
Koreksi IHSG Tak Sedalam Bursa Regional
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 March 2018 11:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Jelang penutupan perdagangan sesi I, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperdagangkan melemah 0,11% ke level 6.575,12 poin. Tujuh sektor saham ditransaksikan melemah, dipimpin sektor industri dasar yang turun hingga 0,53%, sementara tiga sektor yaitu agrikultur (+0,07%), pertambangan (+0,4%), serta perdagangan, jasa, dan investasi (+0,17%) berhasil menguat.
Namun, pelemahan IHSG masih relatif tipis jika dibandingkan dengan bursa utama di kawasan regional: Indeks Nikkei turun 0,66%, indeks Shanghai turun 0,16%, indeks Hang Seng turun 1,28%, indeks Strait Times turun 0,63%, indeks Kospi turun 0,73%, dan indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI turun 0,7%.
Pelemahan bursa saham regional masih dipicu oleh ketakutan atas terjadinya perang dagang, pasca Trump berencana mengenakan bea masuk untuk baja dan aluminium sebesar 25% dan 10%. Kebijakan tersebut rencananya akan diumumkan pada tahun ini.
Di sisi lain, pelaku pasar nampak sudah lebih tenang dalam mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS. Pasalnya, dalam pidato keduanya di hadapan Senat AS, Powell menegaskan bahwa pihaknya belum melihat tanda-tanda kenaikan tingkat gaji secara signifikan. Artinya, laju inflasi pun kemungkinan sedikit tertahan sehingga pasar melihat ini sebagai sinyal The Fed belum akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan.
Resilient
IHSG lantas kembali menunjukkan ketahanannya terhadap faktor-faktor eksternal yang pada saat ini mendominasi pasar keuangan dunia.
Seperti yang kami beritakan sebelumnya, IHSG relatif tahan terhadap pelemahan nilai tukar jika dibandingkan dengan pasar saham negara-negara lain di kawasan Asia. Semenjak indeks dolar AS mulai merangkak naik pada 16 Februari silam sampai dengan akhir perdagangan minggu lalu, IHSG hanya terkoreksi 0,14%, sementara bursa saham negara tetangga seperti Filipina dan India terkoreksi jauh lebih dalam yakni masing-masing sebesar 1,79% dan 0,83%. Dari negara maju, indeks Hang Seng turun 1,71%, sementara indeks Kospi melemah 0,81%.
Ketahanan IHSG terhadap pergerakan nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kinerja keuangan perusahaan yang relatif memuaskan, dilanjutkannya proyek-proyek infrastruktur layang, inflasi lebih rendah dari ekspektasi, serta kepastian dari Bank Indonesia terkait intervensi nilai tukar, utamanya ketika nilainya mencapai level Rp 13.800/dolar AS seperti yang terjadi belum lama ini.
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Namun, pelemahan IHSG masih relatif tipis jika dibandingkan dengan bursa utama di kawasan regional: Indeks Nikkei turun 0,66%, indeks Shanghai turun 0,16%, indeks Hang Seng turun 1,28%, indeks Strait Times turun 0,63%, indeks Kospi turun 0,73%, dan indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI turun 0,7%.
Pelemahan bursa saham regional masih dipicu oleh ketakutan atas terjadinya perang dagang, pasca Trump berencana mengenakan bea masuk untuk baja dan aluminium sebesar 25% dan 10%. Kebijakan tersebut rencananya akan diumumkan pada tahun ini.
Resilient
IHSG lantas kembali menunjukkan ketahanannya terhadap faktor-faktor eksternal yang pada saat ini mendominasi pasar keuangan dunia.
Seperti yang kami beritakan sebelumnya, IHSG relatif tahan terhadap pelemahan nilai tukar jika dibandingkan dengan pasar saham negara-negara lain di kawasan Asia. Semenjak indeks dolar AS mulai merangkak naik pada 16 Februari silam sampai dengan akhir perdagangan minggu lalu, IHSG hanya terkoreksi 0,14%, sementara bursa saham negara tetangga seperti Filipina dan India terkoreksi jauh lebih dalam yakni masing-masing sebesar 1,79% dan 0,83%. Dari negara maju, indeks Hang Seng turun 1,71%, sementara indeks Kospi melemah 0,81%.
Ketahanan IHSG terhadap pergerakan nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kinerja keuangan perusahaan yang relatif memuaskan, dilanjutkannya proyek-proyek infrastruktur layang, inflasi lebih rendah dari ekspektasi, serta kepastian dari Bank Indonesia terkait intervensi nilai tukar, utamanya ketika nilainya mencapai level Rp 13.800/dolar AS seperti yang terjadi belum lama ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular