IHSG Paling Tahan terhadap Gejolak Wall Street

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 March 2018 06:57
Pasalnya bursa saham AS sejak akhir 2016 cenderung naik, mendadak kehilangan tenaga dan mulai tekoreksi dalam yang ikut menyeret bursa saham di negara lain.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Volatilitas bursa saham AS menjadi perhatian pelaku pasar sejak akhir Januari. Pasalnya bursa saham AS sejak akhir 2016 cenderung naik, mendadak kehilangan tenaga dan mulai tekoreksi dalam yang ikut menyeret bursa saham di negara-negara lain.

Namun, dampak dari koreksi Wall Street terhadap setiap bursa saham berbeda-beda. Tim Riset CNBC Indonesia melakukan kajian mengenai dampak dari pergerakan Wall Street terhadap bursa saham utama di kawasan Asia, termasuk IHSG.

Metode yang digunakan adalah regresi linear, sementara periode observasi adalah awal 2015-5 Maret 2018. Guna menggambarkan pergerakan bursa saham AS, indeks S&P 500 dipilih karena merupakan yang paling representatif jika dibandingkan dengan dua indeks saham utama AS lainnya, yaitu Dow Jones dan Nasdaq.

Hasilnya cukup mencengangkan. IHSG yang banyak dikatakan sangat tergantung terhadap pergerakan bursa saham AS justru memiliki respons paling sedikit terhadap gejolak bursa saham negeri paman sam.

Setiap penguatan indeks S&P 500 setiap 1% hanya akan mendorong IHSG untuk menguat sebesar 0,24%. Sebaliknya, ketika indeks S&P 500 jatuh sebesar 1%, IHSG hanya akan terkoreksi sebesar 0,24%.


Respons atau dampak terbesar justru diperlihatkan indeks Hang Seng (Hong Kong). Kala indeks S&P 500 menguat 1%, maka indeks Hang Seng akan menguat signifikan sebesar 0,43%. Sebaliknya, kala indeks S&P 500 melemah 1%, indeks Hang Seng akan ikut terkoreksi dalam, yaitu sebesar 0,43%.
IHSG Paling Tahan terhadap Gejolak Wall StreetFoto: Tim Riset CNBC Indonesia/ Anthony Kevin
Itulah sebabnya kenapa indeks Hang Seng bergerak paling 'liar' dalam beberapa waktu terakhir, merespons volatilitas indeks S&P 500. Pada perdagangan kemarin (Selasa 6/03/2018), indeks Hang Seng ditutup menguat sebesar 2,09%, jauh mengungguli bursa saham lainnya di kawasan Asia (posisi kedua dipegang oleh Nikkei yang menguat sebesar 1,79%).

Lalu muncul pertanyaan mengapa pergerakan bursa saham domestik sering menunjukkan anomali terhadap pergerakan bursa saham regional? Jawabnya dikarenakan dampak dari pergerakan Wall Street tidak terlalu besar bagi IHSG.

Bahkan, pada perdagangan hari ini IHSG kembali menunjukkan anomali dengan melemah sebesar 0,77%. Padahal, mayoritas bursa saham regional mengakhiri hari di zona hijau.

Penentu
Salah satu hal yang membuat IHSG relatif tahan terhadap gejolak Wall Street adalah karakteristik ekonomi Indonesia yang merupakan negara berkembang.

Bagi negara-negara maju seperti Hong Kong, Singapura, Korea Selatan, dan Jepang, tidak banyak faktor-faktor domestik yang diperhatikan oleh para investor. Hal ini dikarenakan memang tidak banyak perubahan yang terjadi pada ekonomi masing-masing negara tersebut. Lantas, perhatian mereka tertuju kepada sentimen-sentimen eksternal seperti pergerakan bursa saham AS.

Berbeda 180 derajat dengan negara maju, perekonomian Indonesia begitu dinamis, terlebih semenjak Joko Widodo dilantik menjadi presiden pada akhir 2014 lalu. Berbagai perombakan terjadi di Indonesia, seperti pencabutan subsidi premium, pembangunan infrastruktur secara besar-besaran, penyederhanaan perizinan untuk investasi, sampai dengan pengendalian inflasi.

Dari sisi bank sentral, suku bunga acuan dipangkas secara besar-besaran. Intinya, begitu banyak faktor domestik yang menyita perhatian pelaku pasar, sehingga volatilitas wall street menjadi tak begitu kuat pengaruhnya.

Investor Domestik
Selain itu, kekebalan IHSG terhadap volatilitas Wall Street juga didukung oleh besarnya kontirbusi investor domestik. Mengutip halaman resmi Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), porsi kepemilikan investor domestik atas saham scriptless kini mencapai 49,5% (per Februari). Padahal, dulu nilainya hanya sekitar 40% (sekitar 60% dikuasai oleh investor asing).

Investor domestik memang cenderung lebih 'tenang' ketika ada tekanan-tekanan dari faktor eskternal seperti anjloknya Wall Street dan pelemahan rupiah, berbeda dengan investor asing yang akan menderita rugi nilai tukar ketika dolar AS sedang perkasa. Dapat dikatakan bahwa upaya pendalaman pasar yang selama ini dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) telah membuahkan hasil.

Kepercayaan Investor
Mengingat investor pasar saham Indonesia begitu memperhatikan faktor-faktor domestik, maka menjadi sangat penting bagi pemerintah untuk menjaga kepercayaan (confidence) mereka tetap berada pada level yang tinggi. Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berkali-kali menekankan hal ini dalam pidatonya.

Guna menjaga kepercayaan investor, kebijakan-kebijakan yang diluncurkan pemerintah haruslah terukur dan mampu membawa perekonomian Indonesia kearah yang lebih baik.
Dengan karakteristik bursa saham Indonesia yang relatif tahan terhadap volatilitas Wall Street, tentu diharapkan ruang penguatan sampai akhir tahun masih terbuka lebar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular