Bunga Surat Utang RI Naik, Tertinggi Sejak Oktober 2017

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 March 2018 11:44
Kemarin, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun mencapai 6,705% yang merupakan titik tertinggi sejak akhir Oktober 2017.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi negara terus dalam tren meningkat. Kemarin, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun mencapai 6,705% yang merupakan titik tertinggi sejak akhir Oktober 2017.

Pada awal 2018, sebenarnya yield SBN cenderung turun. Namun jelang pertengahan Januari, yield mulai naik hingga mencapai puncaknya kemarin.

Reuters
Kenaikan yield artinya harga instrumen ini sedang turun. Harga SBN 10 tahun sebenarnya sudah anjlok sejak awal Januari, dan penurunannya cukup dalam. Laju penurunan itu terus berlanjut sampai saat ini.

Reuters
Kenaikan yield dan penurunan harga SBN merupakan sinyal bahwa instrumen ini sedang mengalami tekanan jual. Secara year to date (YtD), investor asing memang sudah membukukan jual bersih Rp 0,09 triliun. Minat terhadap SBN juga terus menurun. Ini terlihat dari penawaran dalam lelang yang semakin berkurang.

DJPPR Kemenkeu
DJPPR Kemenkeu
Hal ini lebih dipengaruhi oleh sentimen global, seiring ketidakpastian yang masih tinggi. Faktor utamanya adalah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) yang masih penuh tanda tanya.

Pasar awalnya memperkirakan The Federal Reserve/The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali pada tahun ini. Namun seiring waktu, ada kemungkinan suku bunga AS akan naik sampai empat kali karena perekonomian Negeri Adidaya yang terus membaik.

Tidak hanya di AS, sejumlah negara pun sudah berani bicara mengenai pengetatan kebijakan moneter. Uni Eropa, misalnya, diperkirakan mengakhiri stimulus moneternya pada tahun ini dan setelah itu akan mulai menaikkan suku bunga.

Inggris malah sudah terlebih dulu menaikkan suku bunga yaitu pada November 2017. Tahun ini, kenaikan suku bunga acuan di Negeri Ratu Elizabeth akan berlanjut. Pada pertemuan bulan lalu, Gubernur Mark Carney mengungkapkan kebijakan moneter akan diperketat lebih awal dan lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Di Asia, sejumlah negara juga sudah menaikkan suku bunga. China, Korea Selatan, sampai Malaysia sudah terlebih dulu menaikkan suku bunga acuan, salah satu tujuannya sebagai antisipasi tren kenaikan suku bunga global.

Ya, jawabannya adalah kenaikan suku bunga global. Yield obligasi merupakan salah satu indikator ekspektasi terhadap arah perekonomian. Sebab, yield obligasi merupakan gambaran ekspektasi suku bunga ke depan. Ketika yield obligasi naik maka tandanya suku bunga berpotensi naik. 

Jadi, kenaikan yield sepertinya bukan sepenuhnya "dosa" Indonesia. Hal itu memang merupakan suatu fenomena global yang tidak bisa dihindari.

Meski begitu, bukan berarti Indonesia terlena. Pemerintah dan pihak-pihak terkait harus bersiap menghadapi kenaikan yield, karena dampaknya tidak kecil.

Bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), kenaikan yield akan menambah beban karena pembayaran bunga utang akan naik. Dalam APBN, pemerintah menggunakan yield Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan sebagai salah satu asumsi makro. APBN 2018 menetapkan asumsi yield SPN tiga bulan sebesar 5,2%.

Apabila dalam setahun rata-rata yield SPN tiga bulan 1% melebihi asumsi tersebut, maka pemerintah harus menanggung tambahan beban sebesar Rp 1,4-2,3 triliun. Ini karena pemerintah harus membayar bunga utang lebih dari apa yang sudah dianggarkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular