Dua Alasan Saham Bank Didera Koreksi

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
28 March 2018 10:17
Indeks sektor keuangan tertekan 0,9% ke 1.138,77 pada Rabu (28/3) pukul 09:30, menyusul koreksi yang menimpa saham bank.
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks sektor keuangan tertekan 10 poin atau 0,9% ke 1.138,77 pada perdagangan Rabu (28/3) pukul 09:30, menyusul koreksi yang menimpa saham bank-bank besar akibat setidaknya dua sentimen negatif.

Sebagai indeks sektoral dengan bobot tertinggi, yakni sebesar 30% terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG), koreksi tersebut memicu indeks bursa saham melemah sebesar 26 poin ke 6.183 pada pagi.

Koreksi saham sektor keuangan tersebut dipimpin empat emiten bank berkapitalisasi pasar terbesar yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Saham BMRI yang menyumbang 17% indeks sektor keuangan menjadi pemberat utama indeks sektor keuangan setelah turun 2,19% ke Rp 7.825 per unit, diikuti saham BBNI yang turun 3,53% ke Rp 8.875. Saham BBNI menyumbang 8% terhadap indeks sektor keuangan.

Saham BBCA yang berbobot 27% di indeks sektor keuangan surut 0,53% ke Rp 23.325 per unit, disusul saham bank beraset terbesar dan paling menguntungkan yakni BBRI yang terkoreksi 0,56% ke Rp 3.580 per unit. Saham BBRI memiliki bobot 21% di indeks sektor keuangan.

Menurut catatan CNBC Indonesia, koreksi tersebut terjadi di tengah hembusan beberapa sentimen negatif ke pasar, terutama dari pergantian kepemimpinan di bank sentral. Hari ini, Perry Warjiyo yang menjadi calon tunggal Gubernur Bank Indonesia (BI) tengah menjalani fit and proper test.

Sebagai moneteris yang pro pertumbuhan ekonomi, terpilihnya Perry sebagai BI-1 di lembaga moneter nasional itu memicu kekhawatiran bahwa BI akan bersikap lebih dovish, atau lebih akomodatif terhadap upaya menggenjot pertumbuhan ekonomi.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Februari 2018, misalnya, Perry menyatakan kebijakan moneter BI boleh saja netral, tapi harus tetap berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan makroprudensial, atau dengan stance akomodatif.

Perry juga beberapa kali menegaskan bahwa sektor keuangan harus mendukung sektor riil. Artinya, penyaluran kredit perbankan dihadapkan meningkat dan bunganya diturunkan untuk menstimulasi pelaku usaha menggerakkan roda bisnis dan perekonomian.

Sikap tersebut di tengah kondisi perekonomian yang tengah melambat seperti sekarang memicu kekhawatiran investor di pasar modal bahwa margin perbankan akan tertekan, alias lebih sedikit keuntungan yang bisa mereka nikmati dalam bentuk dividen.

Sebagai contoh, pengembalian aset (return on asset/ ROA) perbankan tahun lalu belum bisa mencapai pertumbuhan yang dicapainya pada 2013. ROA tersebut tertekan di tengah pertumbuhan ekonomi yang tumbuh terbatas dalam tiga tahun terakhir.

Dua Alasan Saham Bank Didera KoreksiSumber: Reuters
Di tengah situasi demikian, upaya menurunkan suku bunga perbankan akan kian menggerus margin keuntungan perbankan nasional, meski beberapa riset menyebutkan margin laba bank nasional masih lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan di kawasan.

Di sisi lain, pelaku pasar masih mencermati kelanjutan kasus skimming yang menerpa beberapa bank besar, terutama BRI. Kasus yang melibatkan jaringan internasional ini dikhawatirkan masih memiliki dampak lanjutan karena ATM Indonesia rentan terhadap serangan serupa.

Lembaga keamanan siber Communication and Information System Security Research Center (Cissrec) menyebutkan kejahatan skimming pada ATM yang belakangan ini terjadi karena secara umum pengamanan fisik ATM di Tanah Air masih minim.

Kerentanan perbankan nasional juga terlihat dari fakta bahwa tidak ada satu pun perbankan nasional yang masuk 10 bank paling aman di Asia versi Global Magazine. Sebagian besar bank yang bercokol di posisi terbaik berasal dari China, Hong Kong, Korea Selatan dan Singapura.

Selain itu, bank-bank besar juga banyak menyalurkan kredit untuk pembangunan infrastruktur dengan tenor panjang. Ini mempengaruhi persepsi investor, karena diperkirakan profitabilitas bank-bank tersebut akan turun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags/ags) Next Article IHSG Sempat Anjlok 1,24% Menyusul Aksi Jual Saham BUMN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular