
LPKR Bisa Jadi Emiten Properti dengan Penjualan Terbesar
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 February 2018 10:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai marketing sales Meikarta hingga kuartal III-2017 mencapai Rp 4,9 triliun. Perolehan tersebut belum dicatatkan pada laporan keuangan perusahaan. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), perusahaan yang terafiliasi dengan proyek Meikarta, melaporkan selama sembilan bulan pertama pendapatan masing-masing hanya naik sebesar 1,57% secara tahunan dan 1,67%, sementara laba bersih masing-masing turun sebesar 12,01% YoY dan 9,54% YoY.
JIka perolehan marketing sales Meikarta dicatatkan sebagai pendapatan, pendapatan LPKR dipastikan meroket. LPKR pun akan semakin mengokohkan posisinya sebagai emiten properti terbesar di dalam negeri.
Dengan asumsi penjualan properti di luar proyek Meikarta, pada saat itu (saat marketing sales Meikarta dicatatkan) adalah rata-rata penjualan dalam 5 tahun terakhir (Rp 8,6 triliun), maka pendapatan perusahaan akan menembus Rp 13,5 triliun.
Nilai ini jauh lebih besar dibanding para kompetitornya. Sebagai perbandingan, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) sebagai salah satu perusahaan properti terbesar di Indonesia hanya membukukan penjualan sebesar Rp 5,8 triliun sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu.
Namun sayangnya, harga saham perusahaan-perusahaan yang berada dalam naungan Grup Lippo terus berada dalam tekanan dalam setahun terakhir. Anjloknya saham LPKR dan LPCK lantas menimbulkan tanda tanya, mengingat kedua perusahaan merupakan pemilik dari megaproyek Meikarta, sebuah kawasan hunian yang dikembangkan di Cikarang, Jawa Barat.
Padahal, perseroan sudah mengeluarkan biaya iklan jor-joran untuk proyek tersebut. Tidak tanggung-tanggung, Lembaga riset Nielsen menaksir biaya iklan untuk proyek ini menembus angka Rp 1,5 triliun pada tahun lalu.
Relatif murah
Dari sisi valuasi harga saham LPKR masih relatif murah jika dibandingkan dengan para kompetitornya. Mengutip RTI, per penutupan perdagangan kemarin price-earnings ratio (PER) LPKR adalah sebesar 14,03x, lebih rendah dibandingkan SMRA dan CTRA yang masing-masing sebesar 99,09x dan 30,61x. Namun, PER dari BSDE dan ASRI masih lebih rendah yaitu sebesar 11,07x dan 5,03x.
(hps) Next Article Saham Properti Lippo Turun, Penjualan Meikarta Dipertanyakan
JIka perolehan marketing sales Meikarta dicatatkan sebagai pendapatan, pendapatan LPKR dipastikan meroket. LPKR pun akan semakin mengokohkan posisinya sebagai emiten properti terbesar di dalam negeri.
Dengan asumsi penjualan properti di luar proyek Meikarta, pada saat itu (saat marketing sales Meikarta dicatatkan) adalah rata-rata penjualan dalam 5 tahun terakhir (Rp 8,6 triliun), maka pendapatan perusahaan akan menembus Rp 13,5 triliun.
Namun sayangnya, harga saham perusahaan-perusahaan yang berada dalam naungan Grup Lippo terus berada dalam tekanan dalam setahun terakhir. Anjloknya saham LPKR dan LPCK lantas menimbulkan tanda tanya, mengingat kedua perusahaan merupakan pemilik dari megaproyek Meikarta, sebuah kawasan hunian yang dikembangkan di Cikarang, Jawa Barat.
Padahal, perseroan sudah mengeluarkan biaya iklan jor-joran untuk proyek tersebut. Tidak tanggung-tanggung, Lembaga riset Nielsen menaksir biaya iklan untuk proyek ini menembus angka Rp 1,5 triliun pada tahun lalu.
Relatif murah
Dari sisi valuasi harga saham LPKR masih relatif murah jika dibandingkan dengan para kompetitornya. Mengutip RTI, per penutupan perdagangan kemarin price-earnings ratio (PER) LPKR adalah sebesar 14,03x, lebih rendah dibandingkan SMRA dan CTRA yang masing-masing sebesar 99,09x dan 30,61x. Namun, PER dari BSDE dan ASRI masih lebih rendah yaitu sebesar 11,07x dan 5,03x.
(hps) Next Article Saham Properti Lippo Turun, Penjualan Meikarta Dipertanyakan
Most Popular