
Pemerintah Siapkan Stabilisasi Harga Saat SBN Tertekan
Monica Wareza, CNBC Indonesia
23 February 2018 12:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepemilikan asing yang besar di Surat Berharga Negara (SBN) berpotensi membuat rupiah bergejolak jika ada pembalikan modal atau capital reversal. Untuk itu pemerintah membuat lembaga stabilisasi pasar untuk mengantisipasi gejolak.
(hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Direktur Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Luky Alfian meengatakan Kementerian Keuangan sudah membentuk Bonds Stablization Framework (BSF) untuk menjaga kestabilan obligasi negara dan kestabilan rupiah jika terjadi penarikan dana mendadak dari surat utang ini.
"Makanya kita punya system in place yang disebut bonds stablization framework. Itu jadi kalau ada sudden refersal dan ada capital outflow secara mendadak itu kita udah punya beberapa langkah kita bagi namanya first life of defense, berdasarkan life of defense," kata Luky di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (23/2).
Kementerian Keuangan juga telah bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), termasuk BPJS untuk bertindak selaku pembeli siaga (standby buyer) surat utang yang dijual oleh asing dalam jumalh besar.
"Itu ada semua dan itu cukup kuat dan kita cukup confident seandainya kita ga berharap ini terjadi. Seandainya terjadi tapi kita sudha punya crisis margin protocol dengan memanfaatkan BSF tadi," jelas dia.
"Makanya kita punya system in place yang disebut bonds stablization framework. Itu jadi kalau ada sudden refersal dan ada capital outflow secara mendadak itu kita udah punya beberapa langkah kita bagi namanya first life of defense, berdasarkan life of defense," kata Luky di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (23/2).
"Itu ada semua dan itu cukup kuat dan kita cukup confident seandainya kita ga berharap ini terjadi. Seandainya terjadi tapi kita sudha punya crisis margin protocol dengan memanfaatkan BSF tadi," jelas dia.
Saat ini, Surat Berharga Negara (SBN) sudah dikuasai oleh investor asing mencapi 40% atau setara dengan Rp 856,26 triliun hingga 21 Februari lalu.
(hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular