
Moody's: Dalam 5 Tahun Ini, Obligasi Jatuh Tempo Rp 11.475 T
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
22 March 2018 18:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga Pemeringkat Internasional Moody's Investors Service menyatakan dalam lima tahun mendatang (2017-2022) akan ada US$850 miliar atau Rp 11.475 triliun utang obligasi yang jatuh tempo. Sebagian besar obligasi tersebut berasal dari perusahaan non-keuangan di Asia tetapi tak termasuk perusahaan dari Jepang.
Puncaknya akan terjadi pada 2020 dimana obligasi yang jatuh tempo mencapai US$209 miliar (Rp 2.821,5 triliun). Nilai ini mencakup obligasi layak investasi (investment grade) dan obligasi speculative grade. Sekitar 31% obligasi yang akan jatuh tempo merupakan milik 10 perusahaan penerbit obligasi terbesar yang telah memiliki obligasi jatuh tempo US$850 miliar.
"Kami yakin hampir semua perusahaan tersebut akan mampu memenuhi kewajibannya, mengingat minat investor terhadap obligasi rata-rata US$250 miliar (Rp 3.375 triliun) per tahun, berdasarkan penerbitan selama tiga tahun terakhir," ujar Wan Hee Yoo, Moody's Vice President dan Senior Credit Officer, dalam rilisnya Kamis (22/3/2018).
Menurutnya, sekitar 79% dari nilai obligasi tersebut diterbitkan oleh perusahaan memiliki rating layak investasi, sehingga menunjukkan kualitas kredit yang baik serta akses yamg kuat ke pendanaan pasar. Sehingga obligasi yang jatuh tempo tersebut dapat ditangani dengan baik, karena likuiditas pasar yang baik serta kondisi bisnis global yang umumnya stabil hingga menguntungkan saat ini.
Laporan obligasi jatuh tempo dari Moody's tersebut mencakup 5900 obligasi korporasi non keuangan yang diterbitkan oleh 405 perusahan.
Moody's menilai, lingkungan refinancing sudah cukup mendukung sehingga tidak mengharapkan adanya masalah, baik karena normalisasi kebijakan moneter bank-bank sentral utama yang ditandai dengan stabilnya iklim kredit.
Selain itu, Moody's memandang mayoritas proyeksi sektor industri dan proyeksi rating dari perusahaan yang menerbitkan obligasi stabil atau positif yang merefleksikan harapan dan kondisi bisnis yang stabil atau menguntungkan selama 12-18 bulan berikut.
Resiko pendanaan ulang jangka pendek perusahaan juga rendah sebab perusahaan hanya melakukan refinancing obligasi US$ 25 miliar pada 2018. Angka mempresentasikan 39% dari rata-rata tahunan penerbitan untuk obligasi milik perusahaan dengan rating speculative-grade dalam tiga tahun terakhir.
(roy/roy) Next Article Begini Proyeksi Penerbitan Obligasi di Q2-2019
Puncaknya akan terjadi pada 2020 dimana obligasi yang jatuh tempo mencapai US$209 miliar (Rp 2.821,5 triliun). Nilai ini mencakup obligasi layak investasi (investment grade) dan obligasi speculative grade. Sekitar 31% obligasi yang akan jatuh tempo merupakan milik 10 perusahaan penerbit obligasi terbesar yang telah memiliki obligasi jatuh tempo US$850 miliar.
Laporan obligasi jatuh tempo dari Moody's tersebut mencakup 5900 obligasi korporasi non keuangan yang diterbitkan oleh 405 perusahan.
Moody's menilai, lingkungan refinancing sudah cukup mendukung sehingga tidak mengharapkan adanya masalah, baik karena normalisasi kebijakan moneter bank-bank sentral utama yang ditandai dengan stabilnya iklim kredit.
Selain itu, Moody's memandang mayoritas proyeksi sektor industri dan proyeksi rating dari perusahaan yang menerbitkan obligasi stabil atau positif yang merefleksikan harapan dan kondisi bisnis yang stabil atau menguntungkan selama 12-18 bulan berikut.
Resiko pendanaan ulang jangka pendek perusahaan juga rendah sebab perusahaan hanya melakukan refinancing obligasi US$ 25 miliar pada 2018. Angka mempresentasikan 39% dari rata-rata tahunan penerbitan untuk obligasi milik perusahaan dengan rating speculative-grade dalam tiga tahun terakhir.
(roy/roy) Next Article Begini Proyeksi Penerbitan Obligasi di Q2-2019
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular