
Moody's: Peringkat Utang Asia Stabil di 2018
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
25 January 2018 08:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investors Services meramalkan kondisi peringkat utang Asia akan stabil di 2018 didukung pertumbuhan ekonomi global dan regional yang makin meluas, pulihnya perdagangan global, dan kebijakan moneter yang akomodatif.
Pandangan Moody’s tersebut didasarkan pada makin banyaknya peringkat utang negara-negara dan sektor perbankan dan korporasi di wilayah ini yang mendapatkan outlook stable dan positive di tahun 2017, sebagaimana dikutip dari pernyataan resmi yang diterima CNBC Indonesia, Kamis (25/1/2018).
Kesimpulan tersebut tercantum dalam laporan terbaru Moody’s yang berjudul "Cross-Sector - Asia-Pacific: 2018 outlook stable on economic growth, supportive trade and monetary policy”.
Laporan tersebut menyatakan pertumbuhan berbagai sektor di dunia dan wilayah Asia Pasifik diperkirakan akan terjadi tahun ini walaupun pertumbuhan China akan melambat sejalan dengan upaya pemerintahnya menurunkan utang dan risiko sektor keuangan.
Momentum pertumbuhan yang positif akan berlanjut di Jepang sementara pemulihan ekonomi akan terjadi di India. Di saat yang sama, kinerja perekonomian Filipina dan Vetnam akan menjadi bintang di antara negara-negara ASEAN lainnya.
“Untuk kali pertama sejak krisis keuangan global kami melihat pertumbuhan yang sejalan di berbagai negara besar,” kata Michael Taylor, managing director dan chief credit officer untuk Asia Pasifik di Moody’s.
“Asia akan tetap jadi wilayah dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, didukung oleh pemulihan perdagangan global dan berlanjutnya kebijakan moneter yang akomodatif oleh bank-bank sentral di Asia,” tambahnya.
Namun, beberapa risiko tetap membayangi Asia, seperti pengetatan kondisi keuangan dunia secara tiba-tiba yang muncul akibat ditariknya stimulus kebijakan moneter yang diterapkan setelah krisis keuangan global beberapa tahun lalu.
Selain itu, Moody’s juga menilai ancaman kebijakan perdagangan protektif dan naiknya suhu geopolitik dapat menjadi risiko pertumbuhan ekonomi Asia tahun ini.
(prm/prm) Next Article Menkeu & BI Tegaskan Pilkada Tak Hambat Reformasi Ekonomi
Pandangan Moody’s tersebut didasarkan pada makin banyaknya peringkat utang negara-negara dan sektor perbankan dan korporasi di wilayah ini yang mendapatkan outlook stable dan positive di tahun 2017, sebagaimana dikutip dari pernyataan resmi yang diterima CNBC Indonesia, Kamis (25/1/2018).
Kesimpulan tersebut tercantum dalam laporan terbaru Moody’s yang berjudul "Cross-Sector - Asia-Pacific: 2018 outlook stable on economic growth, supportive trade and monetary policy”.
Momentum pertumbuhan yang positif akan berlanjut di Jepang sementara pemulihan ekonomi akan terjadi di India. Di saat yang sama, kinerja perekonomian Filipina dan Vetnam akan menjadi bintang di antara negara-negara ASEAN lainnya.
“Untuk kali pertama sejak krisis keuangan global kami melihat pertumbuhan yang sejalan di berbagai negara besar,” kata Michael Taylor, managing director dan chief credit officer untuk Asia Pasifik di Moody’s.
“Asia akan tetap jadi wilayah dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, didukung oleh pemulihan perdagangan global dan berlanjutnya kebijakan moneter yang akomodatif oleh bank-bank sentral di Asia,” tambahnya.
Namun, beberapa risiko tetap membayangi Asia, seperti pengetatan kondisi keuangan dunia secara tiba-tiba yang muncul akibat ditariknya stimulus kebijakan moneter yang diterapkan setelah krisis keuangan global beberapa tahun lalu.
Selain itu, Moody’s juga menilai ancaman kebijakan perdagangan protektif dan naiknya suhu geopolitik dapat menjadi risiko pertumbuhan ekonomi Asia tahun ini.
(prm/prm) Next Article Menkeu & BI Tegaskan Pilkada Tak Hambat Reformasi Ekonomi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular