
Produksi Turun, Saham Produsen CPO Tak Terpengaruh
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
13 March 2018 11:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Stok minyak sawit Malaysia secara bulanan menurun 2,7% ke 2,48 juta ton pada bulan Februari. Jumlah produksi tersebut merupakan yang terendah dalam 4 bulan.
Namun penurunan produksi tersebut belum bisa menjadi katalis bagi saham-saham agribisnis, khususnya produsen minyak sawit (crude palm oil/CPO). Harga saham-saham sektor kelapa sawit nampaknya masih belum mampu bergerak ke zona hijau.
Hingga pukul 10.54, harga saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) tercatat tidak mengalami perubahan pada harga Rp 14.325, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) tercatat melemah 0,37% ke harga Rp 1.340 per saham, dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) melemah 0,35% ke Rp 1.435 per saham. Secara year to date, sektor agrikultur naik 4,57%.
Penurun produksi CPO tersebut masih berada di atas ekspektasi pasar, sehingga masih ada potensi pemulihan pasokan ke depan yang akan membebani harga.
Berdasarkan data Malaysian Palm Oil Board (MPOB), pada bulan Februari, produksi CPO Malaysia anjlok 15,7% MtM menjadi 1,34 juta ton. Ekspor juga mengalami penurunan 13,2% ke 1,31 juta ton pada periode yang sama. Namun demikian, produksi CPO Malaysia dan Indonesia, yang mampu memenuhi 90% permintaan global, diprediksi akan pulih pada bulan April atau Mei.
Pengurangan stok ini mengangkat harga CPO kontrak pengiriman Mei 2018 sebesar 0,21% ke MYR 2.381/ton pada perdagangan kemarin. Hingga pukul 10.35 WIB hari ini, harga CPO masih terpantau menanjak naik ke MYR 2.386/ton.
Sebelumnya, harga CPO sudah mengalami koreksi cukup signifikan sejak memasuki bulan Maret 2018, menyusul sejumlah sentimen negatif yang menghantui, misalnya anjloknya permintaan CPO dari China, diiringi dengan tingginya pasokan minyak kedelai dan jenis vegetable oil lainnya di Negara Panda tersebut.
Namun, sentimen negatif yang paling kuat datang dari berkembangya kekhawatiran pelaku pasar akibat Parlemen Eropa yang telah melakukan pemungutan suara dan setuju untuk merevisi dokumen Renewable Energy Directive (RED). Salah satu amandemen yang diusulkan adalah melarang negara-negara anggota Uni Eropa (EU) untuk menggunakan CPO sebagai bahan baku produksi biodiesel mulai 2021.
Kebijakan tersebut akan segera diimplementasikan dalam rancangan regulasi Post-2020 EU RED II, dan diyakini akan secara masif mengurangi ekspor Indonesia dan Malaysia ke negara-negara EU.
(hps/hps) Next Article Saham CPO Sempat Tumbang & ARB, Bakal Lanjut Hari Ini?
Namun penurunan produksi tersebut belum bisa menjadi katalis bagi saham-saham agribisnis, khususnya produsen minyak sawit (crude palm oil/CPO). Harga saham-saham sektor kelapa sawit nampaknya masih belum mampu bergerak ke zona hijau.
Hingga pukul 10.54, harga saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) tercatat tidak mengalami perubahan pada harga Rp 14.325, PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) tercatat melemah 0,37% ke harga Rp 1.340 per saham, dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) melemah 0,35% ke Rp 1.435 per saham. Secara year to date, sektor agrikultur naik 4,57%.
Berdasarkan data Malaysian Palm Oil Board (MPOB), pada bulan Februari, produksi CPO Malaysia anjlok 15,7% MtM menjadi 1,34 juta ton. Ekspor juga mengalami penurunan 13,2% ke 1,31 juta ton pada periode yang sama. Namun demikian, produksi CPO Malaysia dan Indonesia, yang mampu memenuhi 90% permintaan global, diprediksi akan pulih pada bulan April atau Mei.
Pengurangan stok ini mengangkat harga CPO kontrak pengiriman Mei 2018 sebesar 0,21% ke MYR 2.381/ton pada perdagangan kemarin. Hingga pukul 10.35 WIB hari ini, harga CPO masih terpantau menanjak naik ke MYR 2.386/ton.
![]() |
Sebelumnya, harga CPO sudah mengalami koreksi cukup signifikan sejak memasuki bulan Maret 2018, menyusul sejumlah sentimen negatif yang menghantui, misalnya anjloknya permintaan CPO dari China, diiringi dengan tingginya pasokan minyak kedelai dan jenis vegetable oil lainnya di Negara Panda tersebut.
![]() |
Namun, sentimen negatif yang paling kuat datang dari berkembangya kekhawatiran pelaku pasar akibat Parlemen Eropa yang telah melakukan pemungutan suara dan setuju untuk merevisi dokumen Renewable Energy Directive (RED). Salah satu amandemen yang diusulkan adalah melarang negara-negara anggota Uni Eropa (EU) untuk menggunakan CPO sebagai bahan baku produksi biodiesel mulai 2021.
Kebijakan tersebut akan segera diimplementasikan dalam rancangan regulasi Post-2020 EU RED II, dan diyakini akan secara masif mengurangi ekspor Indonesia dan Malaysia ke negara-negara EU.
(hps/hps) Next Article Saham CPO Sempat Tumbang & ARB, Bakal Lanjut Hari Ini?
Most Popular