Tren Koreksi Berlanjut, dari Awal Tahun IHSG Sudah Turun 0,8%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 March 2018 16:50
Sepanjang tahun, imbal hasil IHSG sudah hilang atau terkoreksi 0,8%, melebar dari yang sebelumnya -0,53%.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,27% pada perdagangan hari ini (16/3/2018) ke level 6.304,95 poin. IHSG sebelumnya sempat anjlok ke level 6.239,67 poin pada sesi I, sebelum berangsur-angsur naik pada sesi II. Sepanjang tahun, imbal hasil IHSG sudah hilang atau terkoreksi 0,8%, melebar dari yang sebelumnya -0,53%.

Delapan sektor saham berakhir di zona merah, dipimpin oleh sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang anjlok hingga 1,87%, sementara dua sektor yaitu barang konsumsi (+0,62%) dan pertambangan (+0,09) berhasil menguat.

Transaksi berlangsung ramai yaitu senilai Rp 11,76 triliun dengan volume transaksi sebanyak 10,23 miliar. Frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 318.146 kali. Sebanyak 133 saham mencatatkan kenaikan harga, 227 saham melemah, sementara 212 lainnya tidak mencatatkan perubahan harga.

Pelemahan IHSG senada dengan mayoritas bursa saham regional yang juga mengakhiri hari di zona merah: indeks Nikkei melemah 0,58%, indeks Shanghai melemah 0,63%, indeks Hang Seng melemah 0,12%, indeks Strait Times melemah 0,16%, dan indeks SET (Thailand) melemah 0,05%.

Sentimen negatif bagi bursa regional masih datang dari ketakutan atas perang dagang dalam skala global, menyusul rencana pengenaan bea masuk yang baru atas barang-barang impor asal China, setelah sebelumnya negeri panda tersebut harus menanggung bea masuk sebesar 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium.

Selain itu, kondisi politik di AS juga kembali memanas, pasca New York Times melaporkan Kepala Badan Investigasi AS (US Special Counsel) Robert Mueller meminta dokumen-dokumen yang terkait dengan Presiden Trump, termasuk dokumen yang mengaitkan Rusia dengan kemenangan Trump dalam pemilihan presiden.

Tak hanya sampai disitu, Kementerian Keuangan AS diketahui memberikan sanksi bagi beberapa warga negara dan entitas asal Rusia terkait keterlibatannya dalam pemilihan presiden tahun 2016 yang dimenangkan oleh Trump. Sanksi ini menutup akses bagi para penerimanya terhadap properti yang berada dalam wilayah AS, serta melarang seluruh warga negara AS untuk melakukan transaksi dengan mereka. Pihak Rusia telah menegaskan akan mengambil langkah balasan terhadap sanksi dari AS ini.

Sanski yang dijatuhkan Kemeterian keuangan AS ini lantas menambah ketidakpastian bagi kelangsungan pemerintahan Donald Trump. Ya, semenjak terpilih menjadi presiden, ada begitu banyak isu negatif yang menerpa Trump terkait hubungannya dengan pihak Rusia.

Dari dalam negeri, investor nampak terus melakukan aksi jual pasca ekspor dan impor tumbuh dibawah ekspektasi. Sepanjang bulan lalu, ekspor Indonesia tumbuh 11,76% YoY menjadi US$ 14,10 miliar, dibawah konsensus CNBC Indonesia yang memproyeksikan ekspor akan tumbuh sebesar 12,35% YoY.

Sementara itu, impor tumbuh sebesar 25,18% YoY menjadi US$ 14,21 miliar, juga dibawah konsensus yang sebesar 25,19% YoY. Indonesia lantas mencatatkan defisit neraca perdagangan sebesar US$ 111,8 juta, dimana ini merupakan defisit ketiga secara berturut-turut.

Dari sisi sektoral, anjloknya indeks saham infrastruktur, utilitas, dan transportasi masih disebabkan oleh pelemahan saham PT Telekomonukasi Indonesia yang signifikan (-2,8%). Hal tersebut lantas menjadikan TLKM sebagai saham dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG.

Dilepasnya saham TLKM oleh investor masih terkait dengan rilis laporan keuangan yang kurang menggembirakan. Sepanjang 2017, laba bersih perusahaan diketahui tumbuh sebesar 14,4% menjadi Rp 22,15 triliun, dari Rp 19,35 triliun pada tahun 2016.

Pendapatan perusahaan mengalami peningkatan sebesar 10,25% menjadi Rp 128,26 triliun, dari yang sebelumnya Rp 116,33 triliun pada akhir 2016.

Namun, pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tahun lalu melandai dari capaian tahun 2016. Kala itu, pendapatan tumbuh sebesar 13,5%, sementara laba bersih meroket hingga 24,9%.

Di sisi lain, pelemahan IHSG tertahan oleh rebound pada saham-saham bank BUKU IV yang sempat anjlok pada sesi 1, walaupun tetap berakhir di zona merah. Pelemahan pada sesi 1 tersebut didorong oleh ketakutan bahwa bank-bank akan mengambil resiko berlebih setelah disindir terlalu bermain aman oleh Presiden Joko Widodo.

Aksi beli pada saham-saham bank BUKU IV nampak banyak dilakukan oleh investor domestik. Pasalnya, jual bersih asing justru membengkak jika dibandingkan dengan sesi 1. Pada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya, jual bersih investor asing mencapai Rp 249,07 miliar sampai dengan akhir sesi 2, sementara pada saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) nilainya mencapai Rp 174,57 miliar. Secara total di seluruh pasar, investor asing mencatatkan jual bersih sebesar Rp 1,03 triliun.
(hps) Next Article Ribut-Ribut AS-China Bikin Grogi, Bursa Saham Asia Terkoreksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular