
Lima Tema Besar Pasar Saham Global Seminggu ke Depan
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
18 March 2018 17:37

London, CNBC Indonesia - Begitu banyak kabar dan gejolak yang terjadi di bursa-bursa saham global dalam seminggu terakhir. Pekan depan, beberapa hal patut menjadi perhatian investor.
Reuters mengumpulkan lima tema besar yang diperkirakan akan mendominasi sentimen investor pekan depan. Berikut kelima tema tersebut.
The Fed
Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve atau The Fed, dijadwalkan menghelat rapat dewan gubernurnya hari Selasa dan Rabu waktu setempat. Rapat ini ditunggu-tunggu sebab ini kali pertamanya gubernur baru The Fed, Jerome Powell, akan memimpin rapat.
Selain itu, pertemuan ini juga penting diperhatikan sebab keyakinan pelaku pasar sudah mencapai 94% bahwa The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuannya, Fed Fund Rate.
Para investor global akan sangat memerhatikan pernyataan The Fed untuk mencari sinyal-sinyal apakah Powell dan koleganya berpendapat kondisi ekonomi AS saat ini sudah cukup kuat untuk kenaikan suku bunga acuan lebih dari tiga kali yang telah diperkirakan sebelumnya.
Menarik juga untuk menantikan pandangan mereka mengenai risiko perang dagang.
Selandia Baru
Rapat dewan gubernur bank sentral Selandia Baru, Reserve Bank of New Zealand (RBNZ), pada Kamis (22/3/2018) dinanti-nantikan investor bukan karena potensi kenaikan suku bunga, namun sebab adanya pergantian pimpinan bank sentral.
Adrian Orr akan menjadi gubernur menggantikan Grant Spencer terhitung sejak tanggal 27 Maret.
Perjanjian Sasaran Kebijakan (Policy Target Agremeent/ PTA) yang baru dan harus ditandatangani oleh gubernur baru dan menteri keuangan juga akan dirilis sebelum serah terima jabatan. Dokumen tersebut bisa saja menyebutkan arah ketenagakerjaan yang ingin dimasukkan pemerintah ke dalam mandat RBNZ dan disahkan oleh parlemen Selandia Baru.
Untuk suku bunga acuan, pasar memperkirakan tidak akan ada perubahan hingga pertengahan 2019. Ekonomi yang tumbuh sedikit lebih tinggi dari tahun lalu, inflasi yang masih di bawah target, kurs yang stabil, dan kenaikan harga saham mendukung proyeksi itu.
Keputusan Moody's
Kecintaan investor pasar berkembang terhadap Afrika Selatan dan Rusia harus menghadapi ujian berat. Lembaga pemeringkat internasional Moody's Investors Services akan menyampaikan keputusannya terkait credit rating dengan peringkat investment grade terakhir milik Afrika Selatan pada hari Jumat (23/3/2018).
Aset-aset Afrika Selatan mengalami reli kencang tahun ini setelah presiden baru negara itu, Cyril Ramaphosa, berjanji untuk memberantas korupsi, menerapkan reformasi struktural, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Surat utang negara itu saat ini dilabeli overweight oleh investor internasional dalam portofolio indeks JPMorgan's GBI-Emerging Markets.
Oleh karena itu, pengumuman peringkat oleh Moody's itu cukup dinantikan.
Di lain pihak, Rusia tengah menghadapi kecaman dari negara-negara Barat menyusul serangan menggunakan racun saraf terhadap mantan mata-mata Rusia di wilayah Inggris. Kejadian itu muncul ketika Presiden Rusia Vladimir Putin sedang berusaha memenangkan pemilihan presiden keduanya.
Aset-aset Rusia mengalami tekanan di tengah potensi dijatuhkannya sanksi global terhadap Moskow bila kasus peracunan mata-mata itu memanas.
Sejauh ini, investor obligasi belum terlihat gelisah. Ketertarikan mereka terhadap Eurobond Rusia yang baru masih tinggi di tengah-tengah tindakan Inggris dan AS yang mengusir puluhan diplomat Rusia.
Poundsterling
Minggu depan akan jadi pekan yang menegangkan untuk para investor poundsterling.
Pertemuan kunci antara Inggris dan pejabat Uni Eropa (UE) akan berlangsung hari Kamis dan Jumat depan yang diharapkan akan menghasilkan kesepakatan terkait masa transisi setelah Brexit.
Pounds telah mencatatkan pemulihan signifikan terhadap dolar AS selama tahun lalu. Namun, apabila tidak ada tanda-tanda sebuah kesepakatan akan tercapai dan proses Brexit yang tak mulus kembali menjadi risiko, mata uang Inggris ini hampir pasti akan kembali tergelincir.
Sebagai tambahan, bank sentral Inggris, Bank of England (BOE), juga akan menghelat rapat pada hari Kamis. Sinyal-sinyal adanya kesepakatan transisi akan memberi alasan bagi bank sentral untuk lebih optimistis terhadap potensi kenaikan suku bunga tahun ini.
Posisi Jual Masih Berlanjut
Investor dana lindung nilai (hedge funds) masih menaikkan taruhan mereka terhadap ekuitas Eropa dalam beberapa minggu terakhir.
Permintaan "short", atau posisi jual terhadap aset-aset investasi dengan asumsi nilainya akan turun, terhadap ekuitas Eropa telah naik 18% sepanjang tahun. Nilai total posisi short saat ini sekitar US$188 miliar (Rp 2.585 triliun), hanya sedikit di bawah nilai tertinggi paska-krisis euro sejumlah US$193 miliar sebulan lalu.
Dengan kuatnya kondisi perekonomian dan valuasi yang lebih menarik dari ekuitas AS, beberapa hal ini menjadi alasan tingginya posisi short terhadap pasar Eropa.
Kuatnya mata uang euro menjadi alasan hedge funds memperkirakan laporan keuangan emiten tidak akan mempu mengimbangi nilai sahamnya. Selain itu, risiko politik, yang menjadi alasan naiknya posisi short tahun lalu, kembali muncul menyusul rumitnya hasil pemilu Italia bulan lalu.
Namun, alasan lainnya lebih pada strategi pialang semata.
Analis mengatakan akan lebih murah untuk memilih posisi short terhadap sekumpulan nama besar Eropa daripada pasar lainnya. Saham-saham Eropa juga memiliki beta atau korelasi yang lebih tinggi daripada saham AS terhadap pasar yang lebih luas ketika jatuh.
Jadi, posisi short terhadap Eropa adalah cara yang paling efisien untuk sekaligus bertaruh di posisi short terhadap pasar secara keseluruhan.
(prm) Next Article Bursa AS Anjlok, Menanti Rilis Laba Perusahaan Raksasa Tech
Reuters mengumpulkan lima tema besar yang diperkirakan akan mendominasi sentimen investor pekan depan. Berikut kelima tema tersebut.
The Fed
Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve atau The Fed, dijadwalkan menghelat rapat dewan gubernurnya hari Selasa dan Rabu waktu setempat. Rapat ini ditunggu-tunggu sebab ini kali pertamanya gubernur baru The Fed, Jerome Powell, akan memimpin rapat.
Para investor global akan sangat memerhatikan pernyataan The Fed untuk mencari sinyal-sinyal apakah Powell dan koleganya berpendapat kondisi ekonomi AS saat ini sudah cukup kuat untuk kenaikan suku bunga acuan lebih dari tiga kali yang telah diperkirakan sebelumnya.
Menarik juga untuk menantikan pandangan mereka mengenai risiko perang dagang.
Selandia Baru
Rapat dewan gubernur bank sentral Selandia Baru, Reserve Bank of New Zealand (RBNZ), pada Kamis (22/3/2018) dinanti-nantikan investor bukan karena potensi kenaikan suku bunga, namun sebab adanya pergantian pimpinan bank sentral.
Adrian Orr akan menjadi gubernur menggantikan Grant Spencer terhitung sejak tanggal 27 Maret.
Perjanjian Sasaran Kebijakan (Policy Target Agremeent/ PTA) yang baru dan harus ditandatangani oleh gubernur baru dan menteri keuangan juga akan dirilis sebelum serah terima jabatan. Dokumen tersebut bisa saja menyebutkan arah ketenagakerjaan yang ingin dimasukkan pemerintah ke dalam mandat RBNZ dan disahkan oleh parlemen Selandia Baru.
Untuk suku bunga acuan, pasar memperkirakan tidak akan ada perubahan hingga pertengahan 2019. Ekonomi yang tumbuh sedikit lebih tinggi dari tahun lalu, inflasi yang masih di bawah target, kurs yang stabil, dan kenaikan harga saham mendukung proyeksi itu.
Keputusan Moody's
Kecintaan investor pasar berkembang terhadap Afrika Selatan dan Rusia harus menghadapi ujian berat. Lembaga pemeringkat internasional Moody's Investors Services akan menyampaikan keputusannya terkait credit rating dengan peringkat investment grade terakhir milik Afrika Selatan pada hari Jumat (23/3/2018).
Aset-aset Afrika Selatan mengalami reli kencang tahun ini setelah presiden baru negara itu, Cyril Ramaphosa, berjanji untuk memberantas korupsi, menerapkan reformasi struktural, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Surat utang negara itu saat ini dilabeli overweight oleh investor internasional dalam portofolio indeks JPMorgan's GBI-Emerging Markets.
Oleh karena itu, pengumuman peringkat oleh Moody's itu cukup dinantikan.
Di lain pihak, Rusia tengah menghadapi kecaman dari negara-negara Barat menyusul serangan menggunakan racun saraf terhadap mantan mata-mata Rusia di wilayah Inggris. Kejadian itu muncul ketika Presiden Rusia Vladimir Putin sedang berusaha memenangkan pemilihan presiden keduanya.
Aset-aset Rusia mengalami tekanan di tengah potensi dijatuhkannya sanksi global terhadap Moskow bila kasus peracunan mata-mata itu memanas.
Sejauh ini, investor obligasi belum terlihat gelisah. Ketertarikan mereka terhadap Eurobond Rusia yang baru masih tinggi di tengah-tengah tindakan Inggris dan AS yang mengusir puluhan diplomat Rusia.
Poundsterling
Minggu depan akan jadi pekan yang menegangkan untuk para investor poundsterling.
Pertemuan kunci antara Inggris dan pejabat Uni Eropa (UE) akan berlangsung hari Kamis dan Jumat depan yang diharapkan akan menghasilkan kesepakatan terkait masa transisi setelah Brexit.
Pounds telah mencatatkan pemulihan signifikan terhadap dolar AS selama tahun lalu. Namun, apabila tidak ada tanda-tanda sebuah kesepakatan akan tercapai dan proses Brexit yang tak mulus kembali menjadi risiko, mata uang Inggris ini hampir pasti akan kembali tergelincir.
Sebagai tambahan, bank sentral Inggris, Bank of England (BOE), juga akan menghelat rapat pada hari Kamis. Sinyal-sinyal adanya kesepakatan transisi akan memberi alasan bagi bank sentral untuk lebih optimistis terhadap potensi kenaikan suku bunga tahun ini.
Posisi Jual Masih Berlanjut
Investor dana lindung nilai (hedge funds) masih menaikkan taruhan mereka terhadap ekuitas Eropa dalam beberapa minggu terakhir.
Permintaan "short", atau posisi jual terhadap aset-aset investasi dengan asumsi nilainya akan turun, terhadap ekuitas Eropa telah naik 18% sepanjang tahun. Nilai total posisi short saat ini sekitar US$188 miliar (Rp 2.585 triliun), hanya sedikit di bawah nilai tertinggi paska-krisis euro sejumlah US$193 miliar sebulan lalu.
Dengan kuatnya kondisi perekonomian dan valuasi yang lebih menarik dari ekuitas AS, beberapa hal ini menjadi alasan tingginya posisi short terhadap pasar Eropa.
Kuatnya mata uang euro menjadi alasan hedge funds memperkirakan laporan keuangan emiten tidak akan mempu mengimbangi nilai sahamnya. Selain itu, risiko politik, yang menjadi alasan naiknya posisi short tahun lalu, kembali muncul menyusul rumitnya hasil pemilu Italia bulan lalu.
Namun, alasan lainnya lebih pada strategi pialang semata.
Analis mengatakan akan lebih murah untuk memilih posisi short terhadap sekumpulan nama besar Eropa daripada pasar lainnya. Saham-saham Eropa juga memiliki beta atau korelasi yang lebih tinggi daripada saham AS terhadap pasar yang lebih luas ketika jatuh.
Jadi, posisi short terhadap Eropa adalah cara yang paling efisien untuk sekaligus bertaruh di posisi short terhadap pasar secara keseluruhan.
(prm) Next Article Bursa AS Anjlok, Menanti Rilis Laba Perusahaan Raksasa Tech
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular