
Harga Minyak Beranjak Naik
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
24 February 2018 18:47

Harga minyak menguat lebih dari 1% pada akhir pekan seiring dengan turunnya cadangan minyak Amerika Serikat dan dihentikannya produksi minyak di Libya.
Harga minyak mentah jenis light sweet untuk kontrak pengiriman April 2018 tercatat menguat 1,24% ke US$ 63,55/barel. Sementara itu, brent juga naik 1,39% ke US$ 67,31/barel.
Dalam sepekan ini, minyak mentah jenis light sweet mampu menguat hingga 3,03%, sementara brent naik 3,81%. Catatan tersebut membuat harga minyak mentah dunia telah membukukan performa mingguan yang positif selama dua minggu berturut-turut.
Sebelumnya, pada awal perdagangan hari Jumat (23/2/2018) waktu Indonesia, harga minyak tertekan menyusul menurunnya permintaan dari negara-negara di belahan bumi utara seiring dengan berakhirnya musim dingin, ditambah penguatan ekspor minyak mentah AS yang menguat lebih dari 2 juta barel per hari sementara impor AS menurun hingga mencapai titik terendah dalam sejarah.
Sentimen lainnya yang mendukung kenaikan harga minyak di akhir pekan adalah komentar Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih yang menyatakan bahwa persediaan minyak akan terus menurun pada tahun ini.
Secara fundamental, pasar minyak global didukung oleh masih kuatnya komitmen OPEC dan Rusia untuk membatasi produksi minyak hingga 1,8 juta barel per hari hingga akhir 2018, yang berarti memangkas hampir 2% dari pasokan minyak di pasar global.
Bahan bakar untuk penguatan minyak mentah juga datang dari turunnya cadangan minyak AS selama sepekan hingga 16 Februari 2018.
Cadangan minyak AS dalam periode tersebut diumumkan turun 1,6 juta barel. Nilai tersebut meleset jauh dari ekspektasi pasar yang memprediksi adanya peningkatan sebesar 1,8 juta barel.
Di sisi lain, masih ada beberapa sentimen negatif yang mampu menahan penguatan harga minyak lebih lanjut di pekan depan.
Pertama, produksi minyak mentah AS yang masih tetap stabil di angka 10,27 juta barel per hari. Di akhir tahun 2018, AS bahkan menargetkan produksi minyak mentah dapat menembus angka 11 juta barel per hari. Kuatnya produksi minyak diperkuat dengan jumlah kilang minyak AS yang terus meningkat selama lima minggu berturut-turut.
Rilis data terakhir menginformasikan bahwa saat ini jumlah kilang minyak tercatat berjumlah 799, terkuat dalam tiga tahun terakhir. Catatan tersebut mengindikasikan produksi minyak mentah AS masih dapat menguat melebihi output saat ini.
Kedua, volatilitas dolar AS juga masih dapat menghantui harga minyak AS. Penguatan dolar yang berkelanjutan berpotensi untuk menekan permintaan bahan bakar minyak seiring dengan semakin mahalnya harga komoditas yang diperdagangkan dengan kurs dolar AS tersebut.
Sementara itu, dari bursa dalam negeri, pergerakan harga saham emiten sektor perminyakan mayoritas masih positif. Pada penutupan perdagangan akhir pekan, saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik 2,26%, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menguat 1,03%, saham PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 2,64%, dan PT Benakat Integra Tbk (BIPI) melemah 3,03%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ray/ray) Next Article Gara-gara China Harga Minyak Melesat 4%
Harga minyak mentah jenis light sweet untuk kontrak pengiriman April 2018 tercatat menguat 1,24% ke US$ 63,55/barel. Sementara itu, brent juga naik 1,39% ke US$ 67,31/barel.
Dalam sepekan ini, minyak mentah jenis light sweet mampu menguat hingga 3,03%, sementara brent naik 3,81%. Catatan tersebut membuat harga minyak mentah dunia telah membukukan performa mingguan yang positif selama dua minggu berturut-turut.
![]() |
Sebelumnya, pada awal perdagangan hari Jumat (23/2/2018) waktu Indonesia, harga minyak tertekan menyusul menurunnya permintaan dari negara-negara di belahan bumi utara seiring dengan berakhirnya musim dingin, ditambah penguatan ekspor minyak mentah AS yang menguat lebih dari 2 juta barel per hari sementara impor AS menurun hingga mencapai titik terendah dalam sejarah.
Sentimen lainnya yang mendukung kenaikan harga minyak di akhir pekan adalah komentar Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih yang menyatakan bahwa persediaan minyak akan terus menurun pada tahun ini.
Secara fundamental, pasar minyak global didukung oleh masih kuatnya komitmen OPEC dan Rusia untuk membatasi produksi minyak hingga 1,8 juta barel per hari hingga akhir 2018, yang berarti memangkas hampir 2% dari pasokan minyak di pasar global.
Bahan bakar untuk penguatan minyak mentah juga datang dari turunnya cadangan minyak AS selama sepekan hingga 16 Februari 2018.
Cadangan minyak AS dalam periode tersebut diumumkan turun 1,6 juta barel. Nilai tersebut meleset jauh dari ekspektasi pasar yang memprediksi adanya peningkatan sebesar 1,8 juta barel.
Di sisi lain, masih ada beberapa sentimen negatif yang mampu menahan penguatan harga minyak lebih lanjut di pekan depan.
Pertama, produksi minyak mentah AS yang masih tetap stabil di angka 10,27 juta barel per hari. Di akhir tahun 2018, AS bahkan menargetkan produksi minyak mentah dapat menembus angka 11 juta barel per hari. Kuatnya produksi minyak diperkuat dengan jumlah kilang minyak AS yang terus meningkat selama lima minggu berturut-turut.
Rilis data terakhir menginformasikan bahwa saat ini jumlah kilang minyak tercatat berjumlah 799, terkuat dalam tiga tahun terakhir. Catatan tersebut mengindikasikan produksi minyak mentah AS masih dapat menguat melebihi output saat ini.
![]() |
Kedua, volatilitas dolar AS juga masih dapat menghantui harga minyak AS. Penguatan dolar yang berkelanjutan berpotensi untuk menekan permintaan bahan bakar minyak seiring dengan semakin mahalnya harga komoditas yang diperdagangkan dengan kurs dolar AS tersebut.
Sementara itu, dari bursa dalam negeri, pergerakan harga saham emiten sektor perminyakan mayoritas masih positif. Pada penutupan perdagangan akhir pekan, saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik 2,26%, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menguat 1,03%, saham PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 2,64%, dan PT Benakat Integra Tbk (BIPI) melemah 3,03%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ray/ray) Next Article Gara-gara China Harga Minyak Melesat 4%
Most Popular