Ini Dampak Negatif Akusisi Uber-Grab di Asia Tenggara
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
31 March 2018 18:00

Dampak dari akuisisi yang dilakukan oleh Grab terhadap uber tidak hanya bagi karyawan semata, akan tetapi juga bagi para mitra driver dan para pengguna. Bagi para mitra driver adanya akuisisi ini menimbulkan kesimpangsiuran mengenai nasib mereka terutama bagi para driver Uber. Grab sendiri memberikan kesempatan untuk para driver uber untuk mendaftar kembali ke pihak grab agar mereka tetap bisa bekerja sebagai driver online.
Di sisi lain dengan adanya penggabungan dibawah satu induk perusahaan, maka Grab berpotensi memiliki jumlah driver yang lebih banyak dibandingkan saat ini. Di tahun 2016 saja, jumlah mitra driver aplikator online di kawasan Indonesia saja kurang lebih mencapai 300.000 orang. Jika ditambah dengan pengemudi uber yang ikut bergabung, maka jumlah ini akan terus menambah dan lebih banyak dari kompetitor utama mereka yaitu gojek yang hanya memiliki armada kurang lebih 250.000 pengemudi.
Melimpahnya pasokan driver justru berdampak buruk bagi para driver karena tingkat permintaan di lapangan yang belum setinggi pertumbuhan tingkat driver. Tidak jarang beberapa driver bekerja hingga larut malam untuk memenuhi target yang diminta perusahaan karena order yang terbatas sehingga hal ini sangat merugikan para driver baik dari sisi waktu maupun kesehatan.
Di sisi pengguna, dengan akuisisi ini membuat pilihan yang mereka miliki lebih sedikit dalam menggunakan transportasi online. Ketergantungan terhadap transportasi online saat ini boleh dibilang cukup besar terutama bagi para pegawai kantoran yang hendak bekerja. Alasan mereka menggunakan model transportasi ini diantaranya hemat waktu serta tarif promo yang ditawarkan oleh para aplikator.
Uber sendiri dikenal sebagai aplikator yang cukup rajin memberikan promo bagi para penumpang, ketika Uber melebur dengan Grab yang notabene memiliki tarif yang lebih mahal, maka sebagian pengguna merasa kehilangan dengan keberadaan aplikator ini. Di sisi lain, para pengguna juga tidak punya pilihan lain karena alternatif penyedia transportasi online yang semakin sedikit.
Keadaan ini bisa jadi dimanfaatkan oleh para aplikator untuk menerapkan tarif "seenaknya". Di Jakarta misalnya, Dengan keadaan lalu lintas yang sebagian besar mengalami kemacetan, maka kecenderungan orang untuk memakai transportasi online semakin besar.
Ini bisa menjadi kesempatan bagi para aplikator untuk mendongkrak harga guna meningkatkan pendapatan perusahaan pada jam sibuk. Para pengguna dengan berbagai pertimbangan tentu tidak bisa menghindari hal ini karena terbatasnya pilihan yang ada.
Dengan berbagai masalah yang berpotensi timbul akibat akuisisi yang dilakukan grab, maka peran pemerintah sangat diperlukan. Sebagai pemegang kebijakan tertinggi, pemerintah perlu mencemati dampak dari akuisisi dari sesama aplikator transportasi online baik bagi para pegawai, driver maupun pengguna sehingga dalam hal ini sesama stakeholder tidak ada yang dirugikan. (roy/roy)
Di sisi lain dengan adanya penggabungan dibawah satu induk perusahaan, maka Grab berpotensi memiliki jumlah driver yang lebih banyak dibandingkan saat ini. Di tahun 2016 saja, jumlah mitra driver aplikator online di kawasan Indonesia saja kurang lebih mencapai 300.000 orang. Jika ditambah dengan pengemudi uber yang ikut bergabung, maka jumlah ini akan terus menambah dan lebih banyak dari kompetitor utama mereka yaitu gojek yang hanya memiliki armada kurang lebih 250.000 pengemudi.
Melimpahnya pasokan driver justru berdampak buruk bagi para driver karena tingkat permintaan di lapangan yang belum setinggi pertumbuhan tingkat driver. Tidak jarang beberapa driver bekerja hingga larut malam untuk memenuhi target yang diminta perusahaan karena order yang terbatas sehingga hal ini sangat merugikan para driver baik dari sisi waktu maupun kesehatan.
Uber sendiri dikenal sebagai aplikator yang cukup rajin memberikan promo bagi para penumpang, ketika Uber melebur dengan Grab yang notabene memiliki tarif yang lebih mahal, maka sebagian pengguna merasa kehilangan dengan keberadaan aplikator ini. Di sisi lain, para pengguna juga tidak punya pilihan lain karena alternatif penyedia transportasi online yang semakin sedikit.
Keadaan ini bisa jadi dimanfaatkan oleh para aplikator untuk menerapkan tarif "seenaknya". Di Jakarta misalnya, Dengan keadaan lalu lintas yang sebagian besar mengalami kemacetan, maka kecenderungan orang untuk memakai transportasi online semakin besar.
Ini bisa menjadi kesempatan bagi para aplikator untuk mendongkrak harga guna meningkatkan pendapatan perusahaan pada jam sibuk. Para pengguna dengan berbagai pertimbangan tentu tidak bisa menghindari hal ini karena terbatasnya pilihan yang ada.
Dengan berbagai masalah yang berpotensi timbul akibat akuisisi yang dilakukan grab, maka peran pemerintah sangat diperlukan. Sebagai pemegang kebijakan tertinggi, pemerintah perlu mencemati dampak dari akuisisi dari sesama aplikator transportasi online baik bagi para pegawai, driver maupun pengguna sehingga dalam hal ini sesama stakeholder tidak ada yang dirugikan. (roy/roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular