
Adaro Optimalkan Pasar Batu Bara Premium demi Jaga Pendapatan
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
13 March 2018 15:37

Jakarta, CNBC Indonesia- Kebijakan pembatasan harga batu bara domestik membuat emiten-emiten batu bara mengatur strategi untuk menjaga kinerja keuangannya. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Presiden Direktur Adaro Garibaldi Thohir mengatakan ada beberapa langkah yang dilakukan perusahaan agar tidak terkena dampak dari kebijakan pembatasan harga batu bara domestik, di antaranya adalah dengan mencoba mengoptimalkan penjualan ke pasar yang bisa menyerap batu bara premium produksi Adaro.
"Kalau di revenue mungkin kita coba optimalkan menjual produk-produk adaro ke negara-negara yang berani membayar premium dari produk kita seperti ke Jepang, Korea, Hongkong, Malaysia," kata Garibaldi, Selasa (13/03/2018).
Untuk berapa porsi batu bara premium, Garibaldi yang akrab disapa Boy ini belum bisa memastikannya karena juga masih mengamati pergerakan pasar.
Langkah lainnya adalah dengan melakukan efisiensi. Adaro, kata Boy, tetap mempertahankan target produksi tahun ini di kisaran 54 hingga 56 juta ton dengan alokas domestik sekitar 20%-25%. Alokasi ini nantinya akan menggunakan harga domestik yang ditetapkan pemerintah yakni US$ 70 per ton untuk kalori 6322.
Efisiensi dilakukan dengan menekan biaya operasional. "Salah satunya mungkin fuel hedging. Karena komponen terbesar dari cost kita itu dari fuel," katanya.
(gus/gus) Next Article Laba Adaro 2017 Capai Rp 6,5 T, Melonjak 44%
Presiden Direktur Adaro Garibaldi Thohir mengatakan ada beberapa langkah yang dilakukan perusahaan agar tidak terkena dampak dari kebijakan pembatasan harga batu bara domestik, di antaranya adalah dengan mencoba mengoptimalkan penjualan ke pasar yang bisa menyerap batu bara premium produksi Adaro.
Untuk berapa porsi batu bara premium, Garibaldi yang akrab disapa Boy ini belum bisa memastikannya karena juga masih mengamati pergerakan pasar.
Langkah lainnya adalah dengan melakukan efisiensi. Adaro, kata Boy, tetap mempertahankan target produksi tahun ini di kisaran 54 hingga 56 juta ton dengan alokas domestik sekitar 20%-25%. Alokasi ini nantinya akan menggunakan harga domestik yang ditetapkan pemerintah yakni US$ 70 per ton untuk kalori 6322.
Efisiensi dilakukan dengan menekan biaya operasional. "Salah satunya mungkin fuel hedging. Karena komponen terbesar dari cost kita itu dari fuel," katanya.
(gus/gus) Next Article Laba Adaro 2017 Capai Rp 6,5 T, Melonjak 44%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular