
Harga Minyak Naik Lagi yang Diikuti Harga Batu Bara
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
21 March 2018 10:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak pada penutupan hari Selasa ditutup menguat lebih dari 2%, dan mencetak rekor tertinggi dalam 3 minggu terakhir. Kemarin, harga minyak jenis light sweet ditutup menguat 2,16% ke US$ 63,4/barel, sementara brent naik 2,07% ke US$ 67,42/barel.
Hingga pukul 10.06 WIB hari ini, harga minyak masih melanjutkan penguatannya, dimana harga minyak jenis light sweet untuk kontrak pengiriman Mei 2018 menguat 0,31% ke US$ 63,74/barel, sementara brent untuk kontrak pengiriman Mei 2018 juga terus naik sebesar 0,31% ke US$ 67,63/barel.
Kenaikan harga minyak masih didorong pertemuan antara Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang memunculkan spekulasi bagi investor bahwa AS akan kembali memberlakukan sanksi bagi Iran akibat proyek nuklir di negara tersebut.
Facts Global Energy (FGE) berpendapat bahwa ada kemungkinan AS untuk kembali memberikan sanksi bagi Iran dalam waktu dekat, dan akan berakibat penurunan ekspor minyak dari Iran sebesar 250.000-500.000 barel per hari (bph) pada akhir tahun.
Selain itu, cadangan minyak AS dalam sepekan hingga 16 Maret juga mengalami penurunan sebesar 2,7 juta barel, menurut data dari American Petroleum Institute. Penurunan cadangan minyak AS di tengah terjadinya peningkatan aktivitas kilang, menandakan permintaan minyak Negeri Paman Sam yang kuat. Sebagai informasi, data resmi cadangan minyak AS baru akan dirilis malam ini pukul 21.30 WIB.
Namun demikian, peluang harga minyak kembali mengalami pelemahan masih terbuka. Dalam jangka pendek, permintaan minyak diprediksikan akan melemah secara musiman, khususnya dari negara-negara di Belahan Bumi Utara yang sudah melewati musim dingin.
Selain itu, secara fundamental, produksi minyak AS masih sangat kuat. Seperti diketahui, saat ini produksi minyak AS telah meningkat menjadi 10,38 juta bph, melampaui produksi negara Arab Saudi. Hanya Rusia yang masih unggul dari AS, meskipun akhir tahun ini produksi minyak Negeri Adidaya tersebut diprediksikan akan mampu melewati Rusia.
Dari bursa domestik, harga saham emiten sektor perminyakan hingga pukul 10.20 kompak menguat tersuntik energi positif penguatan harga minyak. Saham PT Medco Energi International Tbk (MEDC) menguat 2,23% ke 1.375, PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 2,13% ke 480, PT Benakat Integra Tbk (BIPI) menguat 2,35% ke 87, dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) tumbuh 3,82% ke 272.
Sementara itu, komoditas batubara ICE Newcastle Futures ditutup menguat sebesar 0,62% ke US$ 97,35/ton pada perdagangan kemarin, setelah diperdagangkan melemah secara dua hari berturut-turut sebelumnya.
Berakhirnya musim dingin di negara-negara pengguna batu bara memang sempat menurunkan permintaan si batu hitam, dan melemahkan harga batu bara selama bulan ini. Namun, penguatan harga minyak global nampaknya mampu turut mengerek harga batu bara kemarin.
Dari bursa domestik, saham batu bara juga masih mayoritas menguat hingga pukul 10.20 WIB. Harga saham PT PT Bumi Resources Tbk (BUMI) naik 1,41% ke 288, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 0,70% ke 2.890, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) terkoreksi 1,45% ke 2.040, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menanjak 3,07% ke 27.650.
Komoditas tambang unggulan Indonesia lainnya belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan, seiring harga nikel dan tembaga masih melanjutkan pelemahannya. Pada perdagangan kemarin, harga nikel terkoreksi 0,07% ke US$ 13.419/ton, dan harga tembaga melemah 1,43% ke US$ 3,0255/pounds. Sentimen perang dagang antara AS dan China nampaknya masih pemberat harga komoditas ini.
Dari komoditas emas, pagi ini harga si logam mulia bergerak menguat tipis 0,061% ke US$ 1.312,70/troy ounce, setelah hari sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0,45% pada harga 1.311,90/troy ounce. Pergerakan emas masih dipengaruhi oleh melunaknya dolar AS, dimana investor masih mewaspadai kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps/hps) Next Article Harga Saham Tambang dan Saham yang Terkait Naik Kencang
Hingga pukul 10.06 WIB hari ini, harga minyak masih melanjutkan penguatannya, dimana harga minyak jenis light sweet untuk kontrak pengiriman Mei 2018 menguat 0,31% ke US$ 63,74/barel, sementara brent untuk kontrak pengiriman Mei 2018 juga terus naik sebesar 0,31% ke US$ 67,63/barel.
![]() |
Kenaikan harga minyak masih didorong pertemuan antara Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang memunculkan spekulasi bagi investor bahwa AS akan kembali memberlakukan sanksi bagi Iran akibat proyek nuklir di negara tersebut.
Selain itu, cadangan minyak AS dalam sepekan hingga 16 Maret juga mengalami penurunan sebesar 2,7 juta barel, menurut data dari American Petroleum Institute. Penurunan cadangan minyak AS di tengah terjadinya peningkatan aktivitas kilang, menandakan permintaan minyak Negeri Paman Sam yang kuat. Sebagai informasi, data resmi cadangan minyak AS baru akan dirilis malam ini pukul 21.30 WIB.
Namun demikian, peluang harga minyak kembali mengalami pelemahan masih terbuka. Dalam jangka pendek, permintaan minyak diprediksikan akan melemah secara musiman, khususnya dari negara-negara di Belahan Bumi Utara yang sudah melewati musim dingin.
Selain itu, secara fundamental, produksi minyak AS masih sangat kuat. Seperti diketahui, saat ini produksi minyak AS telah meningkat menjadi 10,38 juta bph, melampaui produksi negara Arab Saudi. Hanya Rusia yang masih unggul dari AS, meskipun akhir tahun ini produksi minyak Negeri Adidaya tersebut diprediksikan akan mampu melewati Rusia.
Dari bursa domestik, harga saham emiten sektor perminyakan hingga pukul 10.20 kompak menguat tersuntik energi positif penguatan harga minyak. Saham PT Medco Energi International Tbk (MEDC) menguat 2,23% ke 1.375, PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 2,13% ke 480, PT Benakat Integra Tbk (BIPI) menguat 2,35% ke 87, dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) tumbuh 3,82% ke 272.
Sementara itu, komoditas batubara ICE Newcastle Futures ditutup menguat sebesar 0,62% ke US$ 97,35/ton pada perdagangan kemarin, setelah diperdagangkan melemah secara dua hari berturut-turut sebelumnya.
Berakhirnya musim dingin di negara-negara pengguna batu bara memang sempat menurunkan permintaan si batu hitam, dan melemahkan harga batu bara selama bulan ini. Namun, penguatan harga minyak global nampaknya mampu turut mengerek harga batu bara kemarin.
![]() |
Dari bursa domestik, saham batu bara juga masih mayoritas menguat hingga pukul 10.20 WIB. Harga saham PT PT Bumi Resources Tbk (BUMI) naik 1,41% ke 288, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 0,70% ke 2.890, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) terkoreksi 1,45% ke 2.040, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menanjak 3,07% ke 27.650.
Komoditas tambang unggulan Indonesia lainnya belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan, seiring harga nikel dan tembaga masih melanjutkan pelemahannya. Pada perdagangan kemarin, harga nikel terkoreksi 0,07% ke US$ 13.419/ton, dan harga tembaga melemah 1,43% ke US$ 3,0255/pounds. Sentimen perang dagang antara AS dan China nampaknya masih pemberat harga komoditas ini.
![]() |
Dari komoditas emas, pagi ini harga si logam mulia bergerak menguat tipis 0,061% ke US$ 1.312,70/troy ounce, setelah hari sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0,45% pada harga 1.311,90/troy ounce. Pergerakan emas masih dipengaruhi oleh melunaknya dolar AS, dimana investor masih mewaspadai kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps/hps) Next Article Harga Saham Tambang dan Saham yang Terkait Naik Kencang
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular