Rupiah Menguat Tipis 0,07% Lawan Dolar Australia

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
29 March 2018 11:55
Penguatan rupiah terhadap mata uang Negeri Kanguru menyimpan risiko.
Foto: REUTERS/Daniel Munoz
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Australia bergerak menguat. Namun penguatan rupiah terhadap mata uang Negeri Kanguru menyimpan risiko. 

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Australia pada perdagangan Rabu (28/3/2018) pukul 10:00 WIB menguat tipis 0,07% ke Rp 10.540,16. Dilansir Reuters, secara year to date (YtD) nilai tukar rupiah mengalami apresiasi 0,5% terhadap dolar Australia. 

Reuters
Australia merupakan salah satu eksportir terbesar baik untuk AS maupun China. Data United Nation International Trade Statistics Database (UN Comtrade), AS dan China merupakan importir terbesar dengan pangsa pasar mencapai 23%. 

Perang dagang kedua negara tersebut tentu sangat berpengaruh bagi Australia karena ekspor mereka berpeluang untuk turun sehingga memukul mata uang uang negara tersebut. Akibatnya, posisi dolar Australia menjadi tertekan termasuk dengan mata uang kawasan lain seperti Indonesia. 

Bagi Indonesia, penguatan ini dapat membantu para importir mengamankan pasokan dalam negeri terutama terhadap komoditas tertentu seperti gandum, produk olahan minyak, maupun sapi hidup. Data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan jumlah impor terhadap ketiga komoditas tersebut merupakan yang tertinggi seiring dengan terbatasnya produksi dalam negeri. Misalnya untuk sapi, pasokan dalam negeri hanya bisa memenuhi sekitar 60% kebutuhan. 

Di sisi lain, permintaan gandum juga cukup tinggi terutama disebabkan besarnya kebutuhan industri makanan dan pakan ternak. Permintaan komoditas lain seperti produk turunan minyak juga meningkat. 

Dengan keadaan ini, Indonesia pun sulit menghindari defisit perdagangan dengan Australia, dalam dua terakhir, Indonesia mengalami defisit perdagangan. Data BPS memperlihatkan, tahun 2016, Indonesia mengalami defisit sekitar US$ 300 juta. Sementara pada tahun  2017, angka defisit itu membengkak menjadi US$ 3,1 miliar. 

Meski rupiah menguat, tetapi kewaspadaan tidak boleh mengendur. Sebab, apresiasi rupiah bisa menyebabkan impor semakin murah. Dampaknya adalah impor membanjir dan neraca perdagangan sulit membaik ke arah surplus.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji) Next Article Kalah Dagang dan Pariwisata, Rupiah Sulit Menguat Lawan AUD

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular