Lepas Unit Bisnis yang Merugi, Cara Uber Untuk IPO 2019

Roy Franedya, CNBC Indonesia
11 March 2018 15:41
Hentikan operasional
Foto: Reuters
Menjual unit Bisnis pertama kali dilakukan manajemen pada 2016 lalu. Unit yang pertama dijual adalah bisnis di China pada perusahaan ride-healing lokal Didi Chuxing. Informasi yang beredar kesepakatan ini bernilai US$35 miliar. Investor Uber di China juga mendapatkan 20% saham Uber China dan Didi akan berinvestasi US$1 miliar di Uber China. 

Travis Kalanick, CEO Uber kala itu, mengungkapkan bahwa setiap tahunnya, Uber harus merugi US$1 miliar (Rp 13,5 triliun) dari operasinya di China.

Uber juga menjual Xchange, startup rental mobil. Perusahaan ini tidak laku di pasar dan membebani kinerja keuangan karena sudah banyak uang yang dihabiskan untuk promosi.


Awalnya, Uber berencana menutup Xchange, namun Uber kemudian menjualnya ke startup bursa mobil Fair.com. Nilai bersih Xchange setara dengan lebih dari 30.000 kendaraan atau sekitar US$400 juta.

Di Rusia, Uber memutuskan untuk memerger bisnis dengan perusahaan pemesanan taksi online Rusia, Yandex.Taxi, dan membentuk sebuah perusahaan baru. Uber akan berinvestasi sebesar US$225 juta pada perusahaan baru ini, sedangkan Yandex.Taxi menyumbang US$100 juta. Tetapi, Yandex.Taxi akan memiliki 59,3%, Uber memiliki 36,6%. Sisa saham 4,1% dikelola oleh para karyawan.

Perusahaan baru ini akan melayani pemesanan taksi online dari Uber dan Yandex.Taxi serta pengantaran makanan dari UberEATS. Selain Rusia, negara-negara lain yang dilayani meliputi Azerbaijan, Belarusia, Kazakhstan, Armenia, dan Georgia dengan 127 kota operasional.

Selain menggabungkan bisnis, Uber pun menghentikan operasinya di Maroko hari Senin (19/2/2018), dua tahun setelah perusahaan memulai bisnisnya di negara itu. Penagguhan aktivitas Uber tersebut dilakukan sembari menunggu pengaturan pemerintah setempat terkait platform bisnis layanan pemesanan transportasi online.

Dilansir dari Reuters, Uber sebelumnya juga telah menghentikan layanannya di Norwegia dan Finlandia karena menunggu perubahan regulasi pemerintah di negara-negara tersebut. (roy/roy)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular