
Masih Terpengaruh Sentimen Tarif Impor AS, IHSG Dibuka Turun
Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 March 2018 09:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham domestik pagi ini dibuka melemah sejalan dengan pasar saham Asia. Indeks Harga Saham Gabungan terkoreksi IHSG dibuka melemah 0,32% ke level 6.479,81 poin.
Pelemahan IHSG dipicu oleh pelemahan saham-saham seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang terkoreksi 1,19%, saham PGAS turun 0,79%, saham BBRI yang turun 0,80%, saham ASII turun 0,64% dan saham BBCA turun 0,21%.
Sentimen utama pasar saham domestik pada pagi ini masih seputar dampak penerapan tarif bea impor baja dan alumunium oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap sejumlah negara produsen baja dunia. Dimana negara-negara Asia seperti Korea Selatan, Jepang dan China merupakan negara-negara Asia yang menjadi eksporti baja ke AS..
Bursa saham Asia pada perdagangan pagi ini masih berada di zona merah, yang sudah dimulai sejak pembukaan. Hingga pukul 08.50 WIB, indeks Nikkei 225 terkoreksi 0,12%, indeks Hang Seng turun 0,36%, indeks Shanghai Composite turun 0,09%, indeks Kospi turun tipis 0,05% dan indek Strait Times turun 0,16%.
Pada penutupan perdagangan dini hari tadi, bursa saham AS, Wall Street ditutup bervariasi. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,62%, S&P 500 terkoreksi 0,13%, tetapi Nasdaq menguat 0,36%.
Investor masih mempersoalkan kebijakan bea impor Trump, dimana sebagia menilai kebijakan ini (meski ada beberapa negara yang dikecualikan) tetap bisa menyebabkan kenaikan harga bahan baku. Apabila sampai terjadi perang dagang, di mana negara-negara lain menerapkan pembatasan tarif (tarif barrier) terhadap produk AS, maka akan menghambat penjualan ke luar negeri.
Untuk perdagangan hari ini, terdapat sejumlah faktor yang bisa membuat IHSG melanjutkan penguatan. Pertama adalah perkembangan di AS, di mana kekhawatiran The Fed akan agresif dalam menaikkan suku bunga sudah berkurang.
Investor sepertinya akan dalam posisi berani mengambil risiko (risk-on) karena kecemasan mereka menurun. Ini akan menguntungkan IHSG karena ada harapan investor asing kembali masuk dan mendorong penguatan Indeks.
Kedua adalah kebijakan pemerintah menentukan harga jual batu bara domestik, yang sempat menjadi sentimen negatif, sepertinya sudah dikalkulasi oleh pasar (priced in). Kemarin, saham-saham pertambangan sudah menguat, seperti ADRO (+2,3%), PTBA (+3,81%), HRUM (+3,65%), dan BUMI (+0,68%).
Perkembangan dolar AS juga bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG. Greenback masih melanjutkan tren depresiasi yang terjadi sejak akhir pekan lalu, seiring rilis data ketenagakerjaan yang mungkin membuat The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali.
Minat investor untuk memburu aset berisiko juga semakin memperlemah dolar AS. Kini dolar AS kembali dalam posisi defensif sambal menantikan rilis data inflasi hari ini dan keputusan suku bunga acuan yang berlangsung pada 21 Maret waktu setempat.
Namun, tetap ada risiko yang bisa menyeret IHSG ke zona merah. Pertama adalah harga minyak, yang penurunannya semakin dalam. Tidak hanya minyak, harga batu bara, tembaga, dan timah pun ikut merosot.
Koreksi harga minyak disebabkan oleh tingginya produksi minyak AS, bahkan mengalahkan Arab Saudi. Selain itu, penurunan harga si emas hitam juga disebabkan oleh tertundanya rencana penawaran saham perdana (IPO) Saudi Aramco sampai 2019.
Penurunan harga komoditas akan berdampak pada kinerja emiten migas dan pertambangan. Sektor ini kerap kali menjadi penyokong IHSG.
Risiko ambil untung atau profit taking juga masih ada. Sejak awal tahun, IHSG masih menyimpan penguatan 2,28%. Masih ada sisa keuntungan yang bisa direalisasikan kapan saja.
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Pelemahan IHSG dipicu oleh pelemahan saham-saham seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang terkoreksi 1,19%, saham PGAS turun 0,79%, saham BBRI yang turun 0,80%, saham ASII turun 0,64% dan saham BBCA turun 0,21%.
Sentimen utama pasar saham domestik pada pagi ini masih seputar dampak penerapan tarif bea impor baja dan alumunium oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap sejumlah negara produsen baja dunia. Dimana negara-negara Asia seperti Korea Selatan, Jepang dan China merupakan negara-negara Asia yang menjadi eksporti baja ke AS..
Pada penutupan perdagangan dini hari tadi, bursa saham AS, Wall Street ditutup bervariasi. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,62%, S&P 500 terkoreksi 0,13%, tetapi Nasdaq menguat 0,36%.
Investor masih mempersoalkan kebijakan bea impor Trump, dimana sebagia menilai kebijakan ini (meski ada beberapa negara yang dikecualikan) tetap bisa menyebabkan kenaikan harga bahan baku. Apabila sampai terjadi perang dagang, di mana negara-negara lain menerapkan pembatasan tarif (tarif barrier) terhadap produk AS, maka akan menghambat penjualan ke luar negeri.
Untuk perdagangan hari ini, terdapat sejumlah faktor yang bisa membuat IHSG melanjutkan penguatan. Pertama adalah perkembangan di AS, di mana kekhawatiran The Fed akan agresif dalam menaikkan suku bunga sudah berkurang.
Investor sepertinya akan dalam posisi berani mengambil risiko (risk-on) karena kecemasan mereka menurun. Ini akan menguntungkan IHSG karena ada harapan investor asing kembali masuk dan mendorong penguatan Indeks.
Kedua adalah kebijakan pemerintah menentukan harga jual batu bara domestik, yang sempat menjadi sentimen negatif, sepertinya sudah dikalkulasi oleh pasar (priced in). Kemarin, saham-saham pertambangan sudah menguat, seperti ADRO (+2,3%), PTBA (+3,81%), HRUM (+3,65%), dan BUMI (+0,68%).
Perkembangan dolar AS juga bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG. Greenback masih melanjutkan tren depresiasi yang terjadi sejak akhir pekan lalu, seiring rilis data ketenagakerjaan yang mungkin membuat The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali.
Minat investor untuk memburu aset berisiko juga semakin memperlemah dolar AS. Kini dolar AS kembali dalam posisi defensif sambal menantikan rilis data inflasi hari ini dan keputusan suku bunga acuan yang berlangsung pada 21 Maret waktu setempat.
Namun, tetap ada risiko yang bisa menyeret IHSG ke zona merah. Pertama adalah harga minyak, yang penurunannya semakin dalam. Tidak hanya minyak, harga batu bara, tembaga, dan timah pun ikut merosot.
Koreksi harga minyak disebabkan oleh tingginya produksi minyak AS, bahkan mengalahkan Arab Saudi. Selain itu, penurunan harga si emas hitam juga disebabkan oleh tertundanya rencana penawaran saham perdana (IPO) Saudi Aramco sampai 2019.
Penurunan harga komoditas akan berdampak pada kinerja emiten migas dan pertambangan. Sektor ini kerap kali menjadi penyokong IHSG.
Risiko ambil untung atau profit taking juga masih ada. Sejak awal tahun, IHSG masih menyimpan penguatan 2,28%. Masih ada sisa keuntungan yang bisa direalisasikan kapan saja.
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular