Permintaan Meningkat, Yen Menguat Lawan Rupiah

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
08 June 2018 13:45
Nilai tukar rupiah terhadap yen Jepang bergerak melemah pada perdagangan siang hari ini.
Foto: REUTERS/Thomas White/
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap yen Jepang bergerak melemah pada perdagangan siang hari ini. Pelemahan ini didorong oleh ketegangan di negara-negara G-7. 

Pada Jumat (8/6/2018) pukul 13:30 WIB, JPY 1 dibanderol Rp 126,92. Rupiah melemah 0,44% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. 

Reuters

Pelemahan rupiah membuat harga jual yen di salah satu bank nasional kembali menembus Rp 130. Berikut data perdagangan yen Jepang hingga pukul 13:15 WIB:

BankHarga BeliHarga Jual
Bank MandiriRp 123,69Rp 128,61
Bank BNIRp 123,17Rp 129,77
Bank BRIRp 125,35Rp 127,94
Bank BCARp 123,43Rp 130,02
       
Rupiah mendapat sentimen negatif seiring dengan aksi jual bersih oleh investor asing di bursa saham. Hingga pukul 13:23 WIB, aliran dana asing yang keluar dari bursa mencapai Rp 460,86 miliar. 

Kondisi ini terjadi menjelang libur panjang lebaran. Investor cenderung melakukan profit taking dengan menjual aset-aset berbasis rupiah yang mereka miliki dan mengalihkannya ke instrumen lain di luar Indonesia. 

Sementara dari luar, permintaan terhadap yen memang meningkat. Hal ini dipicu oleh friksi dagang di antara negara-naga maju.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah memberlakukan bea masuk untuk baja dan aluminium dari Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa. Hal ini memantik protes dari negara-negara tersebut. Investor pun bertanya-tanya, apa yang akan terjadi dalam pertemuan G-7 nanti. 

"Memang ada perbedaan pendapat. Beliau (Presiden Trump) tetap pada pendiriannya, dan beliau akan membicarakan itu dengan mereka," kata Kudlow, sang penasihat. 

Oleh karena itu, sepertinya pertemuan G-7 akan berlangsung alot. Bahkan Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan pertemuan G-& akan diwarnai oleh diskusi yang sulit. 

"Saya tentu akan berbicara dengan Presiden AS seputar perkembangan terkini, terutama di bidang perdagangan. Namun sepertinya diskusi akan sedikit sulit," ungkap Merkel, dikutip dari Reuters. 

Komentar bernada keras datang dari Macron. Sang presiden Negeri Anggur menegaskan bahwa anggota G-7 yang lain siap kehilangan AS jika Trump terus ngotot menebar ancaman perang dagang. 

"Mungkin presiden AS tidak peduli kalau diasingkan, tetapi kami pun tidak ada masalah jika harus menjadi enam. Sebab enam ini merepresentasikan nilai, pasar ekonomi, dan kekuatan besar di percaturan internasional," tegas Macron. 

Perkembangan ini membuat pasar menjadi cemas. Pertemuan G-7 yang biasanya netral pun berubah menjadi ajang adu urat-syaraf.  

Adanya kondisi ini membuat risk appetite investor berkurang dan cenderung instrumen minim resiko seperti yen. Meningkatnya permintaan yen membuat mata uang tersebut cenderung menguat tidak hanya di hadapan dolar AS namun juga rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Lawan Yen, Rupiah Melemah 0,25% ke Rp 126,91/JPY

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular