliun, atau setara dengan 10,2% dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Posisi kedua ditempati PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan kapitalisasi Rp 519,29 triliun atau setara 7,11% dari bobot IHSG.
Berikut daftar lengkap emiten yang memiliki market cap jumbo di atas Rp 100 triliun di Bursa Efek Indonesia (BEI):
Sepanjang minggu lalu IHSG secara akumulatif hanya menguat 0,07% ditutup pada level 6.286 pada penghujung pekan. Kenaikan tipis tersebut membuat market cap IHSG hanya naik Rp 6,06 triliun menjadi Rp 7.211 triliun.
Pada awal pekan, IHSG terkoreksi karena terimbas sentimen negatif dari perang dagang Amerika Serikat (AS)-China. Presiden AS, Donald Trump, menyatakan bahwa perundingan dengan China yang dijadwalkan berlangsung pada awal September dengan nada "mungkin" yang ditanggapi negatif oleh pelaku pasar baik global maupun dalam negeri.
"Mungkin (dialog di Washington batal), tapi kita lihat nanti. Perundingan masih terjadwal," ujar Trump seperti dikutip dari Reuters.
Selang sehari kemudian demo di Hong Kong belum juga reda dan berimbas anjloknya bursa di sana, gelombang aksi massa yang sejatinya digelar pada akhir pekan berlanjut hingga Selasa, bahkan bandara internasional Hong Kong sempat membatalkan seluruh penerbangan dan baru dibuka esoknya pukul 06:00 akibat diduduki massa.
Kabar baik akhirnya datang juga setelah sentimen negatif dalam dua hari tersebut, pada hari Rabu (14/09/2019) Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan untuk menunda tarif impor barang-barang asal Cina yang semula akan dinaikkan pada 1 September sebesar menjadi 15 Desember, dengan tarif 10% untuk barang-barang senilai US$ 300 miliar.
Pada hari Kamis pelaku pasar kembali dikejutkan sentimen negatif dari AS, di mana imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bertenor 2 tahun berada di 1,973%, sementara yield 10 tahun berada 1,5826%. Angka tersebut merupakan inversi pertama untuk kedua tenor tersebut sejak Juni 2007, atau beberapa bulan sebelum krisis keuangan yang terjadi secara global.
Namun esoknya atau akhir pekan, inversi yield pada obligasi pemerintah AS bertenor 2 dan 10 tahun sudah tidak terjadi lagi sehingga IHSG dapat menutup perdagangannya pada zona hijau di akhir pekan.
Selain faktor global, sentimen positif dari dalam negeri yang datang dari pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) Jumat (16/8/2019), diterima secara positif oleh para pelaku investor. Jokowi menyampaikan Rancangan Undang-Undang tentang APBN 2020 beserta Nota Keuangannya di Gedung DPR RI.
Jokowi mengatakan target pertumbuhan ekonomi 2019 di level 5,3%, inflasi dipatok di level 3,1%, rupiah dipatok di level Rp 14.400/dolar AS, defisit fiskal dipatok di level 1,84% dari PDB, harga minyak mentah acuan Pemerintah (Indonesia Crude Price/ICP) dipatok US$ 65/barrel.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Harga Rokok Naik, Saham GGRM & HMSP Diborong Investor
Market cap emiten yang bergerak pada industri rokok tersebut pekan kemarin mencapai Rp 351,28 triliun, setelah harga sahamnya meroket 4,14%. Di sisi lain, market cap Bank Mandiri sebesar Rp 344,17 triliun dengan penurunan harga saham 1,01%, sedangkan market cap UNVR sebesar Rp 343,16 triliun dengan kenaikan tipis 0,33%.
Di sisi lain, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih mencatatkan market cap terbesar dengan kapitalisasi Rp 734,72 triliun, atau setara dengan 10,2% dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Posisi kedua ditempati PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan kapitalisasi Rp 519,29 triliun atau setara 7,11% dari bobot IHSG.
Sepanjang minggu lalu IHSG secara akumulatif hanya menguat 0,07% ditutup pada level 6.286 pada penghujung pekan. Kenaikan tipis tersebut membuat market cap IHSG hanya naik Rp 6,06 triliun menjadi Rp 7.211 triliun.
Pada awal pekan, IHSG terkoreksi karena terimbas sentimen negatif dari perang dagang Amerika Serikat (AS)-China. Presiden AS, Donald Trump, menyatakan bahwa perundingan dengan China yang dijadwalkan berlangsung pada awal September dengan nada "mungkin" yang ditanggapi negatif oleh pelaku pasar baik global maupun dalam negeri.
"Mungkin (dialog di Washington batal), tapi kita lihat nanti. Perundingan masih terjadwal," ujar Trump seperti dikutip dari Reuters.
Selang sehari kemudian demo di Hong Kong belum juga reda dan berimbas anjloknya bursa di sana, gelombang aksi massa yang sejatinya digelar pada akhir pekan berlanjut hingga Selasa, bahkan bandara internasional Hong Kong sempat membatalkan seluruh penerbangan dan baru dibuka esoknya pukul 06:00 akibat diduduki massa.
Kabar baik akhirnya datang juga setelah sentimen negatif dalam dua hari tersebut, pada hari Rabu (14/09/2019) Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan untuk menunda tarif impor barang-barang asal Cina yang semula akan dinaikkan pada 1 September sebesar menjadi 15 Desember, dengan tarif 10% untuk barang-barang senilai US$ 300 miliar.
Pada hari Kamis pelaku pasar kembali dikejutkan sentimen negatif dari AS, di mana imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bertenor 2 tahun berada di 1,973%, sementara yield 10 tahun berada 1,5826%. Angka tersebut merupakan inversi pertama untuk kedua tenor tersebut sejak Juni 2007, atau beberapa bulan sebelum krisis keuangan yang terjadi secara global.
Namun esoknya atau akhir pekan, inversi yield pada obligasi pemerintah AS bertenor 2 dan 10 tahun sudah tidak terjadi lagi sehingga IHSG dapat menutup perdagangannya pada zona hijau di akhir pekan.
Selain faktor global, sentimen positif dari dalam negeri yang datang dari pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) Jumat (16/8/2019), diterima secara positif oleh para pelaku investor. Jokowi menyampaikan Rancangan Undang-Undang tentang APBN 2020 beserta Nota Keuangannya di Gedung DPR RI.
Jokowi mengatakan target pertumbuhan ekonomi 2019 di level 5,3%, inflasi dipatok di level 3,1%, rupiah dipatok di level Rp 14.400/dolar AS, defisit fiskal dipatok di level 1,84% dari PDB, harga minyak mentah acuan Pemerintah (Indonesia Crude Price/ICP) dipatok US$ 65/barrel.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Harga Rokok Naik, Saham GGRM & HMSP Diborong Investor
Most Popular