
Peringkat REITs Lippo Jadi "Junk" karena Rupiah Jatuh
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
07 March 2018 18:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pemeringkat Moody's Investors Service memangkas rating Lippo Malls Indonesia Retail Trust (LMIRT) ke peringkat tak layak investasi (non-investment grade) Ba1, atau biasa dikenal sebagai junk (sampah).
LMIRT adalah produk real estate investment trust (REITS) milik grup Lippo yang dicatatkan di bursa Singapura sejak November 2007. Sebelumnya, surat berharga tersebut mendapat peringkat layak investasi (investment-grade) pada Baa3.
Peringkat itu diturunkan setelah Moody's melakukan pengkajian sejak 21 Desember 2017, didorong oleh menurunnya kualitas kredit pada beberapa entitas bisnis kunci di grup Lippo yang menyumbang sepertiga pemasukan LMIRT.
"Keputusan memangkas peringkat LMIRT ini didorong oleh pelemahan matriks keuangan produk trust dan adanya eksposur besar dari entitas kunci di grup Lippo yang kualitas kreditnya memburuk," tutur analis senior Moody's Jacintha Poh.
Moody's memberikan outlook negatif bagi surat berharga tersebut, yang "merefleksikan kenaikan risiko refinancing LMIRT". Risiko itu dipicu penarikan fasilitas utang jangka pendek senilai S$80 juta untuk membantu biayai akuisisi dua mall pada Desember 2017."
Dengan tambahan utang itu, rasio utang terhadap total aset LMIRT meroket menjadi 41%. "Ini melampaui batas maksimum Moody's dalam menurunkan rating yakni sebesar 40%, karena akuisisi agresif yang dibiayai utang dan pelemahan rupiah terhadap dolar Singapura."
LMIRT adalah produk real estate investment trust (REITS) milik grup Lippo yang dicatatkan di bursa Singapura sejak November 2007. Sebelumnya, surat berharga tersebut mendapat peringkat layak investasi (investment-grade) pada Baa3.
Peringkat itu diturunkan setelah Moody's melakukan pengkajian sejak 21 Desember 2017, didorong oleh menurunnya kualitas kredit pada beberapa entitas bisnis kunci di grup Lippo yang menyumbang sepertiga pemasukan LMIRT.
Moody's memberikan outlook negatif bagi surat berharga tersebut, yang "merefleksikan kenaikan risiko refinancing LMIRT". Risiko itu dipicu penarikan fasilitas utang jangka pendek senilai S$80 juta untuk membantu biayai akuisisi dua mall pada Desember 2017."
Dengan tambahan utang itu, rasio utang terhadap total aset LMIRT meroket menjadi 41%. "Ini melampaui batas maksimum Moody's dalam menurunkan rating yakni sebesar 40%, karena akuisisi agresif yang dibiayai utang dan pelemahan rupiah terhadap dolar Singapura."
Next Page
Utang Melambung
Pages
Most Popular