
RI Impor dan Bayar Utang Pakai Yen, Rupiah Sulit Menguat
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 March 2018 16:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap yen Jepang juga ikut melemah. Yen memang perkasa terhadap mata uang dunia sejak awal tahun ini.
Pada Jumat (16/3/2018) pukul 13.50 WIB, yen diperdagangkan di Rp 129,79/US$. Rupiah melemah 0,43% dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Namun selama setahun belakangan, rupiah telah terdepresiasi 9,3% terhadap mata uang Negeri Matahari Terbit. Yen terlihat menguat signifikan sejak awal tahun ini, setelah sebelumnya bergerak dalam rentang sempit.
Yen memang menguat terhadap mata uang dunia sejak awal tahun ini. Terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yen menguat 6,5% dalam setahun terakhir.
Penguatan yen disebabkan derasnya arus modal ke Negeri Sakura. Ini terlihat dari kapitalisasi pasar di bursa saham Jepang yang naik signifikan jelang akhir tahun.
Kenaikan arus modal ini tidak lepas dari pembacaan pasar bahwa Jepang akan segera meninggalkan kebijakan moneter longgar. Sampai saat ini, Bank Sentral Jepang (BoJ) memang masih menerapkan suku bunga negatif.
Umumnya, jika kita menabung atau berinvestasi, biasanya kita mendapat keuntungan berupa bunga. Ketika bunga negatif diterapkan oleh bank sentral suatu negara, maka tabungan atau investasi kita bukannya bertambah namun malah turun karena dikurangi bunga.
Itulah yang saat ini sedang terjadi di Jepang. Menabung atau berinvestasi justru seakan tidak dianjurkan oleh negara, malah diberi disinsentif. Kebijakan tersebut ditempuh karena Jepang membutuhkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi sehingga otoritasnya mendorong masyarakat untuk berbelanja dan tidak menyimpan uang di bank.
Namun jelang akhir tahun lalu, BoJ mulai mengintip kemungkinan kenaikan suku bunga. Perkembangan ekonomi Jepang dinilai sudah layak untuk sedikit direm, karena sudah ada tanda-tanda percepatan.
Laju inflasi Jepang sudah mulai terakselerasi. Meski belum mencapai target 2%, tetapi mulai ada tanda-tanda perbaikan.
Ini membuat wacana penghentian stimulus moneter menjadi relevan. Ketika suku bunga acuan naik, maka berinvestasi di Jepang akan kembali menguntungkan setelah cukup lama negatif.
Walau pada pertemuan terakhirnya BoJ masih menahan suku bunga acuan, tetapi investor tetap berharap kemungkinan kenaikan suku bunga. Ini membuat arus modal ke Jepang masih tinggi dan yen pun terus terapresiasi.
Namun, apresiasi yen sebenarnya bukan kabar baik bagi Jepang. Sebagai negara eksportir, Jepang tentu tidak diuntungkan ketika mata uangnya menguat. Harga produk Jepang menjadi kurang kompetitif di pasar global.
Penguatan nilai tukar yen mulai membuat pebisnis Jepang was-was. Dalam survei Tankan yang dihimpun Reuters, kepercayaan pebisnis turun signifikan pada periode Januari setelah menguat pada bulan sebelumnya.
Pada Februari, indeks manufaktur Jepang diperkirakan hanya sebesar 29. Turun drastis dibandingkan Januari yang sebesar 35, tertinggi dalam 11 tahun terakhir. Penguatan yen yang cepat menjadi salah satu penyebab kekhawatiran pengusaha.
Sementara dari sisi domestik, rupiah juga sulit menguat terhadap yen karena tingginya permintaan terhadap mata uang tersebut. Jepang merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia.
Jepang merupakan importir terbesar ke-3 bagi Indonesia, dengan pangsa 9,71% pada 2017. Neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang tahun lalu juga mencatat defisit yang cukup besar, mencapai US$ 11,1 miliar.
Permintaan yen juga tinggi karena Jepang merupakan salah satu kreditur utama pemerintah. Utang luar negeri dalam yen menempati peringkat kedua, setelah berdenominasi dolar AS.
Utang ini tentu harus dibayar, dan menyedot likuiditas yen di dalam negeri. Ini berkotribusi terhadap menguatnya yen terhadap rupiah.
Situasi seperti ini membuat rupiah sulit menguat terhadap yen. Pasar keuangan global sedang mendukung penguatan yen, dengan arus modal yang mengalir deras ke Jepang. Sementara di sisi perdagangan dan pembayaran utang pemerintah, kebutuhan yen Jepang yang tinggi membuat mata uang ini menjadi "mahal".
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/wed) Next Article Lawan Yen, Rupiah Melemah 0,25% ke Rp 126,91/JPY
Pada Jumat (16/3/2018) pukul 13.50 WIB, yen diperdagangkan di Rp 129,79/US$. Rupiah melemah 0,43% dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Namun selama setahun belakangan, rupiah telah terdepresiasi 9,3% terhadap mata uang Negeri Matahari Terbit. Yen terlihat menguat signifikan sejak awal tahun ini, setelah sebelumnya bergerak dalam rentang sempit.
![]() |
![]() |
![]() |
Umumnya, jika kita menabung atau berinvestasi, biasanya kita mendapat keuntungan berupa bunga. Ketika bunga negatif diterapkan oleh bank sentral suatu negara, maka tabungan atau investasi kita bukannya bertambah namun malah turun karena dikurangi bunga.
Itulah yang saat ini sedang terjadi di Jepang. Menabung atau berinvestasi justru seakan tidak dianjurkan oleh negara, malah diberi disinsentif. Kebijakan tersebut ditempuh karena Jepang membutuhkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi sehingga otoritasnya mendorong masyarakat untuk berbelanja dan tidak menyimpan uang di bank.
Namun jelang akhir tahun lalu, BoJ mulai mengintip kemungkinan kenaikan suku bunga. Perkembangan ekonomi Jepang dinilai sudah layak untuk sedikit direm, karena sudah ada tanda-tanda percepatan.
Laju inflasi Jepang sudah mulai terakselerasi. Meski belum mencapai target 2%, tetapi mulai ada tanda-tanda perbaikan.
![]() |
Walau pada pertemuan terakhirnya BoJ masih menahan suku bunga acuan, tetapi investor tetap berharap kemungkinan kenaikan suku bunga. Ini membuat arus modal ke Jepang masih tinggi dan yen pun terus terapresiasi.
Namun, apresiasi yen sebenarnya bukan kabar baik bagi Jepang. Sebagai negara eksportir, Jepang tentu tidak diuntungkan ketika mata uangnya menguat. Harga produk Jepang menjadi kurang kompetitif di pasar global.
Penguatan nilai tukar yen mulai membuat pebisnis Jepang was-was. Dalam survei Tankan yang dihimpun Reuters, kepercayaan pebisnis turun signifikan pada periode Januari setelah menguat pada bulan sebelumnya.
Pada Februari, indeks manufaktur Jepang diperkirakan hanya sebesar 29. Turun drastis dibandingkan Januari yang sebesar 35, tertinggi dalam 11 tahun terakhir. Penguatan yen yang cepat menjadi salah satu penyebab kekhawatiran pengusaha.
Sementara dari sisi domestik, rupiah juga sulit menguat terhadap yen karena tingginya permintaan terhadap mata uang tersebut. Jepang merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia.
Jepang merupakan importir terbesar ke-3 bagi Indonesia, dengan pangsa 9,71% pada 2017. Neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang tahun lalu juga mencatat defisit yang cukup besar, mencapai US$ 11,1 miliar.
![]() |
Utang ini tentu harus dibayar, dan menyedot likuiditas yen di dalam negeri. Ini berkotribusi terhadap menguatnya yen terhadap rupiah.
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/wed) Next Article Lawan Yen, Rupiah Melemah 0,25% ke Rp 126,91/JPY
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular