IHSG Ikut Tertekan, Dampak Dari Kebijakan Tarif Impor AS

Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 March 2018 09:11
Koreksi bursa-bursa Asia dalam merespons kebijakan tarif bea impor besi dan alumunium Presiden Amerika Serikat (AS), ikut mempengaruhi pasar saham domestik.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan pagi ini melemah 0,16% ke level 6.595,79 poin. Koreksi bursa-bursa Asia dalam merespons kebijakan tarif bea impor besi dan alumunium Presiden Amerika Serikat (AS), ikut mempengaruhi pasar saham domestik.

Saham-saham berkapitalisasi besar seperti, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tutun 0,76%, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) turun 0,49% dan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 0,79%.

Koreksi yang terjadi di pasar saham domestik sama seperti yang terjadi di bursa-bursa saham lainnya, di kawasan Asia. Indeks Nikkei 225 anjlok 2,57%, indeks Hang Seng turun 1,47%, indeks Kospi turun 1,50% dan indeks Strait Times turun 1,02%.

Dari pasar saham AS, Wall Street, tren koreksi berlanjut yang diperparah oleh pernyataan Trump. Indeks Dow Jones Industria Average (DJIA) turun 1,68%, S&P 500 melemah 1,33%, dan Nasdaq terkoreksi 1,27%.
 
Wall Street mendapat serangan bertubi-tubi. Pertama adalah Trump yang akan mengenakan bea masuk bagi impor baja dan alumunium sebesar masing-masing 25% dan 10% demi melindungi industri dalam negeri. Trump menegaskan kebijakan ini akan diumumkan pekan depan.

 
Pasar mencemaskan hal ini akan menyebabkan biaya impor bahan baku menjadi mahal sehingga membebani kinerja korporasi. Selain itu, pasar juga khawatir langkah ini akan memicu perang dagang karena bukan tidak mungkin negara-negara lain seperti China, Kanada, dan Uni Eropa menerapkan kebijakan serupa.

Untuk perdagangan hari ini, terdapat sejumlah isu yang bisa membuat IHSG berbalik melemah. Pertama tentunya sentimen negatif dari koreksi Wall Street yang bisa menulari bursa Asia, termasuk Indonesia.
 
Kedua adalah potensi perang dagang global akibat pernyataan Trump. AS merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia, sehingga kebijakan proteksionis Negeri Paman Sam bisa mengancam ekspor Indonesia.
 
Ketiga adalah harga komoditas. Tidak hanya pasar saham dan dolar AS, pernyataan Trump juga memakan "korban" lain yaitu harga minyak. Dengan biaya bahan baku baja dan alumunium yang berpotensi lebih mahal akibat bea masuk, industri migas pun akan terkena dampak negatif. Ini menjadi sentimen pendorong pelemahan harga minyak.
 
Sementara sentimen positif yang bisa saja membuat IHSG melanjutkan penguatannya adalah inflasi domestik yang masih terkendali. Investor sampai saat ini bisa meyakini bahwa daya beli masyarakat masih terjaga sehingga tidak menekan kinerja korporasi.
 
Kedua adalah perkembangan nilai tukar. Dolar AS sedang kehilangan pijakan akibat potensi perang dagang, yang bisa dimanfaatkan oleh rupiah untuk berbalik arah.
 
Selain itu, pasar juga bisa tenang karena Bank Indonesia (BI) terus melakukan upaya untuk menjaga nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya. Kemarin, Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi menegaskan bahwa nilai tukar rupiah di kisaran Rp 13.800/US$ sudah tidak sejalan dengan fundamental dan bank sentral melakukan intervensi di pasar untuk menstabilkan nilai tukar.
 
Lalu, pasar juga bisa mencermati rilis kinerja sejumlah emiten yang akan diumumkan hari ini seperti KIOS, MKNT, dan INCO. Laporan keuangan yang memuaskan tentu akan menjadi suntikan tenaga bagi IHSG.
 
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • Rilis indeks kontruksi PMI Inggris periode Februari 2018 (16.30).
  • Testimoni Perdana Menteri Inggris Theresa May (tentatif).

(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular