International

Salip Rusia, AS akan Jadi Produsen Minyak Terbesar di Dunia

Roy Franedya, CNBC Indonesia
27 February 2018 13:45
Lembaga Administrasi Energi AS menyatakan output AS akan melebihi 11 juta bpd pada akhir 2018. Output ini akan melebihi yang dimiliki oleh Rusia.
Foto: Doc. Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Status Rusia sebagai produsen minyak terbesar di dunia akan segera berakhir. Berdasarkan data International Energy Agency (IEA), Amerika Serikat (AS) akan menyalip Rusia sebagai produsen minyak terbesar dunia paling lambat tahun 2019.

Pada sebuah acara di Tokyo, Jepang, Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol menyatakan AS akan menyalip Rusia sebagai produsen minyak mentah terbesar pasti tahun depan bila tidak tahun ini. Hal ini dikarenakan membanjirnya minyak shale (minyak serpih) di pasar global.

"Pertumbuhan minyak shale AS sangat kuat, pertumbuhannya sangat kuat ... AS akan menjadi produsen minyak nomor satu dalam waktu yang tidak lama lagi," ujar Birol kepada Reuters, Selasa (27/2/2018).

Produksi minyak mentah AS naik di atas 10 juta barel per hari (bpd) akhir tahun lalu. Ini untuk pertama kalinya sejak tahun 1970-an menyalip eksportir minyak utama Arab Saudi.

Pada awal bulan ini Lembaga Administrasi Energi AS menyatakan output AS akan melebihi 11 juta bpd pada akhir 2018. Output ini akan melebihi yang dihasilkan oleh Rusia.

Birol mengatakan IEA belum memperkirakan penurunan produksi minyak AS dalam empat sampai lima tahun mendatang. IEA juga memperkirakan puncak produksi minyak AS akan terjadi pada 2020.

Minyak AS yang terus membanjiri pasar minyak global datang setelah produsen minyak utama lainnya, termasuk Rusia dan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), memangkas produksi minyak bumi demi menaikkan harga minyak.

Minyak AS kini semakin banyak di ekspor, termasuk negara-negara di Asia yang ekonominya tumbuh dengan pesat, menggerogoti pasar OPEC dan Asia.

Sementara itu, impor bersih minyak mentah AS turun pekan lalu sebesar 1,6 juta bpd menjadi 4,98 juta barel per hari. Impor ini menjadi yang terendah sejak IEA mencatat data pada tahun 2001.

Birol menambahkan pertumbuhan produksi yang kuat tidak hanya terjadi di AS. "Ada dua penggerak utama (non-AS). Kanada, terutama oil Sand dan Brazild dengan proyek lepas pantainya (offshore)," ujarnya.

Di sisi permintaan, Birol menyatakan IEA memprediksi akan tumbuh disekitar 1,4 juta bpd pada 2018.
(roy/roy) Next Article Stok di AS Meningkat, Apa Pengaruhnya Terhadap Harga Minyak?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular